MEDAN- Dua perampok bersenjata api (senpi) yang pernah beraksi di Asahan dan Simalungun beberapa waktu lalu ditangkap Unit Sila, Subdit III, Dit Reskrimum Polda Sumut, Selasa (7/11) sore. Keduanya beraksi sambil menembaki kaca mobil korban.
Kedua tersangka yakni Sutiman (31) alias Temon warga Jalan Lintas Sumatera-Riau, Km 10, Bagan batu, Desa Jaya Agung, Kec Bagan Batu dan Supriyatno alias Jigrak alias Abdel (40) warga Dusun III, Desa Persatuan, Kec Pulo Rakyat, Kab Asahan.
Penangkapan keduanya berawal dari laporan seorang supir truk dengan No Pol BE 4671 AU yang bermuatan susu SGM di Polres Asahan, Selasa (25/10) lalu. Dalam laporannya, supir mengaku saat itu dihentikan oleh lima pengendara sepeda motor dan langsung menembakkan senjata api ke arah kaca depan sebanyak dua kali.
Cukup membuat korbannya ciut, Abdel dan Temon yang saat itu menjadi eksekutor langsung meng gasak uang dan barang berharga milik korban. Dalam aksinya, para pelaku berhasil menggondol uang Rp15 juta, 1 unit HP merk Aden dan 1 buah jam tangan merk Rolex.
Tak hanya itu, komplotan yang dikenal dengan nama Komplotan Jhony ini keesokan harinya kembali merampok di Serbelawan, Kab Simalungun. Kali ini sasarannya adalah seorang toke getah Simalungun yang mengendarai mobil Honda CR V.
Modusnya sama, para pelaku langsung menghadang dan menembak kaca mobil korban. Setelah korban kecut, dua dari lima pelaku masuk dan menjarah barang-barang milik korban.
Namun, saat itu komplotan Jhony pulang dengan tangan kosong karena tak mendapatkan barang-barang berharga milik korban. Setelah pelaku kabur, korban pun mendatangi Polres Simalungun dan membuat penhaduan.
Berdasarkan laporan dan informasi, Unit Sila Polda Sumut kemudian bergerak mengembangkan kasus ini dipimpin Kanitnya Kompol Robin Surbakti. Dengan kemampuan teknologi yang dimiliki Polda Sumut, personil dapat mendeteksi keberadaan Temon.
Temon berhasil ditangkap di rumahnya saat sedang tidur. Tak mau buang waktu petugas langsung melakukan pengembangan. Abdel pun akhirnya berhasil ditangkap di Hotel Holie, Jalan Hang Tuah Ujung, Pekan Baru-Riau saat sedang menunggu teman-temannya untuk kembali merampok. Dari keduanya, polisi menyita HP merk Aden milik korban, tas warna hitam milik korban dan kalkulator milik korban.
Petugas kemudian berencana melanjutkan perburuan tersangka lain, namun HP tersangka lain langsung mati. Diduga ketiga tersangka sudah mengetahui temannya tertangkap. Untuk pemeriksaan lebih lanjut petugas kemudian memboyong kedua tersangka dan barang bukti menuju Polda Sumut.
Kepada wartawan, keduanya mengaku dalam setiap aksinya selalu dibantu tiga temannya yang lain. Ketiganya yakni Jhony Pratama warga Pekan Baru, Karpono alias Gepeng alias Selamat warga Tebing Tinggi dan Raja warga Aceh. “Kami biasa main berlima pak, kami baru dua kali main. Satu di Serbelawan satu lagi di Asahan,” ujar Temon saat baru tiba di Polda Sumut, Selasa (8/11) sore.
Temon mengaku mendapat senjata api dari Jhony. Oleh anggotanya Jhony yang memiliki sebuah rumah makan di Duri, Riau ini diakui sebagai pemilik dua pucuk senjata api jenis FN dan Colt. “Bos kami Jhony, dia yang punya senjata,” ungkap Temon.
Diakui Temon, ia berkenalan dengan Jhony saat singgah di rumah makan miliknya di Duri. Saat itu Temon berprofesi sebagai supir truk balok. Awal perkenalannya Temon curhat dengan Jhony, Temon mengaku sangat susah dan butuh uang untuk menghidupi keluarganya. Oleh Jhony, Temon ditawari pekerjaan.
Namun saat itu, Temon belum tahu apa pekerjaan yang akan diberikan Jhony padanya. Setelah dihubungi kembali vian HP, Temon baru lah tahu kalau dirinya direkrut sebagai perampok antar propinsi. Karena butuh uang, Temon akhirnya langsung mengamini tawaran Jhony. “Kami diajarkan pakai pistol, pistolnya dua. Dia mahir pakai senjata itu,” beber Temon.
Sementara, Abdel mengaku juga baru mengenal Jhony saat ia membuka judi dadu putar di Asahan. Saat itu penghasilan membuka dadu semakin menipis, akhirnya ia menerima tawaran Jhony untuk merampok. “Aku nggak dapat bagian pak,” kelitnya.
Abdel berdalih terpaksa melakukan aksi kriminal itu karena istrinya sedang opname di rumah sakit. “Istriku sakit dan butuh biaya berobat, aku terima Rp3,3 juta. Itu pun untuk bayar istriku berobat,” kelit Abdel.
Untuk penambah nyali sebelum beraksi, komplotan Jhony kerap menenggak minuman keras terlebih dahulu. Diungkap Temon, sebelum beraksi komplotannya tak seperti komplotan lain yang menggambar korbannya terlebih dahulu. “Biasanya kena scotch dulu pak, kami nggak gambar dulu. Jhony yang perintahkan, kalau dia perintahkan cegat ya kami cegat,” bebernya.
Kasubdit III, Dit Reskrimum, Polda Sumut, Kompol Andry Setiawan mengatakan masih terus memburu tiga pelaku lainnya. “Masih terus kita buru, untuk tersangka Karpono dan Raja BTS mereka terakhir mati di Aceh Pidie. Kita menduga mereka sudah tahu kalau temannya tertangkap,” tegasnya. (ala/smg)