28 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Hanya Sehari, Kampung Kuliner Itu Dilengkapi Papan Penunjuk Arah

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO  Menikmati Kuliner Nusantara di FJB 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014) malam. Nyamm....
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Menikmati Kuliner Nusantara di FJB 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014) malam. Nyamm….

SUMUTPOS.CO – Selama sehari, Lapangan Benteng Medan disulap menjadi kampung kuliner. Ada puluhan jenis variasi kuliner dari Barat sampai Timur Nusantara, disajikan di sana. Mau makan menu yang mana, tinggal pilih. Tak perlu takut tersesat. Untuk ’kampung’ sekecil itu, ada papan penunjuk arah yang disediakan.

 

Dame Ambarita, Medan

 

Sejak pagi hingga malam Sabtu (7/6/2014) akhir pekan kemarin, ribuan kendaraan baik roda dua maupun roda empat silih berganti memadati areal parkir jalanan yang mengelilingi Lapangan Benteng Medan. Warga Medan berduyun-duyun datang ingin menikmati legenda kuliner dari wilayah Barat, Tengah, hingga Timur Nusantara, lewat Festival Jajanan Bango 2014 yang digelar PT Unilever Indonesia Tbk. Keramaian makin padat pada malam hari, hingga untuk mendapat meja kosong pun tidak mudah.

Ada beberapa pintu gerbang yang dibuka sebagai jalan masuk. Begitu masuk ke lapangan, tenda-tenda putih langsung menarik perhatian.

Ke mana dulu ya? Nah, jangan khawatir. Panitia FJB 2014 yang mengusung tema ”Persembahan Warisan Kuliner dari Barat hingga Timur Nusantara’, cukup peduli dengan menyediakan papan penunjuk arah. Di papan penunjuk arah itu dituliskan arah ke musala, warung bango, tenda medis, area kuliner timur, tengah, dan barat Indonesia, area jajanan pasar, kampung bango, area anak, bahkan ruang menyusui. Nah, cukup lengkap bukan?

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO  Papan Penunjuk Arah di FJB 2014 Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014). Tersedia Ruang Menyusui.
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Papan Penunjuk Arah di FJB 2014 Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014). Tersedia Ruang Menyusui.

Jika kebetulan tak melihat papan penunjuk arah, pengunjung juga tak perlu bingung. Penataan areal festival cukup teratur. Deretan tenda sebelah kiri –jika kita masuk dari gerbang dekat Plaza Lippo Bank—adalah area kuliner timur dan tengah Indonesia. Tenda utama di tengah lapangan merupakan areal tempat makan. Terlihat jelas dari deretan meja panjang dan kursi-kursi plastik yang disediakan. Deretan tenda sebelah kanan merupakan area kuliner barat Indonesia. Termasuk areal ’Kampung Bango’.

Panggung paling depan pastinya panggung musik untuk menghibur pengunjung mulai sore hingga malam. Masih ada beberapa tenda lainnya yang disediakan panitia untuk berbagai keperluan.

Sebelum memutuskan mau makan apa, tentu keliling dulu melihat-lihat. Di stan kuliner Indonesia Timur terlihat ada Coto Makassar, dari Indonesia Tengah ada Siomay Bandung dan Gado-Gado Jakarta.

Khusus dari Sumut ada Lontong Johor Kak Umi, Kerang Rebus Sumatera, Mie Sop Kampung Bambu Cafe, Nasi Gurih Warung Hijau, Soto Nanda Sei Blutu, Sate Padang Nasional, Sate Memeng, Holat Mandailing, Pakkat Sipirok, Nasi Briyani. Semua kuliner ini memanfaatkan kecap untuk menambah kelezatan rasanya.

“Total terdapat 30 kuliner nusantara dan 10 jajanan seperti gorengan khas yang kami hadirkan di sini. Kami berharap pengunjung ramai seperti di dua kota sebelumnya. Di Jakarta, FJB 2014 dipadati 90.000 pengunjung, sementara di Makassar 20.000 pengunjung,” kata Senior Brand Manager Bango PT Unilever Indonesia Tbk Nuning Wahyuningsih, kepada awak media, usai pembukaan FJB 2014.

Kata Nuning, Medan menjadi kota persinggahan terakhir festival kuliner tahunan ini, setelah Jakarta pada 3 Mei 2014 dan Makassar pada 24 Mei 2014. Medan menjadi salahsatu kota terpilih yang disinggahi, karena kota ini terkenal sebagai salahsatu destinasi wisata kuliner yang memiliki ciri khas. Betapa tidak, kuliner Medan mewakili ciri-ciri kuliner Aceh, Minang, Tapanuli, Tionghoa, India, dan Melayu Deli. Pengaruh dari keenam karaktek kuliner besar ini dinilai menghasilkan ragam hidangan otentik yang sungguh istimewa.

”Melalui FJB Medan, Bango memiliki misi untuk memperkenalkan kekayaan warisan kuliner Nusantara kepada masyarakat Medan, sehingga dapat semakin mengenal dan mencintai keragaman kuliner otentik dari seluruh Nusantara,” ungkap Nuning. FJB sendiri terakhir kali menyambangi Medan pada 2006 dan 2007.

Saat pembukaan pukul 10 pagi, pengunjung diberi kesempatan menikmati kehadiran selebriti tanah air, Titi Kamal, yang dihadirkan sebagai representasi generasi muda yang berkomitmen tinggi dalam melestarikan warisan kuliner Nusantara, melalui usaha kuliner tradisional yang ia geluti.

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO Titi Kamal, artis sekaligus representasi generasi muda pelestari kuliner nusantara, hadir dalam Festival Jajanan Bango 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Titi Kamal, artis sekaligus representasi generasi muda pelestari kuliner nusantara, hadir dalam Festival Jajanan Bango 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).

Titi berujar, ”Sejak lama saya memiliki kecintaan terhadap ragam kuliner Nusantara karena kelezatannya yang sangat khas. Saya melihat kesempatan untuk ikut berkontribusi melestarikan dan mempopulerkannya ke banyak orang. Tanpa berpikir dua kali, saya langsung menekuninya sampai sekarang,” katanya.

Untuk mempopulerkan ragam kuliner nusantara yang digelutinya, Titi memanfaatkan promo dari mulut ke mulut, dan melalui jaringan sosial media. ”Twitter sangat efektif untuk promosi,” ungkapnya seraya tersenyum manis.

Siang itu, warga Medan tampak antusias memandang Titi Kamal saat lewat dari meja tempat makan untuk pengunjung. Tetapi warga Medan nampaknya malu-malu untuk minta foto bareng. Hehehehe…

Saat jadwal makan siang pukul 12.00 hingga pukul 2 siang, para pengunjung masih bisa sok pilih-pilih mau makan menu yang mana. Maklum, seluruh stan masih penuh stok. Namun kondisinya berbeda pada jadwal makan malam. Beberapa stan telah kehabisan bahan. Ada yang kehabisan menu utama misalnya ayam, tetapi bumbunya masih tersisa banyak. Ada stan yang kehabisan sambal. Bahkan ketoprak dan pecal pun sudah ludes pukul 20.00 Wib. Tak heran, stan-stan yang masih banyak persediaan pun langsung dipenuhi antrian panjang pengunjung. Salahsatunya stan Sate Memeng Medan. Stan ini nampaknya meminta kiriman daging dari warung induknya di Jalan Irian, hingga tetap bisa melayani pembeli.

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO Sate Memeng Medan diminati pengunjung Festival Jajanan Bango 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Sate Memeng Medan diminati pengunjung Festival Jajanan Bango 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).

Stan Coto Makassar juga termasuk rame peminat. Maklum saja, tak semua warga Medan pernah mencicipi Coto yang satu ini. ”Saya jauh-jauh dari Belawan datang, hanya untuk mencicipi Coto Makassar, kata Nisa (22), seorang mahasiswi yang tinggal di Belawan.

Ia mengaku, cukup puas telah mencicipi kuliner yang ditunggu-tunggunya itu, sejak meneteskan air liur melihat iklan FJB 2014 di televisi. ”Rasanya, lumayan untuk lidah saya,” cetusnya.

Selain menikmati berbagai sajian kuliner nusantara di satu lokasi ini, para pengunjung juga disuguhi berbagai fasilitas. Bagi yang mengumpulkan kupon minimal lima lembar, dapat menukarkannya ke stan penukaran hadiah. Di sana, mereka akan mendapat hadiah langsung berupa satu bungkus kecap Bango, plus kesempatan berfoto gratis di stan foto Bango. Boleh foto sendiri atau rame-rame. Panitia menyediakan topi bambu ala petani dan papan-papan berisi pesan melestariakan kuliner nusantara, untuk bergaya saat difoto. Minat untuk berfoto di stan ini cukup tinggi, terbukti antrian hinggga 20 meter. Yuk gayaa… Siappp…. 1, 2, 3… Klik, klik… klik!!!

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO Bergaya di Stan Foto FJB 2014, di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Bergaya di Stan Foto FJB 2014.

Selain berfoto ria, pengunjung juga boleh menambah pengetahuan dengan mengunjungi Kampung Bango yang dikemas dengan sangat atraktif. Di stan ini, pengunjung dapat mengenal berbagai keunggulan kecap Bango, mulai dari penggunaan bahan-bahan berkualitas hingga proses pembuatannya yang berstandar ketat. Ada bibit kedelai hitam, ada biji kedelai berkualitas dalam goni, hingga produk akhirnya berupa kecap. Proses pembuatannya disajikan lengkap lewat tayangan video yang diputar terus menerus selama acara.

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO Bergaya bak petani di stan Kampung Bango.
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Bergaya bak petani di stan Kampung Bango.

Ada juga stan Saung Cocol Bango Manis Pedas Gurih yang menyuguhkan berbagai jenis kudapan tradisional, yang semakin nikmat rasanya jika dipadukan dengan Kecap Bango Manis Pedas Gurih. Hmm…. Coba dulu ahhh…. Nyam.. nyam…. Boleh tambah?

Dan ada demo memasak resep terpilih di Dapur Bango yang semakin menambah pengetahuan pengunjung mengenai resep dan cara jitu penyajian warisan kuliner Nusantara.

Selain itu, disediakan hiburan berupa atraksi musik live di panggung yang menghadirkan band lokal Medan. Tak hanya itu, ada hadiah berupa pasta gigi pepsodent kecil untuk para pengunjung. Tinggal minta pada mbak-mbak yang menjaganya. Air putih siap minum tanpa dimasak dari Pureit –masih produk Unilever– juga tersedia bagi pengunjung. Gratisss…

Sebagai bagian dari Festival Jajanan Bango tahun ini, di waktu bersamaan Bango juga melakukan kegiatan Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara, sebuah perjalanan ekstensif menelusuri kekayaan kuliner di tiga wilayah Indonesia. Yakni Indonesia Barat (Sumatra-Kalimantan), Indonesia Tengah (Jawa, Bali, dan Madura), dan Indonesia Timur (Sulawesi, NTT, NTB, Maluku, Papua). Kegiatan berlangsung mulai April hingga Agustus nanti.

Pakar kuliner Nusantara, Arie Parikesit yang ditunjuk memimpin tim ekspedisi mengatakan, salahsatu hal yang mereka temukan dalam ekspedisi itu adalah bahwa kecap merupakan salahsatu bumbu masak yang dapat menyatukan nusantara.

”Kecap tidak hanya ditemukan di wilayah tengah Nusantara seperti Pulau Jawa dan sekitarnya, namun juga tersebar dari wilayah Barat hingga Timur Nusantara. Di Medan misalnya, kecap banyak digunakan dalam jenis kuliner tumis dan kuah, seperti Mie Aceh, Soto Medan, Mie Sate Medan, Ikan Patin, dan sebagainya,” kata dia.

Tim ekspedisinya sudah melawat ke Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Kalteng, Kalsel, dan Kepulauan Riau. ”Kami menemukan banyak bumbu-bumbu khas, seperti dari Toraja lada karokon. Paprika, tapi pedes banget,” kekehnya.

Lewat ekspedisinya, Arie menemukan masih banyak kuliner nusantara yang belum tereksposes. Ia berharap adanya Festival Jajanan Bango bisa menjadi momen mengajak masyarakat melestarikan kekayaan kuliner Indonesia. ”Untuk Sumatera Utara, secara khusus kami tertarik dengan kuliner Tapanuli,” tuturnya.

Tahun ini, timnya berencana mengunjungi 20 daerah di Sumatera Utara untuk mendokumentasikan kekayaan kuliner otentik, seperti Samosir, Toba, Balige, Tarutung, Sipirok, Mandailing, hingga ke Nias. Selain menemukan kekayaan resep dan komponen bumbu di balik kuliner, mereka juga ingin menggali mengenai latar belakang penamaan kuliner tersebut, hingga budaya masyarakat yang melekat di dalamnya. Tak hanya makanan utama, timnya juga akan berburu jenis cemilan dan cocolan di berbagai daerah.

Senior Brand Manager Bango Nuning Wahyuningsih menuturkan, tim ekspedisi akan menyambangi lebih dari 105 kota di seluruh Indonesia. Hasil ekspedisi nantinya akan didokumentasikan dalam buku ’Bango Jelajah Warisan Kuliner dari Barat ke Timur Nusantara.’

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Sri Hartini pun memberikan rekomendasi kepada tim ekspedisi. Dia menyebutkan beberapa kuliner khas antara lain dari Melayu Pesisi Ikan Sale Gulai, dan Sop Manuk. Dari Toba yakni Mie Gomak dan Naniarsik, Naniura, dan Natinombur.

“Dari Simalungun ada Dayok Nabinatur. Ini makanan khas saat acara adat di sana. Dayok adalah ayam, dan Nabinatur artinya teratur. Penyajiannya memiliki filosofi agar kehidupan kita menjadi teratur,” kata Sri.

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO  Artis Titi Kamal (kedua dari kiri), Plt Kadisbudpar Sumut Sri Hartini , dan Senior Brand Manager Bango Nuning Wahyuningsih.
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Artis Titi Kamal (kedua dari kiri), Plt Kadisbudpar Sumut Sri Hartini, dan Senior Brand Manager Bango Nuning Wahyuningsih (paling kanan).

Nuning sendiri mengharapkan seluruh masyarakat tergerak dan menjadi bagian dalam Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara, dengan terlibat dalam komunitas digital Bango, baik melalui situs www.bango.co.id, Facebook Fan Page Warisan Kuliner, dan Youtube Warisan Kuliner maupun mobile apprication Wisata Kuliner.

”Melalu mobile application ini, pecinta kuliner tidak hanya dapat mengikuti rekam jejak tim ekspedisi, tetapi juga dapat aktif menuliskan review atas jajanan yang mereka santap dan langsung diunggah melalui aplikasi ini,” kata Nuning.

Nuning berharap, FJB di Medan dapat menggenapkan perayaan misi dan semangat Bango dan ratusan ribu masyarakat Indonesia yang telah terlibat, untuk bersama melestarikan warisan kuliner dari Barat hingga Timur Nusantara.

Tapi: ”Ah, sayang cuma sehari ya. Perut cuma satu, nggak bisa mencicipi semua kulinernya. Coba digelar seminggu…. wah…,” ungkap Suri (40), pengunjung FJB 2014 di Lapangan Benteng, sambil tersenyum penuh arti. (*)

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO  Menikmati Kuliner Nusantara di FJB 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014) malam. Nyamm....
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Menikmati Kuliner Nusantara di FJB 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014) malam. Nyamm….

SUMUTPOS.CO – Selama sehari, Lapangan Benteng Medan disulap menjadi kampung kuliner. Ada puluhan jenis variasi kuliner dari Barat sampai Timur Nusantara, disajikan di sana. Mau makan menu yang mana, tinggal pilih. Tak perlu takut tersesat. Untuk ’kampung’ sekecil itu, ada papan penunjuk arah yang disediakan.

 

Dame Ambarita, Medan

 

Sejak pagi hingga malam Sabtu (7/6/2014) akhir pekan kemarin, ribuan kendaraan baik roda dua maupun roda empat silih berganti memadati areal parkir jalanan yang mengelilingi Lapangan Benteng Medan. Warga Medan berduyun-duyun datang ingin menikmati legenda kuliner dari wilayah Barat, Tengah, hingga Timur Nusantara, lewat Festival Jajanan Bango 2014 yang digelar PT Unilever Indonesia Tbk. Keramaian makin padat pada malam hari, hingga untuk mendapat meja kosong pun tidak mudah.

Ada beberapa pintu gerbang yang dibuka sebagai jalan masuk. Begitu masuk ke lapangan, tenda-tenda putih langsung menarik perhatian.

Ke mana dulu ya? Nah, jangan khawatir. Panitia FJB 2014 yang mengusung tema ”Persembahan Warisan Kuliner dari Barat hingga Timur Nusantara’, cukup peduli dengan menyediakan papan penunjuk arah. Di papan penunjuk arah itu dituliskan arah ke musala, warung bango, tenda medis, area kuliner timur, tengah, dan barat Indonesia, area jajanan pasar, kampung bango, area anak, bahkan ruang menyusui. Nah, cukup lengkap bukan?

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO  Papan Penunjuk Arah di FJB 2014 Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014). Tersedia Ruang Menyusui.
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Papan Penunjuk Arah di FJB 2014 Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014). Tersedia Ruang Menyusui.

Jika kebetulan tak melihat papan penunjuk arah, pengunjung juga tak perlu bingung. Penataan areal festival cukup teratur. Deretan tenda sebelah kiri –jika kita masuk dari gerbang dekat Plaza Lippo Bank—adalah area kuliner timur dan tengah Indonesia. Tenda utama di tengah lapangan merupakan areal tempat makan. Terlihat jelas dari deretan meja panjang dan kursi-kursi plastik yang disediakan. Deretan tenda sebelah kanan merupakan area kuliner barat Indonesia. Termasuk areal ’Kampung Bango’.

Panggung paling depan pastinya panggung musik untuk menghibur pengunjung mulai sore hingga malam. Masih ada beberapa tenda lainnya yang disediakan panitia untuk berbagai keperluan.

Sebelum memutuskan mau makan apa, tentu keliling dulu melihat-lihat. Di stan kuliner Indonesia Timur terlihat ada Coto Makassar, dari Indonesia Tengah ada Siomay Bandung dan Gado-Gado Jakarta.

Khusus dari Sumut ada Lontong Johor Kak Umi, Kerang Rebus Sumatera, Mie Sop Kampung Bambu Cafe, Nasi Gurih Warung Hijau, Soto Nanda Sei Blutu, Sate Padang Nasional, Sate Memeng, Holat Mandailing, Pakkat Sipirok, Nasi Briyani. Semua kuliner ini memanfaatkan kecap untuk menambah kelezatan rasanya.

“Total terdapat 30 kuliner nusantara dan 10 jajanan seperti gorengan khas yang kami hadirkan di sini. Kami berharap pengunjung ramai seperti di dua kota sebelumnya. Di Jakarta, FJB 2014 dipadati 90.000 pengunjung, sementara di Makassar 20.000 pengunjung,” kata Senior Brand Manager Bango PT Unilever Indonesia Tbk Nuning Wahyuningsih, kepada awak media, usai pembukaan FJB 2014.

Kata Nuning, Medan menjadi kota persinggahan terakhir festival kuliner tahunan ini, setelah Jakarta pada 3 Mei 2014 dan Makassar pada 24 Mei 2014. Medan menjadi salahsatu kota terpilih yang disinggahi, karena kota ini terkenal sebagai salahsatu destinasi wisata kuliner yang memiliki ciri khas. Betapa tidak, kuliner Medan mewakili ciri-ciri kuliner Aceh, Minang, Tapanuli, Tionghoa, India, dan Melayu Deli. Pengaruh dari keenam karaktek kuliner besar ini dinilai menghasilkan ragam hidangan otentik yang sungguh istimewa.

”Melalui FJB Medan, Bango memiliki misi untuk memperkenalkan kekayaan warisan kuliner Nusantara kepada masyarakat Medan, sehingga dapat semakin mengenal dan mencintai keragaman kuliner otentik dari seluruh Nusantara,” ungkap Nuning. FJB sendiri terakhir kali menyambangi Medan pada 2006 dan 2007.

Saat pembukaan pukul 10 pagi, pengunjung diberi kesempatan menikmati kehadiran selebriti tanah air, Titi Kamal, yang dihadirkan sebagai representasi generasi muda yang berkomitmen tinggi dalam melestarikan warisan kuliner Nusantara, melalui usaha kuliner tradisional yang ia geluti.

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO Titi Kamal, artis sekaligus representasi generasi muda pelestari kuliner nusantara, hadir dalam Festival Jajanan Bango 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Titi Kamal, artis sekaligus representasi generasi muda pelestari kuliner nusantara, hadir dalam Festival Jajanan Bango 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).

Titi berujar, ”Sejak lama saya memiliki kecintaan terhadap ragam kuliner Nusantara karena kelezatannya yang sangat khas. Saya melihat kesempatan untuk ikut berkontribusi melestarikan dan mempopulerkannya ke banyak orang. Tanpa berpikir dua kali, saya langsung menekuninya sampai sekarang,” katanya.

Untuk mempopulerkan ragam kuliner nusantara yang digelutinya, Titi memanfaatkan promo dari mulut ke mulut, dan melalui jaringan sosial media. ”Twitter sangat efektif untuk promosi,” ungkapnya seraya tersenyum manis.

Siang itu, warga Medan tampak antusias memandang Titi Kamal saat lewat dari meja tempat makan untuk pengunjung. Tetapi warga Medan nampaknya malu-malu untuk minta foto bareng. Hehehehe…

Saat jadwal makan siang pukul 12.00 hingga pukul 2 siang, para pengunjung masih bisa sok pilih-pilih mau makan menu yang mana. Maklum, seluruh stan masih penuh stok. Namun kondisinya berbeda pada jadwal makan malam. Beberapa stan telah kehabisan bahan. Ada yang kehabisan menu utama misalnya ayam, tetapi bumbunya masih tersisa banyak. Ada stan yang kehabisan sambal. Bahkan ketoprak dan pecal pun sudah ludes pukul 20.00 Wib. Tak heran, stan-stan yang masih banyak persediaan pun langsung dipenuhi antrian panjang pengunjung. Salahsatunya stan Sate Memeng Medan. Stan ini nampaknya meminta kiriman daging dari warung induknya di Jalan Irian, hingga tetap bisa melayani pembeli.

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO Sate Memeng Medan diminati pengunjung Festival Jajanan Bango 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Sate Memeng Medan diminati pengunjung Festival Jajanan Bango 2014 di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).

Stan Coto Makassar juga termasuk rame peminat. Maklum saja, tak semua warga Medan pernah mencicipi Coto yang satu ini. ”Saya jauh-jauh dari Belawan datang, hanya untuk mencicipi Coto Makassar, kata Nisa (22), seorang mahasiswi yang tinggal di Belawan.

Ia mengaku, cukup puas telah mencicipi kuliner yang ditunggu-tunggunya itu, sejak meneteskan air liur melihat iklan FJB 2014 di televisi. ”Rasanya, lumayan untuk lidah saya,” cetusnya.

Selain menikmati berbagai sajian kuliner nusantara di satu lokasi ini, para pengunjung juga disuguhi berbagai fasilitas. Bagi yang mengumpulkan kupon minimal lima lembar, dapat menukarkannya ke stan penukaran hadiah. Di sana, mereka akan mendapat hadiah langsung berupa satu bungkus kecap Bango, plus kesempatan berfoto gratis di stan foto Bango. Boleh foto sendiri atau rame-rame. Panitia menyediakan topi bambu ala petani dan papan-papan berisi pesan melestariakan kuliner nusantara, untuk bergaya saat difoto. Minat untuk berfoto di stan ini cukup tinggi, terbukti antrian hinggga 20 meter. Yuk gayaa… Siappp…. 1, 2, 3… Klik, klik… klik!!!

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO Bergaya di Stan Foto FJB 2014, di Lapangan Benteng Medan, Sabtu (8/6/2014).
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Bergaya di Stan Foto FJB 2014.

Selain berfoto ria, pengunjung juga boleh menambah pengetahuan dengan mengunjungi Kampung Bango yang dikemas dengan sangat atraktif. Di stan ini, pengunjung dapat mengenal berbagai keunggulan kecap Bango, mulai dari penggunaan bahan-bahan berkualitas hingga proses pembuatannya yang berstandar ketat. Ada bibit kedelai hitam, ada biji kedelai berkualitas dalam goni, hingga produk akhirnya berupa kecap. Proses pembuatannya disajikan lengkap lewat tayangan video yang diputar terus menerus selama acara.

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO Bergaya bak petani di stan Kampung Bango.
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Bergaya bak petani di stan Kampung Bango.

Ada juga stan Saung Cocol Bango Manis Pedas Gurih yang menyuguhkan berbagai jenis kudapan tradisional, yang semakin nikmat rasanya jika dipadukan dengan Kecap Bango Manis Pedas Gurih. Hmm…. Coba dulu ahhh…. Nyam.. nyam…. Boleh tambah?

Dan ada demo memasak resep terpilih di Dapur Bango yang semakin menambah pengetahuan pengunjung mengenai resep dan cara jitu penyajian warisan kuliner Nusantara.

Selain itu, disediakan hiburan berupa atraksi musik live di panggung yang menghadirkan band lokal Medan. Tak hanya itu, ada hadiah berupa pasta gigi pepsodent kecil untuk para pengunjung. Tinggal minta pada mbak-mbak yang menjaganya. Air putih siap minum tanpa dimasak dari Pureit –masih produk Unilever– juga tersedia bagi pengunjung. Gratisss…

Sebagai bagian dari Festival Jajanan Bango tahun ini, di waktu bersamaan Bango juga melakukan kegiatan Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara, sebuah perjalanan ekstensif menelusuri kekayaan kuliner di tiga wilayah Indonesia. Yakni Indonesia Barat (Sumatra-Kalimantan), Indonesia Tengah (Jawa, Bali, dan Madura), dan Indonesia Timur (Sulawesi, NTT, NTB, Maluku, Papua). Kegiatan berlangsung mulai April hingga Agustus nanti.

Pakar kuliner Nusantara, Arie Parikesit yang ditunjuk memimpin tim ekspedisi mengatakan, salahsatu hal yang mereka temukan dalam ekspedisi itu adalah bahwa kecap merupakan salahsatu bumbu masak yang dapat menyatukan nusantara.

”Kecap tidak hanya ditemukan di wilayah tengah Nusantara seperti Pulau Jawa dan sekitarnya, namun juga tersebar dari wilayah Barat hingga Timur Nusantara. Di Medan misalnya, kecap banyak digunakan dalam jenis kuliner tumis dan kuah, seperti Mie Aceh, Soto Medan, Mie Sate Medan, Ikan Patin, dan sebagainya,” kata dia.

Tim ekspedisinya sudah melawat ke Sulawesi Selatan, Yogyakarta, Kalteng, Kalsel, dan Kepulauan Riau. ”Kami menemukan banyak bumbu-bumbu khas, seperti dari Toraja lada karokon. Paprika, tapi pedes banget,” kekehnya.

Lewat ekspedisinya, Arie menemukan masih banyak kuliner nusantara yang belum tereksposes. Ia berharap adanya Festival Jajanan Bango bisa menjadi momen mengajak masyarakat melestarikan kekayaan kuliner Indonesia. ”Untuk Sumatera Utara, secara khusus kami tertarik dengan kuliner Tapanuli,” tuturnya.

Tahun ini, timnya berencana mengunjungi 20 daerah di Sumatera Utara untuk mendokumentasikan kekayaan kuliner otentik, seperti Samosir, Toba, Balige, Tarutung, Sipirok, Mandailing, hingga ke Nias. Selain menemukan kekayaan resep dan komponen bumbu di balik kuliner, mereka juga ingin menggali mengenai latar belakang penamaan kuliner tersebut, hingga budaya masyarakat yang melekat di dalamnya. Tak hanya makanan utama, timnya juga akan berburu jenis cemilan dan cocolan di berbagai daerah.

Senior Brand Manager Bango Nuning Wahyuningsih menuturkan, tim ekspedisi akan menyambangi lebih dari 105 kota di seluruh Indonesia. Hasil ekspedisi nantinya akan didokumentasikan dalam buku ’Bango Jelajah Warisan Kuliner dari Barat ke Timur Nusantara.’

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Sri Hartini pun memberikan rekomendasi kepada tim ekspedisi. Dia menyebutkan beberapa kuliner khas antara lain dari Melayu Pesisi Ikan Sale Gulai, dan Sop Manuk. Dari Toba yakni Mie Gomak dan Naniarsik, Naniura, dan Natinombur.

“Dari Simalungun ada Dayok Nabinatur. Ini makanan khas saat acara adat di sana. Dayok adalah ayam, dan Nabinatur artinya teratur. Penyajiannya memiliki filosofi agar kehidupan kita menjadi teratur,” kata Sri.

Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO  Artis Titi Kamal (kedua dari kiri), Plt Kadisbudpar Sumut Sri Hartini , dan Senior Brand Manager Bango Nuning Wahyuningsih.
Foto: Dame Ambarita/SUMUTPOS.CO
Artis Titi Kamal (kedua dari kiri), Plt Kadisbudpar Sumut Sri Hartini, dan Senior Brand Manager Bango Nuning Wahyuningsih (paling kanan).

Nuning sendiri mengharapkan seluruh masyarakat tergerak dan menjadi bagian dalam Ekspedisi Warisan Kuliner Nusantara, dengan terlibat dalam komunitas digital Bango, baik melalui situs www.bango.co.id, Facebook Fan Page Warisan Kuliner, dan Youtube Warisan Kuliner maupun mobile apprication Wisata Kuliner.

”Melalu mobile application ini, pecinta kuliner tidak hanya dapat mengikuti rekam jejak tim ekspedisi, tetapi juga dapat aktif menuliskan review atas jajanan yang mereka santap dan langsung diunggah melalui aplikasi ini,” kata Nuning.

Nuning berharap, FJB di Medan dapat menggenapkan perayaan misi dan semangat Bango dan ratusan ribu masyarakat Indonesia yang telah terlibat, untuk bersama melestarikan warisan kuliner dari Barat hingga Timur Nusantara.

Tapi: ”Ah, sayang cuma sehari ya. Perut cuma satu, nggak bisa mencicipi semua kulinernya. Coba digelar seminggu…. wah…,” ungkap Suri (40), pengunjung FJB 2014 di Lapangan Benteng, sambil tersenyum penuh arti. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/