MEDAN, SUMUTPOS.CO – Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kota Medan akan segera disuntik vaksin Covid-19. Hal ini disampaikan Wali Kota Medan Bobby Nasution.
Bobby menuturkan, pihaknya juga sudah mengagendakan penyuntikan vaksin kepada ODGJ ini. Namun terkait jumlah ODGJ yang akan disuntik vaksin masih akan berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia Cabang Medan. “Nanti akan diinformasikan jumlah ODGJ yang divaksin,” ujar Bobby saat diwawancarai usai meninjau vaksinasi sopir angkutan umum di Sentra Vaksinasi Rumah Sehat, Eks Taman Ria, Jalan Gatot Subroto, Medan, baru-baru ini.
Kegiatan vaksin dengan ODGJ merupakan kerjasama antara Pemerintah Kota Medan dengan Yayasan Rumah Sehat, sama seperti vaksinasi untuk para sopir angkutan umum di Medan. “Saat ini capaian vaksinasi masyarakat Kota Medan sudah 48,64 persen dari target Pemko Medan sebesar 1.942.998 jiwa. Kalau rentan usia dipenuhi, target naik lagi bukan 1,9 juta dan bahkan bisa naik sampai 2 jutaan,” katanya.
Terpisah, Ketua Yayasan Rumah Sehat, Afif Abdillah mengatakan, pihaknya menyediakan sekitar 250 dosis vaksin khusus untuk ODGJ. “Rencana penyuntikan vaksin kepada ODGJ tidak bisa sembarangan memberikan vaksin ke ODGJ,” ucapnya.
Menurut Afif, untuk mempermudah mencari ODGJ yang disuntik vaksin, pihaknya berkoordinasi dengan pihak rumah sakit. Adapun kondisi ODGJ yang divaksin harus dalam keadaan baik atau tenang dan mendapat izin dari keluarganya. “Kapasitas kita itu 250 dosis, nanti tergantung dari rumah sakit usulan seperti apa. Tapi, tentu harus ada izin keluarga dan ODGJ dimaksud harus tenang baru bisa disuntik vaksin,” ungkapnya.
Efek Samping Radang Jantung
Swedia, Denmark, dan Finlandia telah menghentikan penggunaan vaksin Moderna untuk pria yang lebih muda, karena efek samping kardiovaskular yang langka. Direktur Institut Kesehatan Finlandia, Mika Salminen, mengatakan, Finlandia akan memberikan vaksin Pfizer-BioNTech pada pria yang lahir pada tahun 1991 dan setelahnya.
Selain itu, Finlandia juga menawarkan suntikan untuk kelompok usia 12 tahun ke atas. “Sebuah studi Nordik yang melibatkan Finlandia, Swedia, Norwegia dan Denmark menemukan bahwa pria di bawah usia 30 tahun yang menerima vaksin Moderna Spikevax memiliki risiko sedikit lebih tinggi daripada yang lain dalam mengembangkan miokarditis,” katanya yang dikutip dari Channel News Asia, Jumat (8/10).
Pemerintah Finlandia akan mempublikasi studi Nordik tersebut dalam beberapa minggu. Meski begitu, data awal dari studi ini sudah dikirim ke European Medicines Agency (EMA) untuk dilakukan penilaian lebih lanjut.
Sebelumnya, pejabat kesehatan di Swedia dan Denmark mengumumkan bahwa sementara akan menghentikan penggunaan vaksin Moderna untuk kelompok dewasa muda dan anak-anak. Pejabat kesehatan Norwegia menegaskan mereka akan merekomendasikan pria di bawah usia 30 tahun untuk mendapatkan vaksin Pfizer.
Meski begitu, regulator di Amerika Serikat UE, WHO menekankan bahwa manfaat vaksin dengan teknologi mRNA seperti Moderna dan Pfizer tetap memberikan manfaat yang lebih besar, dibandingkan risikonya.
Sedangkan seorang juru bicara Moderna mengatakan, bahwa pihaknya telah mengetahui keputusan oleh regulator Swedia dan Denmark. Ia mengatakan bahwa kondisi ini biasanya ringan dan pasien bisa pulih dalam waktu yang singkat. “Ini biasanya kasus ringan dan individu cenderung pulih dalam waktu singkat setelah perawatan standar dan istirahat. Risiko miokarditis meningkat secara substansial bagi mereka yang tertular COVID-19, dan vaksinasi adalah cara terbaik untuk melindunginya.
Sementara itu, Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Satari buka suara soal Swedia hingga Denmark yang menyetop sementara vaksin Moderna karena temuan kasus miokarditis atau radang jantung pada usia dewasa muda. Mereka menghentikan penggunaan vaksin Moderna di usia 30 tahun ke bawah, karena kasus dilaporkan pada rentang usia tersebut, usai vaksinasi dosis kedua.
Di Indonesia, hingga kini diklaim belum ada efek samping miokarditis yang dilaporkan. Namun, Prof Hindra meminta warga segera melapor jika mengeluhkan sejumlah gejala berikut. “Sampai saat ini belum ada KIPI miokarditis usai vaksin Moderna. Bila ada gejala nyeri dada, kesulitan bernapas, atau berdebar segera berobat ke dokter, biasanya sembuh dengan pengobatan,” ujar Prof Hindra.
Badan kesehatan Swedia meyakini pemicu laporan kasus miokarditis usai vaksinasi pada remaja dan usia dewasa muda berkaitan dengan vaksin Moderna. Meski jumlah kasus yang dilaporkan terbilang sedikit.”Hubungannya sangat jelas ketika menyangkut vaksin Spikevax Moderna, terutama setelah dosis kedua,” kata badan kesehatan itu, sembari menambahkan risiko terkena sangat kecil.
Adapun Indonesia, hingga saat ini masih terus melanjutkan vaksin Moderna pada usia 30 tahun ke bawah, sambil menunggu tinjauan ITAGI dan BPOM.(ris/dtc)