25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Lampaui Target, 83% Guru di Medan Sudah Divaksin

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemko Medan terus mempersiapkan diri untuk rencana sekolah tatap muka pada tahun ajaran baru 2021/2022, pada Juli mendatang. Hingga Selasa (8/6), lebih dari 83 persen guru di Kota Medan telah divaksinasi. Sebab, vaksinasi guru merupakan salah satu syarat utama untuk menerapkan sekolah tatap muka di masa pandemi Covid-19.

KADIS: Kadis Pendidikan Kota Medan, Adlan mengklaim vaksinasi terhadap guru sudah 83 persen.

“Total guru di Kota Medan 19.868 orang. Dari jumlah itu, per Selasa kemarin, sebanyak 16.492 orang sudah divaksinasi, atau sekitar 83 persen lebih,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Medan, Adlan SPd MM kepada Sumut Pos, Rabu (9/6).

Dikatakan Adlan, dengan demikian, target vaksinasi guru di Kota Medan sesungguhnya telah mencapai bahkan melebihi target. Sebab awalnya, pemerintah hanya memberikan syarat untuk menggelar sekolah tatap muka bila proses vaksinasi guru telah mencapai 70 hingga 75 persen.

“Tapi guru-guru kita justru sudah lebih dari 83 persen (yang divaksin)n

Belum lagi hari ini (kemarin), vaksinasi untuk guru masih berlanjut, artinya jumlah itu akan terus bertambah. Tapi kalau seratus persen, saya pikir memang sulit, bukan karena tidak mau tapi karena ada guru yang tidak bisa divaksin, misalnya saja guru-guru yang memiliki penyakit bawaan (komorbid), mereka kan gak mungkin divaksin,” ujarnya.

Menyikapi pernyataan Presiden Joko Widodo yang hanya mengizinkan sekolah tatap muka dua hari dalam seminggu, Adlan pun menegaskan, Pemko Medan akan berusaha untuk mengatur teknisnya. “Ya, kalau begitu instruksinya, dan bila nanti begitu juga arahan dari Pak Wali Kota, tentu kita siap mengikutinya,” katanya.

Begitupun, Adlan mengaku belum mengetahui petunjuk teknis dari pelaksanaan sekolah 2 hari dalam seminggu tersebut. “Apakah siswanya yang maksimal sekolah dua kali dalam seminggu, atau memang sekolahnya yang maksimal menggelar sekolah tatap muka dua kali dalam seminggu. Beda definisi, tentunya akan beda teknisnya. Maka kita tunggu saja teknis dan kebijakan selanjutnya,” ujarnya.

Begitu pun, Adlan memastikan jika setiap sekolah di Kota Medan telah diintruksikan untuk segera mempersiapkan infrastruktur protokol kesehatan di masing-masing sekolah. “Kalau tidak ada kesiapan untuk itu, tentu sekolahnya gak boleh dibuka. Setiap sekolah harus mempersiapkan itu, supaya nanti setiap siswa dapat menerapkan prokes untuk menghindari penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah,” tegasnya.

Sementara itu, Anggota Komisi II DPRD Medan, Afif Abdillah meminta Dinas Pendidikan untuk menyiapkan infrastruktur kesehatan di setiap sekolah yanga ada di Kota Medan. Terkhusus, setiap sekolah wajib mengaktifkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) secara layak.

Sebab menurut Ketua Fraksi NasDem DPRD Medan tersebut, dari pantauannya selama ini, masih cukup banyak UKS di sekolah-sekolah Kota Medan yang belum layak bahkan tidak aktif sama sekali. Padahal dalam kondisi pandemi saat ini, keberadaan UKS sangat penting dan mendasar.

“Jadi pertanyaan kita adalah, apakah pihak sekolah sudah siap dalam infrastruktur kesehatan dan UKS-nya? Karena dari pantauan kami yang berkunjung ke sekolah-sekolah kota Medan, ada beberapa UKS yang tidak ada tabung oksigennya dan kurangnya yang berhubungan dengan infrastruktur kesehatan untuk penanganan Covid-19,” kata Afif.

Dikatakannya, untuk tabung oksigen memang harus tersedia di setiap UKS bila nantinya belajar tatap muka dimulai. Sebab bila tidak ada tabung oksigen di UKS, maka hal itu dinilai sangat berbahaya jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada siswa di masa pandemi seperti saat ini.

“Karena bila nanti ditemukan murid atau pelajar dan tenaga pendidik yang mengalami sesak nafas karena Covid-19 saat proses belajar-mengajar, UKS kita tak ada tabung oksigen. Itu sangat bahaya, karena pada masa ini bukan situasi yang normal. Nah kalau ada tabung oksigenya, kan bisa langsung ditolong sekolah untuk pertolongan pertama, sebelum nantinya dibawa ke rumah sakit,” ucapnya.

Ia juga meminta, Dinas Pendidikan Kota Medan harus memeriksa kesiapan rumah sakit dan puskesmas di sekitar sekolah yang akan menyelenggarakan belajar tatap muka.

“Dalam artian, kita harus memikirkan hal yang terburuk, artinya kita harus siap menghadapinya. Jangan nantinya tatap muka digelar malah menimbulkan korban baru atau jadi klaster Covid-19. Nah hal ini yang harus kita antisipasi, karena kalau sempat itu terjadi, itu kan bisa jadi kelalaian,” tuturnya.

Bahkan ia menyebutkan, setiap sekolah tidak cukup hanya menyiapkan sebatas protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak saja. Namun, setiap sekolah harus menyiapkan infrastruktur kesehatannya.

Selain itu, Afif juga menyampaikan, bila bulan Juli nanti sekolah tatap muka di Kota Medan jadi di gelar, maka pihak Dinas Pendidikan Kota Medan juga harus memvaksinasi seluruh tenaga pendidik di Kota Medan. “Makanya ketika menggelar belajar tatap muka, Dinas terkait juga harus memperhatikan apakah semua tenaga pendidik sudah divaksin atau belum. Karena itu juga merupakan syarat pertama, dan harus jelas juga data terkait guru yang sudah divaksin,” ujarnya.

Kemudian untuk jumlah siswa yang sekolah dua hari dalam seminggu tersebut, lanjut Afif, harus dipastikan apakah jumlah siswa satu kelasnya dibagi menjadi beberapa gelombang untuk mengatur social distancing. “Mekanisme ini juga harus diperjelas nantinya oleh dinas pendidikan. Maka dari itu, Dinas Pendidikan Kota Medan harus mempersiapkan mekanisme terkait belajar tatap muka di Kota Medan secara detail,” ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution menyebutkan jika rencana belajar tatap muka di sekolah pada tahun ajaran baru di bulan Juli mendatang terus dipersiapkan oleh Pemerintah Kota Medan. Bobby menegaskan, sekolah tatap muka harus dengan persiapan dan konsep yang matang. Sebab, rencana belajar tatap muka di sekolah bukan ajang coba-coba. “Upaya kita mau buka sekolah ini kan bukan karena oh kita coba-coba, bukan hal coba-coba,” ucap Bobby kepada Sumut Pos, Senin (7/6).

Didampingi Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan Wiriya Alrahman, Bobby mengatakan pihaknya akan melihat kedepannya dengan melihat efek dari sistem belajar tatap muka yang akan dilakukan. “Kalau ada efeknya (dari sekolah tatap muka), tentunya penerapan sekolah tatap muka ini juga seperti yang sudah saya sampaikan dulu-dulu,” ujarnya.

Salah satu contohnya, kata Bobby, dengan membagi gelombang siswa yang melakukan belajar tatap muka di sekolah agar tidak membuat semua siswa hadir ke sekolah setiap harinya. “Mungkin tidak seratus persen langsung hadir (ke sekolah), berapa persen murid yang bisa hadir, sistemnya seperti apa nanti akan kita lihat penerapannya yang baik. Jadi sekali lagi bukan kita coba-coba, menyebar gak (kalau sekolah tatap muka), gak seperti itu konsep melakukan sekolah tatap muka,” pungkasnya. (map)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemko Medan terus mempersiapkan diri untuk rencana sekolah tatap muka pada tahun ajaran baru 2021/2022, pada Juli mendatang. Hingga Selasa (8/6), lebih dari 83 persen guru di Kota Medan telah divaksinasi. Sebab, vaksinasi guru merupakan salah satu syarat utama untuk menerapkan sekolah tatap muka di masa pandemi Covid-19.

KADIS: Kadis Pendidikan Kota Medan, Adlan mengklaim vaksinasi terhadap guru sudah 83 persen.

“Total guru di Kota Medan 19.868 orang. Dari jumlah itu, per Selasa kemarin, sebanyak 16.492 orang sudah divaksinasi, atau sekitar 83 persen lebih,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Medan, Adlan SPd MM kepada Sumut Pos, Rabu (9/6).

Dikatakan Adlan, dengan demikian, target vaksinasi guru di Kota Medan sesungguhnya telah mencapai bahkan melebihi target. Sebab awalnya, pemerintah hanya memberikan syarat untuk menggelar sekolah tatap muka bila proses vaksinasi guru telah mencapai 70 hingga 75 persen.

“Tapi guru-guru kita justru sudah lebih dari 83 persen (yang divaksin)n

Belum lagi hari ini (kemarin), vaksinasi untuk guru masih berlanjut, artinya jumlah itu akan terus bertambah. Tapi kalau seratus persen, saya pikir memang sulit, bukan karena tidak mau tapi karena ada guru yang tidak bisa divaksin, misalnya saja guru-guru yang memiliki penyakit bawaan (komorbid), mereka kan gak mungkin divaksin,” ujarnya.

Menyikapi pernyataan Presiden Joko Widodo yang hanya mengizinkan sekolah tatap muka dua hari dalam seminggu, Adlan pun menegaskan, Pemko Medan akan berusaha untuk mengatur teknisnya. “Ya, kalau begitu instruksinya, dan bila nanti begitu juga arahan dari Pak Wali Kota, tentu kita siap mengikutinya,” katanya.

Begitupun, Adlan mengaku belum mengetahui petunjuk teknis dari pelaksanaan sekolah 2 hari dalam seminggu tersebut. “Apakah siswanya yang maksimal sekolah dua kali dalam seminggu, atau memang sekolahnya yang maksimal menggelar sekolah tatap muka dua kali dalam seminggu. Beda definisi, tentunya akan beda teknisnya. Maka kita tunggu saja teknis dan kebijakan selanjutnya,” ujarnya.

Begitu pun, Adlan memastikan jika setiap sekolah di Kota Medan telah diintruksikan untuk segera mempersiapkan infrastruktur protokol kesehatan di masing-masing sekolah. “Kalau tidak ada kesiapan untuk itu, tentu sekolahnya gak boleh dibuka. Setiap sekolah harus mempersiapkan itu, supaya nanti setiap siswa dapat menerapkan prokes untuk menghindari penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah,” tegasnya.

Sementara itu, Anggota Komisi II DPRD Medan, Afif Abdillah meminta Dinas Pendidikan untuk menyiapkan infrastruktur kesehatan di setiap sekolah yanga ada di Kota Medan. Terkhusus, setiap sekolah wajib mengaktifkan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) secara layak.

Sebab menurut Ketua Fraksi NasDem DPRD Medan tersebut, dari pantauannya selama ini, masih cukup banyak UKS di sekolah-sekolah Kota Medan yang belum layak bahkan tidak aktif sama sekali. Padahal dalam kondisi pandemi saat ini, keberadaan UKS sangat penting dan mendasar.

“Jadi pertanyaan kita adalah, apakah pihak sekolah sudah siap dalam infrastruktur kesehatan dan UKS-nya? Karena dari pantauan kami yang berkunjung ke sekolah-sekolah kota Medan, ada beberapa UKS yang tidak ada tabung oksigennya dan kurangnya yang berhubungan dengan infrastruktur kesehatan untuk penanganan Covid-19,” kata Afif.

Dikatakannya, untuk tabung oksigen memang harus tersedia di setiap UKS bila nantinya belajar tatap muka dimulai. Sebab bila tidak ada tabung oksigen di UKS, maka hal itu dinilai sangat berbahaya jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada siswa di masa pandemi seperti saat ini.

“Karena bila nanti ditemukan murid atau pelajar dan tenaga pendidik yang mengalami sesak nafas karena Covid-19 saat proses belajar-mengajar, UKS kita tak ada tabung oksigen. Itu sangat bahaya, karena pada masa ini bukan situasi yang normal. Nah kalau ada tabung oksigenya, kan bisa langsung ditolong sekolah untuk pertolongan pertama, sebelum nantinya dibawa ke rumah sakit,” ucapnya.

Ia juga meminta, Dinas Pendidikan Kota Medan harus memeriksa kesiapan rumah sakit dan puskesmas di sekitar sekolah yang akan menyelenggarakan belajar tatap muka.

“Dalam artian, kita harus memikirkan hal yang terburuk, artinya kita harus siap menghadapinya. Jangan nantinya tatap muka digelar malah menimbulkan korban baru atau jadi klaster Covid-19. Nah hal ini yang harus kita antisipasi, karena kalau sempat itu terjadi, itu kan bisa jadi kelalaian,” tuturnya.

Bahkan ia menyebutkan, setiap sekolah tidak cukup hanya menyiapkan sebatas protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak saja. Namun, setiap sekolah harus menyiapkan infrastruktur kesehatannya.

Selain itu, Afif juga menyampaikan, bila bulan Juli nanti sekolah tatap muka di Kota Medan jadi di gelar, maka pihak Dinas Pendidikan Kota Medan juga harus memvaksinasi seluruh tenaga pendidik di Kota Medan. “Makanya ketika menggelar belajar tatap muka, Dinas terkait juga harus memperhatikan apakah semua tenaga pendidik sudah divaksin atau belum. Karena itu juga merupakan syarat pertama, dan harus jelas juga data terkait guru yang sudah divaksin,” ujarnya.

Kemudian untuk jumlah siswa yang sekolah dua hari dalam seminggu tersebut, lanjut Afif, harus dipastikan apakah jumlah siswa satu kelasnya dibagi menjadi beberapa gelombang untuk mengatur social distancing. “Mekanisme ini juga harus diperjelas nantinya oleh dinas pendidikan. Maka dari itu, Dinas Pendidikan Kota Medan harus mempersiapkan mekanisme terkait belajar tatap muka di Kota Medan secara detail,” ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, Wali Kota Medan Muhammad Bobby Afif Nasution menyebutkan jika rencana belajar tatap muka di sekolah pada tahun ajaran baru di bulan Juli mendatang terus dipersiapkan oleh Pemerintah Kota Medan. Bobby menegaskan, sekolah tatap muka harus dengan persiapan dan konsep yang matang. Sebab, rencana belajar tatap muka di sekolah bukan ajang coba-coba. “Upaya kita mau buka sekolah ini kan bukan karena oh kita coba-coba, bukan hal coba-coba,” ucap Bobby kepada Sumut Pos, Senin (7/6).

Didampingi Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan Wiriya Alrahman, Bobby mengatakan pihaknya akan melihat kedepannya dengan melihat efek dari sistem belajar tatap muka yang akan dilakukan. “Kalau ada efeknya (dari sekolah tatap muka), tentunya penerapan sekolah tatap muka ini juga seperti yang sudah saya sampaikan dulu-dulu,” ujarnya.

Salah satu contohnya, kata Bobby, dengan membagi gelombang siswa yang melakukan belajar tatap muka di sekolah agar tidak membuat semua siswa hadir ke sekolah setiap harinya. “Mungkin tidak seratus persen langsung hadir (ke sekolah), berapa persen murid yang bisa hadir, sistemnya seperti apa nanti akan kita lihat penerapannya yang baik. Jadi sekali lagi bukan kita coba-coba, menyebar gak (kalau sekolah tatap muka), gak seperti itu konsep melakukan sekolah tatap muka,” pungkasnya. (map)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/