23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Ribuan Rumah Terendam Banjir di Medan Utara

BANJIR: Sejumlah warga yang beraktivitas di Pasar UKA Martubung, menjadi terganggu, akibat banjir yang melanda kawasan tersebut, setelah 3 jam hujan reda.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ribuan rumah di kawasan Medan utara, meliputi Kecamatan Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Deli, dan Medan Belawan, terendam banjir. Genangan banjir sangat parah terjadi di 12 lingkungan Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan. Sebab, ketinggian air yang mencapai sepinggang orang dewasa, telah menggenangi ratusan rumah, 3 jam setelah hujan reda.

Akibatnya, aktivitas anak sekolah dan pedagang di Pasar UKA Martubung, terganggu. Banjir yang belum surut hingga menjelang tengah hari, juga memberikan dampak lain, yakni wabah penyakit. Karena diduga air yang menggenangi kawasan tersebut, berasal dari luapan limbah Kawasan Industri Medan (KIM).

“Kalau sudah hujan lebih dari satu jam, daerah kami ini pasti banjir. Ini sudah terjadi berulang kali, karena drainase dan resapan air banyak yang tertutup. Jadi, banjir ini meluap dari KIM, yang terkadang berminyak dan bau, karena tercemar limbah,” ungkap Heri, warga Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan.

Pria 39 tahun ini, juga mengatakan, banjir yang kerap melanda wilayah mereka, disebabkan buruknya penataan drainase yang tidak pernah dilakukan perbaikan oleh pemerintah. Akibatnya, air hujan tergenang, tidak mampu mengalir normal di drainase yang sudah tertumpuk sampah.

“Lihatlah, drainase sudah dipenuhi sampah. Bagaimana air bisa mengalir normal? Kami berharap ada perhatian serius untuk membenahi drainse, agar banjir tidak lagi terjadi di Tangkahan ini,” harap Heri.

Hal senada diungkap dan dirasakan Aini. Wanita 63 tahun itu, harus berjualan dagangannya di lapak yang tergenang banjir. Akibat genangan air merendam Pasar UKA Martubung, barang dagangannya sunyi pembeli, karena enggan berjalan di atas genangan air tersebut.

“Lihatlah, saya dari pagi jualan di atas air. Tidak ada pembeli. Kami hanya bisa pasrah kalau setiap hujan terjadi banjir. Harapannya, pemerintah segera mengambil tindakan agar kami tidak lagi kebanjiran,” pinta pedagang kelapa ini.

Selain di wilayah Kelurahan Tangkahan, banjir juga terjadi di sejumlah kawasan Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, dan Medan Belawan. Genangan air terjadi di kawasan pemukiman, dan ruas jalan yang ada di Medan utara.

Anggota DPRD Medan, Sudari mengaku, persoalan banjir di Medan utara sudah lama terjadi. Khusunya di Kelurahan Tangkahan yang sangat parah, karena sudah terjadi 10 tahun belakangan. Kebanjiran yang kerap terjadi, berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat, seperti iritasi kulit dan gatal-gatal.

“Kalau melihat musibah ini, karena minimnya kawasan resapan air, akibat buruknya rencana tata ruang wilayah (RTRW). Selain itu, kami minta ini untuk dikaji ulang, karena selama ini banjir terjadi, setelah beberapa jam hujan reda. Pertanyaannya, air kiriman ini dari mana?” tegasnya, yang turun langsung meninjau lokasi banjir.

Politisi PAN ini, juga menegaskan, banjir yang terjadi terindikasi pencemaran limbah dari KIM, karena sudah berwarna kehitaman. Untuk itu, kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumatera Utara (Sumut), diharapkan turun ke lapangan mengambil sampel air dari genangan banjir.

“Masalah banjir yang terjadi di Tangkahan dan beberapa wilayah di Medan utara, akan menjadi pokok pikiran bagi dewan dari Dapil II, untuk memprioritaskan pengentasan banjir ini. Saya berharap wakil rakyat dari Medan utara, bisa bergandeng tangan untuk menganggarkan APBD dalam menata ulang RTRW, khususnya masalah banjir di Medan utara,” pungkas Sudari. (fac/saz)

BANJIR: Sejumlah warga yang beraktivitas di Pasar UKA Martubung, menjadi terganggu, akibat banjir yang melanda kawasan tersebut, setelah 3 jam hujan reda.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ribuan rumah di kawasan Medan utara, meliputi Kecamatan Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Deli, dan Medan Belawan, terendam banjir. Genangan banjir sangat parah terjadi di 12 lingkungan Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan. Sebab, ketinggian air yang mencapai sepinggang orang dewasa, telah menggenangi ratusan rumah, 3 jam setelah hujan reda.

Akibatnya, aktivitas anak sekolah dan pedagang di Pasar UKA Martubung, terganggu. Banjir yang belum surut hingga menjelang tengah hari, juga memberikan dampak lain, yakni wabah penyakit. Karena diduga air yang menggenangi kawasan tersebut, berasal dari luapan limbah Kawasan Industri Medan (KIM).

“Kalau sudah hujan lebih dari satu jam, daerah kami ini pasti banjir. Ini sudah terjadi berulang kali, karena drainase dan resapan air banyak yang tertutup. Jadi, banjir ini meluap dari KIM, yang terkadang berminyak dan bau, karena tercemar limbah,” ungkap Heri, warga Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan.

Pria 39 tahun ini, juga mengatakan, banjir yang kerap melanda wilayah mereka, disebabkan buruknya penataan drainase yang tidak pernah dilakukan perbaikan oleh pemerintah. Akibatnya, air hujan tergenang, tidak mampu mengalir normal di drainase yang sudah tertumpuk sampah.

“Lihatlah, drainase sudah dipenuhi sampah. Bagaimana air bisa mengalir normal? Kami berharap ada perhatian serius untuk membenahi drainse, agar banjir tidak lagi terjadi di Tangkahan ini,” harap Heri.

Hal senada diungkap dan dirasakan Aini. Wanita 63 tahun itu, harus berjualan dagangannya di lapak yang tergenang banjir. Akibat genangan air merendam Pasar UKA Martubung, barang dagangannya sunyi pembeli, karena enggan berjalan di atas genangan air tersebut.

“Lihatlah, saya dari pagi jualan di atas air. Tidak ada pembeli. Kami hanya bisa pasrah kalau setiap hujan terjadi banjir. Harapannya, pemerintah segera mengambil tindakan agar kami tidak lagi kebanjiran,” pinta pedagang kelapa ini.

Selain di wilayah Kelurahan Tangkahan, banjir juga terjadi di sejumlah kawasan Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli, dan Medan Belawan. Genangan air terjadi di kawasan pemukiman, dan ruas jalan yang ada di Medan utara.

Anggota DPRD Medan, Sudari mengaku, persoalan banjir di Medan utara sudah lama terjadi. Khusunya di Kelurahan Tangkahan yang sangat parah, karena sudah terjadi 10 tahun belakangan. Kebanjiran yang kerap terjadi, berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat, seperti iritasi kulit dan gatal-gatal.

“Kalau melihat musibah ini, karena minimnya kawasan resapan air, akibat buruknya rencana tata ruang wilayah (RTRW). Selain itu, kami minta ini untuk dikaji ulang, karena selama ini banjir terjadi, setelah beberapa jam hujan reda. Pertanyaannya, air kiriman ini dari mana?” tegasnya, yang turun langsung meninjau lokasi banjir.

Politisi PAN ini, juga menegaskan, banjir yang terjadi terindikasi pencemaran limbah dari KIM, karena sudah berwarna kehitaman. Untuk itu, kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumatera Utara (Sumut), diharapkan turun ke lapangan mengambil sampel air dari genangan banjir.

“Masalah banjir yang terjadi di Tangkahan dan beberapa wilayah di Medan utara, akan menjadi pokok pikiran bagi dewan dari Dapil II, untuk memprioritaskan pengentasan banjir ini. Saya berharap wakil rakyat dari Medan utara, bisa bergandeng tangan untuk menganggarkan APBD dalam menata ulang RTRW, khususnya masalah banjir di Medan utara,” pungkas Sudari. (fac/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/