25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Tes GeNose C-19 Dinilai Kurang Efektif Skrining Covid-19

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tes Genose C-19 yang kini mulai diterapkan di Bandara Internasional Kualanamu dan Stasiun Kereta Api di Sumut, dinilai kurang efektif. Sebab, terdapat sejumlah kelemahan.

SCREENING: Seorang pegawai PT KAI menghembuskan napas pada kantong napas untuk screening Covid-19 menggunakan GeNose di Stasiun Pasar Senen, Jakarta.

Menurut Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Sumatera Utara (Sumut), Destanul Aulia, berdasarkan pengamatannya, ada beberapa yang masih menjadi kelemahan GeNose C-19 ini. Satu di antaranya, pada proses validasi dan reabilitas yang cenderung lebih cepat.

“Dengan menggunakan model tiup napas, khawatir penyakit lain dalam pernapasan juga ikut, seperti penyakit pada paru, karena susah untuk membedakannya,” ungkap Destanul, Selasa (8/6).

Di samping itu, lanjut Destanul, efektivitasnya menurun jika digunakan pada perokok. Artinya, seseorang yang akan dites menggunakan GeNose tidak boleh mengonsumsi makanan menyengat atau merokok sebelum dites.

“Sensitif pada orang yang merokok dan baru makan atau minum dalam waktu 30 menit, sehingga harus dijaga betul agar alat tidak bias dan ini menjadi masalah juga,” tuturnya.

Dari sisi biaya, Destanul menuturkan, GeNose dengan biaya yang lebih murah tak sampai Rp50.000, mendorong masyarakat untuk memilihnya. Hal ini tentu akan menyebabkan kerumunan orang, atau sistem antrean yang panjang, sehingga dikhawatirkan akan menularkan Covid-19.

“Dengan tes ini, sikap masyarakat yang nantinya dapat mengetahui apakah tertular Covid-19 atau tidak, menjadi cepat puas untuk tidak terjangkit Covid-19 dan apalagi biaya lebih murah. Kami khawatir, masyarakat langsung abai dengan tidak memakai masker lagi, tidak cuci tangan, dan tidak menjaga jarak lagi,” jelas Destanul.

Destanul juga menjelaskan, dari sisi bisnis, tentunya GeNose akan mengurangi permintaan terhadap skrining Covid-19, seperti rapid test antigen, yang selama ini sudah menjadi pilihan. Meski begitu, GeNose ini merupakan satu alat skrining yang dikeluarkan oleh tim inovasi Universitas Gadjah Mada, dengan sudah melakukan uji coba secara masif, dan mendapatkan izin edar dari Kemenkes.

“Artinya, perlu didukung karena kita harus bangga buatan dalam negeri,” katanya.

Diketahui, Bandara Internasional Kualanamu mulai menerapkan tes GeNose C-19 untuk calon penumpang pada Senin (7/6). Alat tersebut dibanderol dengan harga Rp40.000. Hal ini sesuai dengan SE Nomor 12/2021.

Begitu juga dengan calon penumpang kereta api. PT KAI Divre I Sumut, resmi menggunakan GeNose C-19 sebagai satu pilihan syarat pemeriksaan untuk naik kereta api di Sumut. Penumpang dikenakan biaya Rp30.000 untuk pembayaran tes skrining corona tersebut. (ris/saz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tes Genose C-19 yang kini mulai diterapkan di Bandara Internasional Kualanamu dan Stasiun Kereta Api di Sumut, dinilai kurang efektif. Sebab, terdapat sejumlah kelemahan.

SCREENING: Seorang pegawai PT KAI menghembuskan napas pada kantong napas untuk screening Covid-19 menggunakan GeNose di Stasiun Pasar Senen, Jakarta.

Menurut Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Sumatera Utara (Sumut), Destanul Aulia, berdasarkan pengamatannya, ada beberapa yang masih menjadi kelemahan GeNose C-19 ini. Satu di antaranya, pada proses validasi dan reabilitas yang cenderung lebih cepat.

“Dengan menggunakan model tiup napas, khawatir penyakit lain dalam pernapasan juga ikut, seperti penyakit pada paru, karena susah untuk membedakannya,” ungkap Destanul, Selasa (8/6).

Di samping itu, lanjut Destanul, efektivitasnya menurun jika digunakan pada perokok. Artinya, seseorang yang akan dites menggunakan GeNose tidak boleh mengonsumsi makanan menyengat atau merokok sebelum dites.

“Sensitif pada orang yang merokok dan baru makan atau minum dalam waktu 30 menit, sehingga harus dijaga betul agar alat tidak bias dan ini menjadi masalah juga,” tuturnya.

Dari sisi biaya, Destanul menuturkan, GeNose dengan biaya yang lebih murah tak sampai Rp50.000, mendorong masyarakat untuk memilihnya. Hal ini tentu akan menyebabkan kerumunan orang, atau sistem antrean yang panjang, sehingga dikhawatirkan akan menularkan Covid-19.

“Dengan tes ini, sikap masyarakat yang nantinya dapat mengetahui apakah tertular Covid-19 atau tidak, menjadi cepat puas untuk tidak terjangkit Covid-19 dan apalagi biaya lebih murah. Kami khawatir, masyarakat langsung abai dengan tidak memakai masker lagi, tidak cuci tangan, dan tidak menjaga jarak lagi,” jelas Destanul.

Destanul juga menjelaskan, dari sisi bisnis, tentunya GeNose akan mengurangi permintaan terhadap skrining Covid-19, seperti rapid test antigen, yang selama ini sudah menjadi pilihan. Meski begitu, GeNose ini merupakan satu alat skrining yang dikeluarkan oleh tim inovasi Universitas Gadjah Mada, dengan sudah melakukan uji coba secara masif, dan mendapatkan izin edar dari Kemenkes.

“Artinya, perlu didukung karena kita harus bangga buatan dalam negeri,” katanya.

Diketahui, Bandara Internasional Kualanamu mulai menerapkan tes GeNose C-19 untuk calon penumpang pada Senin (7/6). Alat tersebut dibanderol dengan harga Rp40.000. Hal ini sesuai dengan SE Nomor 12/2021.

Begitu juga dengan calon penumpang kereta api. PT KAI Divre I Sumut, resmi menggunakan GeNose C-19 sebagai satu pilihan syarat pemeriksaan untuk naik kereta api di Sumut. Penumpang dikenakan biaya Rp30.000 untuk pembayaran tes skrining corona tersebut. (ris/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/