25.6 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Entah Kekuatan dari Mana kok Bisa Angkat Beton

Beberapa mahasiswa yang menjadi korban ambruknya selasar BEIselasa.

SUMUTPOS.CO – Para mahasiswi dari Palembang tengah menunggu lift saat lantai balkon ambruk. Ada yang selamat karena melompat ke bagian bawah meja untuk bersembunyi.

==============================================================================

FERLYNDA PUTRI-HARTANTO ADI S., Jakarta

==============================================================================

BRAKKK! Asap putih mengepul. Suara jeritan meraung bersamaan dengan dering alarm. Suasana riuh. Mencekam.

Hervita ada di tengah-tengah kengerian akibat ambruknya balkon gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah hari kemarin (15/1) itu. Kaki dan tubuhnya terasa sakit semua. Tapi, mahasiswi Universitas Bina Darma (UBD) Palembang tersebut tetap memaksakan diri bangun.

Dengan tertatih Hervita memastikan kondisi teman-temannya. Sempat pula mengangkat beton yang menimpa salah seorang kawan. ”Saya juga tak tahu kekuatan dari mana (sehingga bisa mengangkat beton, Red),” kata perempuan 20 tahun itu di MRCCC Siloam Hospitals.

Hervita merupakan bagian dari 40–50 mahasiswi akuntansi yang tengah menunggu lift saat balkon tersebut ambruk. Keseluruhan korban luka mencapai 77 orang. Sebanyak 28 di antaranya dirawat di Siloam. Selain di Siloam, ada juga yang dirawat di lima rumah sakit lainnya. Antara lain RSAL dr Mintohardjo, RS Pertamina, dan RS Jakarta.

Total rombongan study tour UBD terdiri atas 92 orang, termasuk dosen pendamping. Sebagian lagi masih berada di lobi saat musibah itu terjadi. Rombongan memang dibagi dua kloter.

Shela, mahasiswi lainnya, berada di rombongan yang sama dengan Hervita. Tapi, dia berada di barisan belakang. Jadi, ketika balkon ambrol, dia masih sempat menyelamatkan diri. Tak sampai jatuh. ”Saya panik, bingung, lalu lari menyelamatkan diri,” ujarnya.

Di lobi Shela ikut mengevakuasi teman-temannya bersama sejumlah orang lainnya. Para korban dibawa ke halaman gedung. ”Saya nggak tega melihat kondisi teman kami yang tragis. Banyak yang kakinya luka-luka,” ungkapnya.

Sempat beredar kabar bahwa penyebab runtuhnya balkon adalah puluhan mahasiswa yang meloncat untuk berswafoto. Namun, kabar itu terbantahkan oleh keterangan Hervita maupun rekaman CCTV. ”Setelah jatuh itu posisinya orang, beton, lalu orang,” kata Hervita.

Di gamis abu-abu yang dikenakan Hervita banyak noda darah di bagian bawah. Saat berjalan, dia terpincang-pincang. Kaki kirinya memar. ”Sama punggung juga,” ucap perempuan asli Bengkulu tersebut.

Itu pun Hervita masih terbilang ”beruntung”. Sebab, banyak temannya yang mengalami patah kaki atau tangan. Di rumah sakit Hervita juga tetap sigap keluar masuk bilik di IGD. Tas selempang yang menggantung di bahunya bergerak naik turun ketika dia berjalan. Dia memantau kawan-kawannya yang juga mendapatkan perawatan.

Tak lupa pula Hervita langsung mengontak keluarga sesampai di Siloam yang berjarak 4,3 kilometer dari BEI. ”Untuk biaya, tadi katanya ditanggung BEI,” ungkapnya.

Beberapa mahasiswa yang menjadi korban ambruknya selasar BEIselasa.

SUMUTPOS.CO – Para mahasiswi dari Palembang tengah menunggu lift saat lantai balkon ambruk. Ada yang selamat karena melompat ke bagian bawah meja untuk bersembunyi.

==============================================================================

FERLYNDA PUTRI-HARTANTO ADI S., Jakarta

==============================================================================

BRAKKK! Asap putih mengepul. Suara jeritan meraung bersamaan dengan dering alarm. Suasana riuh. Mencekam.

Hervita ada di tengah-tengah kengerian akibat ambruknya balkon gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah hari kemarin (15/1) itu. Kaki dan tubuhnya terasa sakit semua. Tapi, mahasiswi Universitas Bina Darma (UBD) Palembang tersebut tetap memaksakan diri bangun.

Dengan tertatih Hervita memastikan kondisi teman-temannya. Sempat pula mengangkat beton yang menimpa salah seorang kawan. ”Saya juga tak tahu kekuatan dari mana (sehingga bisa mengangkat beton, Red),” kata perempuan 20 tahun itu di MRCCC Siloam Hospitals.

Hervita merupakan bagian dari 40–50 mahasiswi akuntansi yang tengah menunggu lift saat balkon tersebut ambruk. Keseluruhan korban luka mencapai 77 orang. Sebanyak 28 di antaranya dirawat di Siloam. Selain di Siloam, ada juga yang dirawat di lima rumah sakit lainnya. Antara lain RSAL dr Mintohardjo, RS Pertamina, dan RS Jakarta.

Total rombongan study tour UBD terdiri atas 92 orang, termasuk dosen pendamping. Sebagian lagi masih berada di lobi saat musibah itu terjadi. Rombongan memang dibagi dua kloter.

Shela, mahasiswi lainnya, berada di rombongan yang sama dengan Hervita. Tapi, dia berada di barisan belakang. Jadi, ketika balkon ambrol, dia masih sempat menyelamatkan diri. Tak sampai jatuh. ”Saya panik, bingung, lalu lari menyelamatkan diri,” ujarnya.

Di lobi Shela ikut mengevakuasi teman-temannya bersama sejumlah orang lainnya. Para korban dibawa ke halaman gedung. ”Saya nggak tega melihat kondisi teman kami yang tragis. Banyak yang kakinya luka-luka,” ungkapnya.

Sempat beredar kabar bahwa penyebab runtuhnya balkon adalah puluhan mahasiswa yang meloncat untuk berswafoto. Namun, kabar itu terbantahkan oleh keterangan Hervita maupun rekaman CCTV. ”Setelah jatuh itu posisinya orang, beton, lalu orang,” kata Hervita.

Di gamis abu-abu yang dikenakan Hervita banyak noda darah di bagian bawah. Saat berjalan, dia terpincang-pincang. Kaki kirinya memar. ”Sama punggung juga,” ucap perempuan asli Bengkulu tersebut.

Itu pun Hervita masih terbilang ”beruntung”. Sebab, banyak temannya yang mengalami patah kaki atau tangan. Di rumah sakit Hervita juga tetap sigap keluar masuk bilik di IGD. Tas selempang yang menggantung di bahunya bergerak naik turun ketika dia berjalan. Dia memantau kawan-kawannya yang juga mendapatkan perawatan.

Tak lupa pula Hervita langsung mengontak keluarga sesampai di Siloam yang berjarak 4,3 kilometer dari BEI. ”Untuk biaya, tadi katanya ditanggung BEI,” ungkapnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/