MATARAM – Empat hari pascagempa besar berkekuatan 7 SR, gempa besar kembali mengguncang Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) dengan kedalaman 12 km yang berpusat di Lombok Utara, mengguncang Lombok dan terasa sampai Kota Mataram bahkan Bali, Kamis (9/8) pukul 12.25 WIB.
Meski gempa terkategori besar itu tak memicu tsunamin
guncangannya cukup merusak. Gedung-gedung atau bangunan-bangunan yang sebelumnya rusak akibat gempa besar pada Minggu pekan lalu, kini makin parah.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, pengungsi dan masyarakat berhamburan keluar rumah, setelah merasakan guncangan keras dari gempa 6,2 skala richter itu.
“Masyarakat masih trauma dengan gempa sebelumnya. Beberapa bangunan tambah rusak akibat gempa ini,” kata Sutopo dikutip dari akun Twitter-nya, @Sutopo_PN.
Sejumlah rumah warga rusak, begitupun pertokoan di Cakra Negara dan Ampenan, Kota Mataram. Toko-toko di jantung perekonomian Kota Mataram pun langsung tutup total pascagempa mengguncang. Kondisi NTB dilaporkan makin porak-poranda pascagempa besar kedua.
Seorang pegawai travel Citra Mulya menjadi korban reruntuhan dan dilaporkan meninggal dunia setelah sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB. Korban bernama Ernawati (40) asal Lingkungan Karang Baru, Kota Mataram.
Kapolsek Cakra, Kompol Muslih mengatakan, gempa menyebabkan bagian depan toko ambruk dan menimpa dua orang warga. Seorang di antaranya meninggal dunia. “Ini ada korban pegawai di travel di Cakra ini, korban terkena reruntuhan di bagian kepalanya. Dia bersama rekannya. Tapi rupanya kondisinya parah dan meninggal di RSUP NTB,” ungkap Muslih. Sejuah ini, warga memilih meninggalkan rumah dan berada di tanah lapang atau tenda-tenda pengungsian.
Gempa juga terasa sampai di Bali. Sebagian besar wilayah ikut berguncang. Terutama wilayah bagian timur seperti Ginyar, Klungkung, Karangasem. Bahkan sampai Denpasar dan Buleleng. Getaran ini spontan membuat warga lari berhamburan keluar rumah. Demikian pula dengan karyawan perkantoran.
Kepanikan terlihat saat warga berusaha menyelamatkan diri. Beberapa di antaranya saling berpelukan saat tiba di tempat aman. Beberapa warga lainnya terlihat sibuk menghubungi anggota keluarga. Namun, kondisi kembali tenang setelah guncangan gempa hilang.
Bermalam di Tenda Darurat
Gempa bumi susulan Kamis siang menyisakan trauma. Sebagian warga terdampak gempa di Kota Mataram memilih tidur di lapangan meskipun rumah mereka tidak mengalami kerusakan. Pantauan Kompas.com, di Jempong Baru, Kota Mataram, sebagian warga memilih tidur di bawah tenda terpal yang dibuat secara swadaya oleh warga. Sebagian lainnya memilih tidur di teras rumah dan pinggir jalan.
Bening, salah seorang warga mengaku merasa lebih aman tidur di tenda daripada di dalam rumah. Sejak gempa magnitudo 7,0 mengguncang Lombok, Minggu (5/8/2018), setiap malam hari Bening dan keluarganya memilih tidur di tenda darurat.
“Trauma pasti, apalagi ada imbauan dari BMKG untuk waspada gempa susulan sampai beberapa Minggu. Sejuk juga di tenda, merasa lebih aman. Tidur di teras rumah pun saya masih was-was,” ungkap Bening.
Ketakutan akan gempa susulan juga dirasakan Hamidah. Jika malam sebelumnya ia dan keluarganya merasa gempa mulai reda dan memberanikan diri tidur di garasi rumah, malam ini Hamidah memilih memboyong keluarganya kembali ke tenda.
Korban Tewas Jadi 259 Orang
Penanganan darurat dampak gempa 7 SR di wilayah Lombok masih terus dilakukan dengan intensif. Hingga sore tadi, jumlah korban meninggal dunia pun bertambah semula 131 orang menjadi 259 orang.
“Jumlah 259 orang meninggal dunia adalah korban yang sudah terverifikasi,” ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Kamis (9/8).
Mereka yang meninggal di antaranya, 212 orang di Lombok Utara, 26 di Lombok Barat 26 orang, 11 Lombok Timur, 6 Kota Mataram, 2 Lombok Tengah, dan 2 orang di Kota Denpasar 2.
Kata Sutopo, data ini akan terus bertambah mengingat Tim SAR masih menemukan korban di reruntuhan bangunan dan masih diidentifikasi. Adapula laporan dari aparat daerah yang menyatakan adanya korban meninggal di daerah sebelumnya dan sudah dimakamkan tetapi belum di data dan dilaporkan ke Posko.
Sementara itu, tercatat 1.033 orang luka berat, mereka masih dirawat inap di rumah sakit dan puskesmas. Pengungsi sebanyak 270.168 orang yang tersebar di banyak tempat. “Jumlah pengungsi ini juga sementara karena belum semua pengungsi terdata baik,” sebutnya.
Adapun kerusakan fisik meliputi 67.857 unit rumah rusak, 468 sekolah rusak, 6 jembatan rusak, 3 rumah sakit rusak, 10 puskesmas rusak, 15 masjid rusak, 50 unit mushola rusak, dan 20 unit perkantoran rusak. “Angka ini juga sementara,” imbuh Sutopo.
Lebih lanjut dia mengatakan, ribuan personil dikerahkan untuk penanganan dampak gempa. Untuk evakuasi dikerahkan 21 alat berat yang terdiri dari escavator, dozer, dump truk, loader, trailer, dan mobile crane. Alat berat akan terus ditambah dari wilayah sekitar dan pihak swasta.
Tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, ESDM dan relawan melanjutkan proses pencarian korban. Di Masjid Jabbal Nur Dusun Lading-Lading Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara, Tim SAR masih melaukan pencarian dengan alat berat.
“Adanya gempa 6,2 SR pada siang tadi menyebabkan tanah sekitar masjid retak, menara bergeser sehingga membahayakan tim SAR,” ungkap dia.
Adanya gempa susulan 6,2 SR dengan pusat gempa 6 km barat laut Lombok Utara, kedalaman 12 km dengan pusat gempa di darat di Kabupaten Lombok Utara pada pukul 12.25 WIB menyebabkan masyarakat makin trauma. Gempa dirasakan keras hingga beberapa bangunan rusak.
“Tercatat 24 orang luka-luka tertimpa bangunan roboh akibat gempa 6,2 SR. Gempa susualan dari gempa utama 7 SR hingga saat ini sebanyak 362 kali gempa, dimana 18 kali gempa dirasakan,” pungkas Sutopo. (dna/JPC)