Site icon SumutPos

Mahasiswa USU Tewas Lompat di Sun Plaza, Keluarga: Edo Dibunuh

Foto: Oki/PM Edoardo yang tewas lompat di Sun Plaza, Medan.
Foto: Oki/PM
Edoardo yang tewas lompat di Sun Plaza, Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jenazah Edoardo Servasus Napitupulu (26), mahasiwa USU Fakultas Ekonomi angkatan 2008 yang sebelumnya disebut tewas lompat dari lantai tiga Sun Plaza, Minggu (7/2) sekira pukul 19.00 WIB, selesai diotopsi. Pihak keluarga curiga, lajang yang biasa dipanggil Edo itu meninggal bukan karena bunuh diri, melainkan dibunuh. Apalagi dua jam sebelum ditemukan meregang nyawa dengan posisi telungkup di lantai LG, Edo mendapat telepon dan pesan singkat dari sesorang.

Kecurigaan ini dibeber keluarga Edo saat ditemui kru koran ini di rumah duka Jalan Flamboyan Vl/No 3, Komplek IKIP Simpang Melati, Kelurahan Tanjung Slamat Medan, Selasa (9/2) siang. Ibu kandung korban, Bernadetta Anita J Simbolon SE MSi didampingi anak bungsunya Nicholas Napitupulu menuturkan, Minggu (7/2) pukul 12.00 WIB, Edo meninggalkan rumah untuk mengantarkan opungnya ke Panti Karya Kasih.

“Habis ngantar opung, dia mengendarai mobil Ayla miliknya untuk menemui temannya. Sehabis jumpa sama kawannya. Edo berencana ikut beribadah sama aku di gereja Jalan Pemuda Medan. Tetapi, sekira pukul 16.30 WIB, Edo menerima telepon dari seseorang, mereka janji bertemu,” beber Bernadetta. Untuk memenuhi janji itu, Edo batal ibadah dan hanya mengantar ibunya ke gereja.

“Saat itu anak saya sempat mengantar temannya ke rumah teman yang lain. Edo juga sempat mengaku akan menjemput saya, dan menerima telepon dari seseorang. Setelah itu anak saya permisi untuk menemui teman-temannya. Dalam telepon itu, anak saya mengatakan iya-iya aku ke sana,” ucapnya menirukan ucapan terakhir Edo pada si penelepon.

Pihak keluarga makin curiga melompat dari lantai tiga gedung tersebut. Apalagi hasil otopsi pada korban hanya terdapat luka patah tulang di bagian leherrnya. Hal itu berbanding terbalik dengan posisi korban yang ditemukan tewas dalam posisi telungkup. Untuk itu, Bernadetta berharap polisi mampu mengungkap penyebab kematian putranya.

“Edo merupakan pribadi yang periang dan selalu terbuka kepada saya, sampai hal yang sekecil apapun. Selama ini, setahu saya Edo tidak pernah punya masalah dengan siapapun. Untuk itu kami berharap polisi mampu mengungkap penyebab kematian anak saya. Saat ini, telepon genggam anak saya masih di tangan polisi untuk keperluan penyelidikan,” tadasnya.

Kecurigaan senada juga diungkapkan kekasih Edo berinisial TR (25) yang ditemui di rumah duka. Bagi TR, tak ada alasan bagi lelaki pujaan hatinya itu untuk bunuh diri. Apalagi,semasa hidupnya TR mengenal Edo sebagai sosok pribadi yang periang. Bahkan, sebelum kejadian, pria yang telah pacaran dengannya dari bangku SMA itu sempat menyatakan rencananya ke depan.

“Menurut saya tidak mungkin dia nekad bang. Banyak rencananya yang masih mau dia wujudkan. Selain akan mengambil ijazah S1 Sarjana Ekonomi di USU dan melamar pekerjaan, dia juga sempat mengaku akan membuat surprise dengan menemui saya ke Batam bang,” ucapnya.

Disebutkan wanita yang bekerja di Batam ini, selain tidak pernah memiliki masalah dengan orang lain, korban merupakan sosok pria yang selalu peduli dengan kesusahan teman atau sekelilingnya.

Terpisah, teman SD korban Alexander Sitepu (26) mengaku menyayangkan spekulasi beredar yang menyebutkan korban bunuh diri. Menurutnya, hal itu tidak sesuai dengan sosok korban yang selama ini dikenalnya.

“Tidak mungkin dia berani bunuh diri seperti anggapan yang beredar. Sama jarum suntik dan gelap saja dia takut bang. Makanya, tak wajar saya rasa kalau kematian korban disebut bunuh diri, seperti yang diberitakan. Untuk itu, kami berharap polisi mampu memastikan penyebab kematian korban yang sebenarnya,” tegasnya.

Diwawancara melalui telepon seluler, Selasa (9/2) malam, Ahli Forensik dr Reinhard Hatahaean SH SpF mengatakan, untuk menentukan penyebab kematian korban, penyidik harus melakukan olah TKP secara teliti, digabungkan dengan hasil otopsi dan keterangan saksi-saksi, serta hal lainnya. Meski mengakui otopsi tak bisa menentukan korban bunuh diri atau dibunuh, namun melalui otopsi dapat diketahui luka-luka dan pendarahan pada korban dialami pada saat masih hidup atau sesudah meninggal.

“Contoh, luka yang dialami orang yang melompat bunuh diri atau dibuang tentu berbeda. Kalau dibuang, cenderung posisi mayat telentang di lantai dan dapat diperkirakan bagaimana patahan-patahan pada tulangnya. Sementara, kalau bunuh diri dengan cara melompat, kemungkinan besar kaki duluan yang mendarat di bawah. Walau posisi mayat bunuh diri bisa telentang atau terlungkup,” jelasnya.

Masih kata Rainhard, distribusi patah-patah pada tulang dan pendarahan yang dialami akan dapat menjelaskan bagaimana sebenarnya posisi mekanisme benturan (trauma) yang dialami korban saat terjatuh.

Dari otopsi itu juga nantinya, sebutnya dapat diketahui apakah patah tulang dan pendarahan pada korban dialami sebelum atau sesudah kematian. Namun, untuk dapat memastikan patah tulang yang dialami korban, harus dilakukan foto rontgen secara menyeluruh pada tiap bagian tubuh korban.

“Meski otopsi dan foto rontgen menyeluruh masih dapat dilakukan setelah korban dikubur, namun masalahnya adalah apakah ada instalasi yang mau melakukan foto rontgen itu pada mayat yang telah dikubur. Kalau untuk kepentingan penyelidikan, bisa saja dilakukan lagi otopsi dan foto rontgen secara menyeluruh, dengan dibantu dokter forensik yang menangani korban, dibantu ahli forensik yang independent sebagai pembanding,” tegasnya.

Kapolsek Medan Baru Ronni Sidabutar yang dikonfirmasi mengaku pihaknya masih menyelidiki kasus itu. Edo diketahui masuk Sun Plaza pukul 16.00 WIB. “Hasil CCTV korban masuk sun jam 4 sore, untuk saat ini 3 orang temannya masih kita selidiki. Salah satu masih dieriksa bernama Yossi teman yang SMS korban saat ketemu di Sun Plaza,” katanya.

Lebih lanjut, Mantan Kapolsek Medan Barat ini mengaku belum tau pasti apa motif kematian Edo. “Untuk saat ini motif tewasnya korban masih kita selidiki. Dilihat dari CCTV spekulasi korban lompat dari lantai 3 memang tidak terekam,” tandasnya. (mag-1/deo)

Exit mobile version