MEDAN- Pelaksanaan Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) yang berlangsung selama dua hari, Jumat (8/7) dan Sabtu (9/7), sesuai Juknis Dinas Pendidikan Kota Medan 2011-2012 dianggap terlalu singkat dan kurang maksimal. Alhasil, untuk mewujudkan program pemerintah dalam menerapkan materi Pendidikan Karakter, terutama bagi peserta didik baru berjalan kurang efektif.
Hal ini disampaikan Wakil Kepala SMAN 3 Bidang Kesiswaan, Emil Harahap saat dikonfirmasi wartawan koran ini, Jumat (8/7). “Sesuai Juknis Dinas Pendidikan Kota Medan, pelaksanaan MOPDB ditentukan selama dua hari. Namun tidak disebutkan dalam Juknis tersebut mengenai penentuan jadwal kegiatan sehingga kita agak sulit menerapkan waktu dalam penyampaian materi kepada peserta didik baru, apalagi hari pertama pelaksanaan adalah hari Jumat, sehingga kegiatan berjalan setengah hari untuk melaksanakan ibadah Salat Jumat,” sebutnya.
Singkatnya, bilang Emil, waktu orientasi ini juga menyebabkan materi lokal yang akan disampaikan kepada peserta didik baru, tidak maksimal. Mengingat, dalam waktu dua hari pelaksanaan MOPDB, peserta didik baru akan lebih banyak mendapatkan materi di luar ruangan, khususnya pengenalan lingkungan sekolah.
“Untuk materi muatan lokal seperti pengenalan teknologi dan perbankan akan kita upayakan pada hari pertama dan kedua masa aktif belajar mengajar, yang dimulai pada Senin (11/7) mendatang. Mengingat pada saat itu waktu senggangnya para peserta didik baru, untuk penentuan kelas yang akan digunakannya,” terang Emil.
Pantauan di sekolah tersebut, sejumlah aksesoris, yakni topi berbentuk segi empat seperti angkatan laut yang dikenakan peserta didik pria dan selendang bernuansa batik untuk peserta didik wanita, serta sejumlah makanan ringan yang melingkari pinggang setiap peserta didik, dan beragam aksesoris lainnya, mewarnai kegiatan orientasi SMAN 3 Medan.
Disinggung mengenai aksesoris yang dikenakan para peserta didik baru, Emil mengaku kegiatan tersebut lebih mengendepankan orientasi dalam mencegah upaya perploncoan yang selama ini sering dialami para peserta didik baru yang ingin mengenyam pendidikan di sebuah lembaga pendidikan.
Bahkan menurutnya, pihak sekolah melakukan pengawasan ketat dan memberikan sanksi kepada seluruh panitia yang terbukti melakukan upaya perploncoan terhdap peserta didik yang baru. “Pernak-pernik yang dikenakan peserta didik, lebih terkesan memberikan warna dalam masa aorientasi. Selain itu kita juga mengajak siswa mencintai budaya lewat aksesoris yang mereka kenakan,” ujarnya. (uma)