33.6 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

Pelajar Picu Aksi Anarkis Demo Tolak Omnibus Law di Medan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Unjuk rasa menolak pengesahan Undang-undang Cipta Kerja di Kota Medan, Sumatera Utara, berakhir ricuh, Kamis (8/10). Hujan batu mewarnai aksi di depan gedung DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol dan DPRD Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis. Kaca-kaca gedung wakil rakyat itupun berpecahan terkena lemparan batu. Bahkan, sebanyak 7 personel polisi terluka dan 177 pendemo diamankan dalam aksi itu.

LEMPAR: Sejumlah pendemo melempari petugas dengan batu di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Kamis (8/10).triadi wibowo/sumut pos.
LEMPAR: Sejumlah pendemo melempari petugas dengan batu di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Kamis (8/10).triadi wibowo/sumut pos.

AKSI ratusan mahasiswa dan pelajar ini dikawal aparat kepolisian dan dibatasi pagar kawat berduri. Pantauan Sumut Pos di depan gedung DPRD Sumut, mahasiswa dan pelajar berorasi secara bergantian. Aksi massa tersebut juga membuat arus lalulintas sekitar gedung dewan dialihkan.

Mulanya, aksi massa masih terkendali. Petugas memberikan peluang bagi pengunjukrasa menyampaikan aspirasinya. Dalam orasinya, mereka menilai UU Ciptaker merugikan rakyat kecil dan hanya menguntungkan pengusaha di sektor agraria. “Omnibus Law itu hanya akan melipatgandakan keuntungan bagi tuan tanah besar, borjuis, dan perusahaan imperialis,” teriak mahasiswa dalam orasinya.

Pendemo dari kalangan buruh juga ikut bergabung saat itu. Suasana itu menambah energi pendemo mahasiswa dan pelajar. Namun, belum lagi para buruh dan mahasiswa menyuarakan semua aspirasinya, tiba-tiba suasana memanas. Akan tetapi, entah siapa yang memulai, aksi lempar batu ke petugas terjadi. Diikuti menggoyang-goyangkan kawat duri.

Bahkan, sebelum para buruh dan mahasiswa menyuarakan aspirasinya, kondisi sudah memanas. Polisi yang sedari awal bertahan pun mulai membubarkan massa dengan tembakan air (water canon) dan gas air mata, hingga massa berlarian ke berbagai arah, termasuk ke arah pintu depan DPRD Medan di Jalan Kapten Maulana Lubis.

Massa buruh pun terkejut melihat aksi pendemo dari kalangan remaja yang mulai anarkis. Mereka pun berupaya menenangkan massa, namun tak digubris. Begitu juga mahasiswa yang mengomando mundur tidak dihiraukan.

Terdengar letusan senjata tembakan peringatan. Tapi tak lama berselang, botol air mineral, batu ukuran kecil dan besar pun melayang dari kerumuman massa ke arah aparat kepolisian yang berjaga. Dari dalam halaman gedung dewan, perwira Polrestabes Medan mengimbau agar berorasi dengan persuasif. “Jangan melakukan pelemparan kepada kami. Petugas kepolisian melakukan pengamanan. Sampaikan aspirasi dengan tertib,” imbau petugas dari halaman Gedung DPRD Sumut.

“Adik-adik, muka kalian sudah tergambar. Adik-adik mahasiswa, lakukan unjuk rasa dengan tertib. Jangan melakukan pelemparan. Adik-adik pelajar, silakan meninggalkan lokasi dan pulang ke rumah masing-masing,” imbau petugas lagi.

Namun, imbauan berkali-kali itu tak juga digubris. Massa bahkan kembali melempari petugas. Sementara ratusan personel Sabhara Polrestabes Medan berjaga di areal dalam gedung dewan. Akibatnya, seorang Polwan terkena lemparan batu di bagian belakang kepala.

Situasi pun tambah memanas. Kaca gedung dewan nyaris menjadi sasaran pelemparan batu. Meski begitu, armada pengendali massa telah siap berada di lokasi unjuk rasa. Polisi lantas menembakkan gas air mata untuk menghalau massa. Begitu juga dengan armada water canon, terus diarahkan ke pendemo agar berhenti bertindak anarkis.

Tetapi hingga sampai pukul 16.30 WIB, aksi lempar batu kembali terjadi. Petugas tetap berupaya menghalau massa dengan menembakkan gas air mata. Pendemo pun berlarian menyelamatkan diri. Bahkan ratusan pendemo merangsek masuk ke halaman parkir belakang kantor Wali Kota Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis guna menghindari tembakan gas air mata. Puluhan pendemo dari kalangan pelajar dan mahasiswa, terpaksa diamankan dalam aksi itu.

Ketika sejumlah polisi berusaha mengamankan salah seorang pendemo, rekan-rekan pendemo lainnya berusaha menyelamatkan dengan cara melempari polisi pakai batu. Sementara polisi lainnya menembakkan gas air mata.

Tak sampai di situ, petugas juga mengamankan sejumlah pendemo yang dianggap sebagai provokator sehingga menyebabkan terjadinya kericuhan. Mayoritas mereka berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Guna meredam aksi brutal massa pula, polisi berulang kali menembakkan gas air mata ke arah pendemo. Ditambah water canon guna memukul mundur massa aksi, sebab imbauan melalui pengeras suara tak kunjung digubris.

Sejumlah anggota DPRD Sumut pun ikut berusaha menenangkan massa yang mulai beringas dan brutal. Khususnya wakil rakyat dari partai yang menolak pengesahan UU Ciptaker, yakni Partai Demokrat. Namun saat aksi massa mulai tenang dan hanya penyampaian orasi hingga terjadinya bentrok, hanya sejumlah anggota Fraksi Demokrat DPRD Sumut yang kelihatan di gedung dewan. Mereka diantaranya yakni Ketua dan Sekretaris Fraksi Demorat, Armyn Simatupang dan Parlaungan Simangunsong serta anggota, Anita Lubis. Namun saat menemui massa dan berdialog, hanya Parlaungan Simangunsong dan Anita Lubis yang tampak.

Selain Parlaungan dan Anita, anggota DPRD Sumut lain yang tampak hadir dan menemui pengunjukrasa yaini dari Fraksi PAN, M Faisal. Sementara dari PKS yang di Senayan ikut menolak UU Ciptaker, satu pun anggota fraksinya tak kelihatan dan ikut menemui pengunjukrasa.

Parlaungan Simangunsong di hadapan massa mengajak tetap tenang dalam menyampaikan aspirasi. Dia menyatakan akan meneruskan aspirasi dimaksud ke pemerintah pusat. Ia juga menyampaikan rasa prihatin terhadap aksi brutal massa yang umumnya dari kelompok pelajar. “Kita minta melibatkan aksi pelajar anarkis ini ditelusuri siapa yang menyuruhnya. Sebab jika aksi anarkis begini, maka akan sulit pesan yang ingin diperjuangkan,” ujarnya.

Posisi pihaknya sebagai legislatif daerah, kata dia, hanya menampung setiap aspirasi dari masyarakat. Terlebih saat banyaknya aksi protes menolak RUU Ciptaker dibahas bahkan disahkan, ia mengaku domain dan kewenangan itu ada di legislatif Senayan. “Dan kebetulan fraksi kami bersama PKS dan termasuk juga PAN dengan catatan, menolak itu,” katanya.

M Faisal yang ikut menerima pengunjukrasa juga berharap penyampaian aspirasi tidak dilakukan secara anarkis. Dia mengakui sikap fraksinya di Senayan menerima pengesahan UU Ciptaker.

Kaca Gedung DPRD Medan Pecah

Kerusuhan yang terjadi di depan gedung DPRD Sumut, merembet hingga ke Jalan Kapten Maulana Lubis, tepatnya di depan Kantor Wali Kota dan DPRD Medan. Setibanya di depan kantor DPRD Medan, sejumlah pengunjukrasa yang ditaksir masih di bawah umur melempari aparat kepolisian yang berjaga di gedung DPRD Medan. Akibatnya, sejumlah kaca gedung dewan itu pecah. “Tolong jangan anarkis, jangan anarkis. Kepada adik-adik silakan pulang, ini bukan urusan anak sekolah, silakan pulang kerumah masing-masing,” teriak polisi lagi.

Namun imbauan tersebut tak dihiraukan, sejumlah anak remaja itu pun semakin semangat melempari polisi dan gedung DPRD Medan, sembari menantang polisi yang berjaga di halaman gedung dewan untuk keluar. Melihat aksi para pelajar itu, sejumlah mahasiswa yang tadinya ingin berunjukrasa justru menghardik para pelajar yang masih remaja tersebut agar tidak anarkis dan tetap tertib. Sebab, tujuan dari unjukrasa tersebut adalah menolak UU Cipta Kerja yang dinilai merugikan masyarakat pekerja dan berpihak serta menguntungkan para pengusaha. “Apanya kalian ini, berhenti kalian, jangan lagi lempar-lempar,” ucap seorang mahasiswa berjaket hijau sembari mendorong remaja yang melempar batu ke arah petugas.

Para mahasiswa pun berusaha meyakinkan polisi jika mereka tidak akan terprovokasi dengan tindakan-tindakan oknum yang tidak bertanggungjawab dengan melakukan tindakan-tindakan anarkis. “Pak polisi, yang melempar-lempar itu bukan mahasiswa, kami tidak anarkis. Kawan-kawan jangan ada yang terprovokasi, kita ini kaum terpelajar, terdidik, jangan mau terpancing dengan tindakan-tindakan bodoh seperti itu,” teriak seorang mahasiswa.

Aksi anarkis sempat mereda beberapa saat, namun setelah salat Ashar, aksi lempar batu kembali terjadi. Aparat kepolisian pun kembali berupaya menghalau massa dengan menembakkan gas air mata agar mau membubarkan diri. Pendemo pun berlarian menyelamatkan diri, bahkan ratusan pendemo merangsek masuk ke halaman parkir belakang kantor Wali Kota Medan dari jalan samping di antara Balai Kota dengan Palladium Plaza.

Sejumlah petugas kepolisian pun mengejar mereka hingga ke parkir belakang Balai Kota Medan. Ketika sejumlah polisi berusaha mengamankan salah seorang pendemo, rekan-rekannya berusaha menyelamatkan dengan cara melempari polisi dengan batu.

Sebagian lainnya berlarian masuk ke halaman depan Balai Kota Medan lewat pintu samping. Melihat itu, petugas Satpol PP yang berjaga langsung menutup pintu tersebut. Begitu juga dengan petugas Satpol PP yang berjaga di pintu belakang, langsung menutup pintu belakang balai kota.

Tak lama, polisi berhasil membubarkan massa di depan balai kota dan DPRD Medan. Massa berlarian ke arah Jalan Raden Saleh menuju Lapangan Merdeka Medan. Namun mereka berhenti di depan Hotel Grand Aston. Mereka kembali melempari polisi yang berjaga di Jalan Kapten Maulana Lubis dengan batu.

Polisi pun kembali mengejar pelaku pelemparan. Akhirnya, sejumlah pelaku kerusuhan berhasil diamankan, beberapa diantara merupakan anak di bawah umur. Kondisi pun mulai kondusif menjelang pukul 17.30 WIB, hingga para pengguna jalan kembali melintas dengan nyaman di Jalan Kapten Maulana Lubis menuju Lapangan Merdeka Kota Medan.

7 Polisi Terluka, 177 Pendemo Diamankan

Kapolrestabes Medan Kombes Pol Riko Sunarko mengatakan, sebanyak 7 personel mengalami luka-luka akibat terkena lemparan batu dan satu di antaranya merupakan Polwan. “Personel yang luka-luka ada 7 orang, 1 orang Polwan. Para personil tersebut telah mendapat perawatan medis,” kata Riko yang diwawancarai sekitar 17.00 WIB.

Riko menyebutkan, para pendemo yang diamankan berjumlah 177 orang. Saat ini, para demonstran yang diamankan tersebut sudah dibawa ke Mapolda Sumut untuk dilakukan pemeriksaan dan belum diketahui kapan akan dibebaskan. “Pelajar atau bukan, mereka sedang kita data,” ucapnya.

Terhadap pendemo tersebut, kata Riko, akan dilakukan tes urine dan juga rapid test Covid-19. Selain itu, didata juga asal-usulnya. “Banyak dari mereka yang diamankan menggunakan jas mahasiswa. Tapi, setelah diperiksa ternyata bukan mahasiswa dan ini masih informasi awal,” sebutnya.

Ia menuturkan, dari ratusan pendemo yang diamankan, ternyata tiga di antaranya reaktif Covid-19 setelah dilakukan rapid test. “Tiga orang yang kita amankan reaktif,” ungkapnya.

Ditambahkan Riko, situasi sudah terkendali dan massa telah membubarkan diri. “Memang ada massa yang anarkis betul, tetapi situasi sudah terkendali,” pungkasnya.

Pertokoan Dirusak

Para pelajar dan mahasiswa ini merusak pertokoan di Jalan Raden Saleh. Mereka melempari toko-toko dengan batu. Akibatnya, kaca-kaca toko pada pecah. Para pegawai toko ketakutan dan berlarian menyelamatkan diri.

Namun, aksi tersebut tak berlangsung lama karena polisi bergerak cepat memukul mundur massa hingga berhamburan ke Lapangan Merdeka dan Jalan Putri Hijau.

Tangkap Pendemo Bawa Klewang

Di Lapangan Merdeka, polisi berhasil mengamankan sejumlah pendemo yang berlarian. Bahkan, ada salah seorang yang diamankan kedapatan membawa senjata tajam jenis klewang.

Pendemo tersebut diketahui bernama M Alwi Munthoha Langkat (20), warga Jalan Tanjung Gusta. Pemuda berusia 20 tahun ini kemudian diboyong petugas ke Mapolsek Medan Barat untuk menjalani pemeriksaan hukum lebih lanjut.

Dua Kendaraan Dinas Polda Sumut Dirusak, Satu Dibakar

Terpisah, aksi pendemo yang anarkis tersebut selain merusak fasilitas Gedung DPRD Sumut juga merusak dan membakar kendaraan dinas milik Polda Sumut. Sejumlah kendaraan yang dirusak pendemo yaitu satu unit bus, mobil jenis sedan, dan minibus.

Para pendemo melempari kendaraan yang tengah terparkir di pinggir Jalan Sekip. Bahkan, massa membakar mobil dinas Polda Sumut jenis Nissan Terrano warna silver plat 271-II. Akibat aksi anarkis tersebut, kondisi kendaraan dinas milik Polda Sumut mengalami kerusakan sedang hingga berat.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja mengatakan, personil berhasil menangkap para pengunjuk rasa yang anarkis merusak kendaraan dinas milik Polda Sumut. “Para pendemo yang terlibat aksi pengerusakan mobil dinas itu telah kita amankan. Mereka masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya. (prn/map/gus/ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Unjuk rasa menolak pengesahan Undang-undang Cipta Kerja di Kota Medan, Sumatera Utara, berakhir ricuh, Kamis (8/10). Hujan batu mewarnai aksi di depan gedung DPRD Sumut, Jalan Imam Bonjol dan DPRD Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis. Kaca-kaca gedung wakil rakyat itupun berpecahan terkena lemparan batu. Bahkan, sebanyak 7 personel polisi terluka dan 177 pendemo diamankan dalam aksi itu.

LEMPAR: Sejumlah pendemo melempari petugas dengan batu di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Kamis (8/10).triadi wibowo/sumut pos.
LEMPAR: Sejumlah pendemo melempari petugas dengan batu di kawasan Lapangan Merdeka Medan, Kamis (8/10).triadi wibowo/sumut pos.

AKSI ratusan mahasiswa dan pelajar ini dikawal aparat kepolisian dan dibatasi pagar kawat berduri. Pantauan Sumut Pos di depan gedung DPRD Sumut, mahasiswa dan pelajar berorasi secara bergantian. Aksi massa tersebut juga membuat arus lalulintas sekitar gedung dewan dialihkan.

Mulanya, aksi massa masih terkendali. Petugas memberikan peluang bagi pengunjukrasa menyampaikan aspirasinya. Dalam orasinya, mereka menilai UU Ciptaker merugikan rakyat kecil dan hanya menguntungkan pengusaha di sektor agraria. “Omnibus Law itu hanya akan melipatgandakan keuntungan bagi tuan tanah besar, borjuis, dan perusahaan imperialis,” teriak mahasiswa dalam orasinya.

Pendemo dari kalangan buruh juga ikut bergabung saat itu. Suasana itu menambah energi pendemo mahasiswa dan pelajar. Namun, belum lagi para buruh dan mahasiswa menyuarakan semua aspirasinya, tiba-tiba suasana memanas. Akan tetapi, entah siapa yang memulai, aksi lempar batu ke petugas terjadi. Diikuti menggoyang-goyangkan kawat duri.

Bahkan, sebelum para buruh dan mahasiswa menyuarakan aspirasinya, kondisi sudah memanas. Polisi yang sedari awal bertahan pun mulai membubarkan massa dengan tembakan air (water canon) dan gas air mata, hingga massa berlarian ke berbagai arah, termasuk ke arah pintu depan DPRD Medan di Jalan Kapten Maulana Lubis.

Massa buruh pun terkejut melihat aksi pendemo dari kalangan remaja yang mulai anarkis. Mereka pun berupaya menenangkan massa, namun tak digubris. Begitu juga mahasiswa yang mengomando mundur tidak dihiraukan.

Terdengar letusan senjata tembakan peringatan. Tapi tak lama berselang, botol air mineral, batu ukuran kecil dan besar pun melayang dari kerumuman massa ke arah aparat kepolisian yang berjaga. Dari dalam halaman gedung dewan, perwira Polrestabes Medan mengimbau agar berorasi dengan persuasif. “Jangan melakukan pelemparan kepada kami. Petugas kepolisian melakukan pengamanan. Sampaikan aspirasi dengan tertib,” imbau petugas dari halaman Gedung DPRD Sumut.

“Adik-adik, muka kalian sudah tergambar. Adik-adik mahasiswa, lakukan unjuk rasa dengan tertib. Jangan melakukan pelemparan. Adik-adik pelajar, silakan meninggalkan lokasi dan pulang ke rumah masing-masing,” imbau petugas lagi.

Namun, imbauan berkali-kali itu tak juga digubris. Massa bahkan kembali melempari petugas. Sementara ratusan personel Sabhara Polrestabes Medan berjaga di areal dalam gedung dewan. Akibatnya, seorang Polwan terkena lemparan batu di bagian belakang kepala.

Situasi pun tambah memanas. Kaca gedung dewan nyaris menjadi sasaran pelemparan batu. Meski begitu, armada pengendali massa telah siap berada di lokasi unjuk rasa. Polisi lantas menembakkan gas air mata untuk menghalau massa. Begitu juga dengan armada water canon, terus diarahkan ke pendemo agar berhenti bertindak anarkis.

Tetapi hingga sampai pukul 16.30 WIB, aksi lempar batu kembali terjadi. Petugas tetap berupaya menghalau massa dengan menembakkan gas air mata. Pendemo pun berlarian menyelamatkan diri. Bahkan ratusan pendemo merangsek masuk ke halaman parkir belakang kantor Wali Kota Medan, Jalan Kapten Maulana Lubis guna menghindari tembakan gas air mata. Puluhan pendemo dari kalangan pelajar dan mahasiswa, terpaksa diamankan dalam aksi itu.

Ketika sejumlah polisi berusaha mengamankan salah seorang pendemo, rekan-rekan pendemo lainnya berusaha menyelamatkan dengan cara melempari polisi pakai batu. Sementara polisi lainnya menembakkan gas air mata.

Tak sampai di situ, petugas juga mengamankan sejumlah pendemo yang dianggap sebagai provokator sehingga menyebabkan terjadinya kericuhan. Mayoritas mereka berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Guna meredam aksi brutal massa pula, polisi berulang kali menembakkan gas air mata ke arah pendemo. Ditambah water canon guna memukul mundur massa aksi, sebab imbauan melalui pengeras suara tak kunjung digubris.

Sejumlah anggota DPRD Sumut pun ikut berusaha menenangkan massa yang mulai beringas dan brutal. Khususnya wakil rakyat dari partai yang menolak pengesahan UU Ciptaker, yakni Partai Demokrat. Namun saat aksi massa mulai tenang dan hanya penyampaian orasi hingga terjadinya bentrok, hanya sejumlah anggota Fraksi Demokrat DPRD Sumut yang kelihatan di gedung dewan. Mereka diantaranya yakni Ketua dan Sekretaris Fraksi Demorat, Armyn Simatupang dan Parlaungan Simangunsong serta anggota, Anita Lubis. Namun saat menemui massa dan berdialog, hanya Parlaungan Simangunsong dan Anita Lubis yang tampak.

Selain Parlaungan dan Anita, anggota DPRD Sumut lain yang tampak hadir dan menemui pengunjukrasa yaini dari Fraksi PAN, M Faisal. Sementara dari PKS yang di Senayan ikut menolak UU Ciptaker, satu pun anggota fraksinya tak kelihatan dan ikut menemui pengunjukrasa.

Parlaungan Simangunsong di hadapan massa mengajak tetap tenang dalam menyampaikan aspirasi. Dia menyatakan akan meneruskan aspirasi dimaksud ke pemerintah pusat. Ia juga menyampaikan rasa prihatin terhadap aksi brutal massa yang umumnya dari kelompok pelajar. “Kita minta melibatkan aksi pelajar anarkis ini ditelusuri siapa yang menyuruhnya. Sebab jika aksi anarkis begini, maka akan sulit pesan yang ingin diperjuangkan,” ujarnya.

Posisi pihaknya sebagai legislatif daerah, kata dia, hanya menampung setiap aspirasi dari masyarakat. Terlebih saat banyaknya aksi protes menolak RUU Ciptaker dibahas bahkan disahkan, ia mengaku domain dan kewenangan itu ada di legislatif Senayan. “Dan kebetulan fraksi kami bersama PKS dan termasuk juga PAN dengan catatan, menolak itu,” katanya.

M Faisal yang ikut menerima pengunjukrasa juga berharap penyampaian aspirasi tidak dilakukan secara anarkis. Dia mengakui sikap fraksinya di Senayan menerima pengesahan UU Ciptaker.

Kaca Gedung DPRD Medan Pecah

Kerusuhan yang terjadi di depan gedung DPRD Sumut, merembet hingga ke Jalan Kapten Maulana Lubis, tepatnya di depan Kantor Wali Kota dan DPRD Medan. Setibanya di depan kantor DPRD Medan, sejumlah pengunjukrasa yang ditaksir masih di bawah umur melempari aparat kepolisian yang berjaga di gedung DPRD Medan. Akibatnya, sejumlah kaca gedung dewan itu pecah. “Tolong jangan anarkis, jangan anarkis. Kepada adik-adik silakan pulang, ini bukan urusan anak sekolah, silakan pulang kerumah masing-masing,” teriak polisi lagi.

Namun imbauan tersebut tak dihiraukan, sejumlah anak remaja itu pun semakin semangat melempari polisi dan gedung DPRD Medan, sembari menantang polisi yang berjaga di halaman gedung dewan untuk keluar. Melihat aksi para pelajar itu, sejumlah mahasiswa yang tadinya ingin berunjukrasa justru menghardik para pelajar yang masih remaja tersebut agar tidak anarkis dan tetap tertib. Sebab, tujuan dari unjukrasa tersebut adalah menolak UU Cipta Kerja yang dinilai merugikan masyarakat pekerja dan berpihak serta menguntungkan para pengusaha. “Apanya kalian ini, berhenti kalian, jangan lagi lempar-lempar,” ucap seorang mahasiswa berjaket hijau sembari mendorong remaja yang melempar batu ke arah petugas.

Para mahasiswa pun berusaha meyakinkan polisi jika mereka tidak akan terprovokasi dengan tindakan-tindakan oknum yang tidak bertanggungjawab dengan melakukan tindakan-tindakan anarkis. “Pak polisi, yang melempar-lempar itu bukan mahasiswa, kami tidak anarkis. Kawan-kawan jangan ada yang terprovokasi, kita ini kaum terpelajar, terdidik, jangan mau terpancing dengan tindakan-tindakan bodoh seperti itu,” teriak seorang mahasiswa.

Aksi anarkis sempat mereda beberapa saat, namun setelah salat Ashar, aksi lempar batu kembali terjadi. Aparat kepolisian pun kembali berupaya menghalau massa dengan menembakkan gas air mata agar mau membubarkan diri. Pendemo pun berlarian menyelamatkan diri, bahkan ratusan pendemo merangsek masuk ke halaman parkir belakang kantor Wali Kota Medan dari jalan samping di antara Balai Kota dengan Palladium Plaza.

Sejumlah petugas kepolisian pun mengejar mereka hingga ke parkir belakang Balai Kota Medan. Ketika sejumlah polisi berusaha mengamankan salah seorang pendemo, rekan-rekannya berusaha menyelamatkan dengan cara melempari polisi dengan batu.

Sebagian lainnya berlarian masuk ke halaman depan Balai Kota Medan lewat pintu samping. Melihat itu, petugas Satpol PP yang berjaga langsung menutup pintu tersebut. Begitu juga dengan petugas Satpol PP yang berjaga di pintu belakang, langsung menutup pintu belakang balai kota.

Tak lama, polisi berhasil membubarkan massa di depan balai kota dan DPRD Medan. Massa berlarian ke arah Jalan Raden Saleh menuju Lapangan Merdeka Medan. Namun mereka berhenti di depan Hotel Grand Aston. Mereka kembali melempari polisi yang berjaga di Jalan Kapten Maulana Lubis dengan batu.

Polisi pun kembali mengejar pelaku pelemparan. Akhirnya, sejumlah pelaku kerusuhan berhasil diamankan, beberapa diantara merupakan anak di bawah umur. Kondisi pun mulai kondusif menjelang pukul 17.30 WIB, hingga para pengguna jalan kembali melintas dengan nyaman di Jalan Kapten Maulana Lubis menuju Lapangan Merdeka Kota Medan.

7 Polisi Terluka, 177 Pendemo Diamankan

Kapolrestabes Medan Kombes Pol Riko Sunarko mengatakan, sebanyak 7 personel mengalami luka-luka akibat terkena lemparan batu dan satu di antaranya merupakan Polwan. “Personel yang luka-luka ada 7 orang, 1 orang Polwan. Para personil tersebut telah mendapat perawatan medis,” kata Riko yang diwawancarai sekitar 17.00 WIB.

Riko menyebutkan, para pendemo yang diamankan berjumlah 177 orang. Saat ini, para demonstran yang diamankan tersebut sudah dibawa ke Mapolda Sumut untuk dilakukan pemeriksaan dan belum diketahui kapan akan dibebaskan. “Pelajar atau bukan, mereka sedang kita data,” ucapnya.

Terhadap pendemo tersebut, kata Riko, akan dilakukan tes urine dan juga rapid test Covid-19. Selain itu, didata juga asal-usulnya. “Banyak dari mereka yang diamankan menggunakan jas mahasiswa. Tapi, setelah diperiksa ternyata bukan mahasiswa dan ini masih informasi awal,” sebutnya.

Ia menuturkan, dari ratusan pendemo yang diamankan, ternyata tiga di antaranya reaktif Covid-19 setelah dilakukan rapid test. “Tiga orang yang kita amankan reaktif,” ungkapnya.

Ditambahkan Riko, situasi sudah terkendali dan massa telah membubarkan diri. “Memang ada massa yang anarkis betul, tetapi situasi sudah terkendali,” pungkasnya.

Pertokoan Dirusak

Para pelajar dan mahasiswa ini merusak pertokoan di Jalan Raden Saleh. Mereka melempari toko-toko dengan batu. Akibatnya, kaca-kaca toko pada pecah. Para pegawai toko ketakutan dan berlarian menyelamatkan diri.

Namun, aksi tersebut tak berlangsung lama karena polisi bergerak cepat memukul mundur massa hingga berhamburan ke Lapangan Merdeka dan Jalan Putri Hijau.

Tangkap Pendemo Bawa Klewang

Di Lapangan Merdeka, polisi berhasil mengamankan sejumlah pendemo yang berlarian. Bahkan, ada salah seorang yang diamankan kedapatan membawa senjata tajam jenis klewang.

Pendemo tersebut diketahui bernama M Alwi Munthoha Langkat (20), warga Jalan Tanjung Gusta. Pemuda berusia 20 tahun ini kemudian diboyong petugas ke Mapolsek Medan Barat untuk menjalani pemeriksaan hukum lebih lanjut.

Dua Kendaraan Dinas Polda Sumut Dirusak, Satu Dibakar

Terpisah, aksi pendemo yang anarkis tersebut selain merusak fasilitas Gedung DPRD Sumut juga merusak dan membakar kendaraan dinas milik Polda Sumut. Sejumlah kendaraan yang dirusak pendemo yaitu satu unit bus, mobil jenis sedan, dan minibus.

Para pendemo melempari kendaraan yang tengah terparkir di pinggir Jalan Sekip. Bahkan, massa membakar mobil dinas Polda Sumut jenis Nissan Terrano warna silver plat 271-II. Akibat aksi anarkis tersebut, kondisi kendaraan dinas milik Polda Sumut mengalami kerusakan sedang hingga berat.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja mengatakan, personil berhasil menangkap para pengunjuk rasa yang anarkis merusak kendaraan dinas milik Polda Sumut. “Para pendemo yang terlibat aksi pengerusakan mobil dinas itu telah kita amankan. Mereka masih menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” ujarnya. (prn/map/gus/ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/