28 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Siswa Harus Kenal Budaya Lokal

Siswa harus lebih mengenal budaya lokal yang ada di daerahnya masing-masing demi tetap menjaga kelestarian aneka budaya tradisional bangsa. Nah, apa yang harus dilakukan pemerintah serta seluruh elemen masyarakatn
dalam mewujudkan hal ini? Berikut wawancara wartawan koran ini Rahmat Sazaly dengan Kepala Disdik Sumut Syaiful Syafri, Senin (8/8).

Seberapa penting siswa mempelajari budaya lokal?
Budaya lokal banyak mengandung kearifan lokal yang dapat memfilter generasi muda dari pengaruh buruk budaya global yang notabene saat ini semakin sulit untuk dibendung. Artinya, dengan lebih mengenal budaya lokal, siswa akan lebih banyak mengetahui kebesaran bangsanya sendiri.

Dengan apa kita bisa mengimplementasikan hal tersebut?
Untuk itulah, Disdik Sumut telah mengambil inisiatif untuk menerbitkan buku muatan lokal dengan tujuan agar siswa SD sampai SMA mengenal dan memahami keadaan sosial, budaya, sejarah dan geografis di lingkungan terdekat siswa.

Bisa Anda jabarkan siapa saja yang menghasilkan buku ini, sehingga bisa memberikan manfaat yang maksimal?
Buku muatan lokal ini disusun oleh berbagai ahli sesuai bidangnya masing-masing seperti tim perumus kurikulum, penulis dari akademisi, praktisi, budayawan dan sejarawan dari berbagai perguruan tinggi di Sumut.
Jumlah tim pembuat buku tersebut sebanyak 33 orang yang berasal dari USU, Unimed, UMSU, IAIN, USI, Pers, Polda, Ekosistem Danau Toba, Museum Sumut dan sebagainya. Dan ada 31 judul buku muatan lokal yang sudah selesai disusun.

Selain untuk menambah pengetahuan siswa tentang kearifan lokal, dapatkah buku ini dimanfaatkan untuk yang lain?
Buku ini memang tidak harus menjadi bahan ajar, namun juga bisa digunakan sebagai suplemen dalam pembelajaran dan sebagai bahan perpustakaan.

Buku muatan lokal yang menjadi suplemen dalam pelajaran nasional yakni riwayat hidup dan perjuangan tujuh pahlawan nasional asal Sumut, sejarah kesultanan dan budaya etnik-etnik di Sumut, penyebaran dan pengaruh Islam, Kristen dan Hindu-Budha di Sumut, seni budaya Sumut, sosiologi-ekonomi dan ekosistem Danau Toba.

Sedangkan buku muatan lokal yang berdiri sendiri yakni Situs-situs Sejarah di Sumut, Tertib Berlalu Lintas, Budi Pekerti Berbasis Budaya, Budi Pekerti Berbasis Agama, Matematika dan IPA Berbasis Budaya Lokal serta ditambah dengan buku pengembangan diri untuk SD, SMP dan SMA yaitu Lingkungan Sekolah Sehat dan Wisata.

Kapan rencananya, buku-buku ini mulai disalurkan?
Buku muatan lokal ini akan efektif digunakan di seluruh sekolah-sekolah yang ada di Sumut pada September 2011 ini, setelah libur Ramadan dan Idul Fitri.
Buku sebanyak 31 judul tersebut saat ini sudah siap dicetak mencapai 50 persen dan diperkirakan seluruhnya siap dicetak secepatnya, sehingga pada waktu efektif belajar nanti sudah bisa digunakan. (*)

Siswa harus lebih mengenal budaya lokal yang ada di daerahnya masing-masing demi tetap menjaga kelestarian aneka budaya tradisional bangsa. Nah, apa yang harus dilakukan pemerintah serta seluruh elemen masyarakatn
dalam mewujudkan hal ini? Berikut wawancara wartawan koran ini Rahmat Sazaly dengan Kepala Disdik Sumut Syaiful Syafri, Senin (8/8).

Seberapa penting siswa mempelajari budaya lokal?
Budaya lokal banyak mengandung kearifan lokal yang dapat memfilter generasi muda dari pengaruh buruk budaya global yang notabene saat ini semakin sulit untuk dibendung. Artinya, dengan lebih mengenal budaya lokal, siswa akan lebih banyak mengetahui kebesaran bangsanya sendiri.

Dengan apa kita bisa mengimplementasikan hal tersebut?
Untuk itulah, Disdik Sumut telah mengambil inisiatif untuk menerbitkan buku muatan lokal dengan tujuan agar siswa SD sampai SMA mengenal dan memahami keadaan sosial, budaya, sejarah dan geografis di lingkungan terdekat siswa.

Bisa Anda jabarkan siapa saja yang menghasilkan buku ini, sehingga bisa memberikan manfaat yang maksimal?
Buku muatan lokal ini disusun oleh berbagai ahli sesuai bidangnya masing-masing seperti tim perumus kurikulum, penulis dari akademisi, praktisi, budayawan dan sejarawan dari berbagai perguruan tinggi di Sumut.
Jumlah tim pembuat buku tersebut sebanyak 33 orang yang berasal dari USU, Unimed, UMSU, IAIN, USI, Pers, Polda, Ekosistem Danau Toba, Museum Sumut dan sebagainya. Dan ada 31 judul buku muatan lokal yang sudah selesai disusun.

Selain untuk menambah pengetahuan siswa tentang kearifan lokal, dapatkah buku ini dimanfaatkan untuk yang lain?
Buku ini memang tidak harus menjadi bahan ajar, namun juga bisa digunakan sebagai suplemen dalam pembelajaran dan sebagai bahan perpustakaan.

Buku muatan lokal yang menjadi suplemen dalam pelajaran nasional yakni riwayat hidup dan perjuangan tujuh pahlawan nasional asal Sumut, sejarah kesultanan dan budaya etnik-etnik di Sumut, penyebaran dan pengaruh Islam, Kristen dan Hindu-Budha di Sumut, seni budaya Sumut, sosiologi-ekonomi dan ekosistem Danau Toba.

Sedangkan buku muatan lokal yang berdiri sendiri yakni Situs-situs Sejarah di Sumut, Tertib Berlalu Lintas, Budi Pekerti Berbasis Budaya, Budi Pekerti Berbasis Agama, Matematika dan IPA Berbasis Budaya Lokal serta ditambah dengan buku pengembangan diri untuk SD, SMP dan SMA yaitu Lingkungan Sekolah Sehat dan Wisata.

Kapan rencananya, buku-buku ini mulai disalurkan?
Buku muatan lokal ini akan efektif digunakan di seluruh sekolah-sekolah yang ada di Sumut pada September 2011 ini, setelah libur Ramadan dan Idul Fitri.
Buku sebanyak 31 judul tersebut saat ini sudah siap dicetak mencapai 50 persen dan diperkirakan seluruhnya siap dicetak secepatnya, sehingga pada waktu efektif belajar nanti sudah bisa digunakan. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/