Mereka mempertanyakan apakah itu berarti akhir dari “Pax Americana” — situasi relatif damai yang diawasi Washington, yang telah memimpin hubungan internasional sejak Perang Dunia II.
Pemerintah-pemerintah dari Asia ke Eropa luar biasa terkejut hari Rabu (9/11) atas kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS, sementara para kelompok populis menyambut hasil ini sebagai kejayaan rakyat atas kemapanan politik yang gagal.
Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen, sekutu dekat Kanselir Angela Merkel, menyebut hasil pilpres itu “kejutan besar” dan mempertanyakan apakah itu berarti akhir dari “Pax Americana”, atau situasi relatif damai yang diawasi Washington, yang telah memimpin hubungan internasional sejak Perang Dunia II.
Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault berjanji untuk bekerja sama dengan Trump, namun ia mengatakan bahwa kepribadian Trump “memunculkan pertanyaan-pertanyaan” dan ia mengaku tidak yakin arti kepresidenan Trump terhadap tantangan-tantangan utama kebijakan luar negeri, dari mulai perubahan iklim dan perjanjian nuklir Barat dengan Iran sampai perang di Suriah.
“Sepertinya ini akan menjadi tahun bencana ganda untuk Barat,” tulis mantan menteri luar negeri Swedia Carl Bildt di Twitter, mengacu pada hasil referendum Inggris bulan Juni untuk meninggalkan Uni Eropa.
“Kencangkan tali pinggang Anda,” ujarnya.
Sementara itu, kelompok populis sayap kanan dari Australia sampai Perancis bersorak menyambut kemenangan yang merupakan pukulan terhadap organisasi politik yang mapan.
“Dunia mereka telah hancur. Dunia kita sedang dibangun,” tulis Florian Philippot, tokoh senior Front Nasional Perancis (FN), di Twitter.
Jean-Marie Le Pen, pendiri partai tersebut dan ayah dari pemimpin partai, Marine, mengatakan: “Hari ini Amerika Serikat, besok Perancis!”
Beatrix von Storch, wakil ketua partai anti-imigran Alternatif untuk Jerman (AfD), mengatakan: “Kemenangan Donald Trump adalah tanda bahwa warga-warga dunia Barat ingin perubahan jelas dalam kebijakan.”