32 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Partai Ramai-ramai ke Eldin, Tifatul Mundur

“Kita juga siap tidak mengusung kader, tergantung kesepakatan dengan koalisi yang dibangun. Atau kita langsung kepada personal (bakal calon wali kota) apakah siap berpasangan dengan kader PKS atau tidak. Jadi tidak kita paksanakan,” katanya.

Siapa sosok nonkader yang diajukan masih jadi tanda tanya. Dzulmi Eldin pun dipercayai bias menjadi sosok yang dimaksud. Pasalnya, PKS sudah membuka peluang untuk tokoh nonkader, persis dengan PDIP.

PDIP mengaku mulai realistis menghadapi pilwako Medan. Dan mengusung incumbent yang bukan kader pun menjadi sesuatu yang wajar. Setidaknya hal ini diungkapkan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Sumut Sutarto. “Itu bagian dari dinamika politik. Saya yakin setiap partai akan berusaha untuk menang tanpa meninggalkan ruh partai itu sendiri, yaitu ideologi,” ujar Sutarto kepada wartawan, Rabu (8/7).

Pernyataan ini jelas berbanding terbalik dengan pilwako Medan 2010 lalu. PDIP cukup ‘berani’ melawan dominasi calon yang lebih kuat yakni incumbent. Sekalipun mereka tidak berhasil mendudukkan kadernya Sofyan Tan yang saat itu dipasangkan dengan Nelly Armayanti yang notabene adalah mantan Ketua KPU Medan.

Dikatakan Sutarto, yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana menempatkan kadernya sebagai salah satu kandidat, apakah calon nomor satu atau nomor dua. Pilihan sikap ini mengingat karena jumlah perolehan kursi PDIP di DPRD Medan, tidak mencukupi untuk mengusung calon tunggal. Sebagaimana di syaratkan, calon kepala daerah harus didukung oleh minimal 20 persen kursi di legislatif.

Setidaknya mereka butuh 10 kursi dari total 50 kursi yang ada di DPRD Medan. Sementara PDIP hanya mendapatkan 9 kursi atau 18 persen dukungan legislatif. Dengan demikian, partai berlambang kepala banteng moncong putih ini, harus menjalin koalisi dengan partai lain.

“Kalau 2010 lalu kan kita bisa mengusung sendiri. Tetapi sekarang harus koalisi. Jadi yang terpenting bagi kita adalah mengusung kader, kalau tidak bisa kesatu, ya kedua. Yang penting harus masuk (sebagai calon),” katanya yang juga mengaku jika Eldin menjadi pertimbangan DPP untuk dipasangkan dengan kader partainya.

Incumbent
Sebelumnya Partai Amanat Nasional (PAN) juga telah menunjukkan arah dukungannya kepada wali kota Medan sekarang ini untuk diusung sebagai salah satu calon kepala daerah. Rekomendasi Tim Pilkada Pusat PAN diberikan kepada Eldin untuk mencari dukungan sebanyak mungkin, sebagaimana disampaikan Ketua DPW PAN Sumut Zulkifli Husein.

“Kalau kita dari awal sudah dukung Eldin, yang lain yang mungkin masih malu-malu,” katanya Zulkifli.

“Kita juga siap tidak mengusung kader, tergantung kesepakatan dengan koalisi yang dibangun. Atau kita langsung kepada personal (bakal calon wali kota) apakah siap berpasangan dengan kader PKS atau tidak. Jadi tidak kita paksanakan,” katanya.

Siapa sosok nonkader yang diajukan masih jadi tanda tanya. Dzulmi Eldin pun dipercayai bias menjadi sosok yang dimaksud. Pasalnya, PKS sudah membuka peluang untuk tokoh nonkader, persis dengan PDIP.

PDIP mengaku mulai realistis menghadapi pilwako Medan. Dan mengusung incumbent yang bukan kader pun menjadi sesuatu yang wajar. Setidaknya hal ini diungkapkan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Sumut Sutarto. “Itu bagian dari dinamika politik. Saya yakin setiap partai akan berusaha untuk menang tanpa meninggalkan ruh partai itu sendiri, yaitu ideologi,” ujar Sutarto kepada wartawan, Rabu (8/7).

Pernyataan ini jelas berbanding terbalik dengan pilwako Medan 2010 lalu. PDIP cukup ‘berani’ melawan dominasi calon yang lebih kuat yakni incumbent. Sekalipun mereka tidak berhasil mendudukkan kadernya Sofyan Tan yang saat itu dipasangkan dengan Nelly Armayanti yang notabene adalah mantan Ketua KPU Medan.

Dikatakan Sutarto, yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana menempatkan kadernya sebagai salah satu kandidat, apakah calon nomor satu atau nomor dua. Pilihan sikap ini mengingat karena jumlah perolehan kursi PDIP di DPRD Medan, tidak mencukupi untuk mengusung calon tunggal. Sebagaimana di syaratkan, calon kepala daerah harus didukung oleh minimal 20 persen kursi di legislatif.

Setidaknya mereka butuh 10 kursi dari total 50 kursi yang ada di DPRD Medan. Sementara PDIP hanya mendapatkan 9 kursi atau 18 persen dukungan legislatif. Dengan demikian, partai berlambang kepala banteng moncong putih ini, harus menjalin koalisi dengan partai lain.

“Kalau 2010 lalu kan kita bisa mengusung sendiri. Tetapi sekarang harus koalisi. Jadi yang terpenting bagi kita adalah mengusung kader, kalau tidak bisa kesatu, ya kedua. Yang penting harus masuk (sebagai calon),” katanya yang juga mengaku jika Eldin menjadi pertimbangan DPP untuk dipasangkan dengan kader partainya.

Incumbent
Sebelumnya Partai Amanat Nasional (PAN) juga telah menunjukkan arah dukungannya kepada wali kota Medan sekarang ini untuk diusung sebagai salah satu calon kepala daerah. Rekomendasi Tim Pilkada Pusat PAN diberikan kepada Eldin untuk mencari dukungan sebanyak mungkin, sebagaimana disampaikan Ketua DPW PAN Sumut Zulkifli Husein.

“Kalau kita dari awal sudah dukung Eldin, yang lain yang mungkin masih malu-malu,” katanya Zulkifli.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/