Mengenal Situs Kota Cina Lewat Visual
Cerita masa lalu atau yang disebut sejarah selain memiliki kisah yang menarik juga mengandung nilai pendidikan yang sangat berharga. Namun perkembangan dinamika yang tidak diantisipasi cenderung menjauhkan generasi muda dari sejarah itu sendiri.
INDRA JULI, Medan
Tak dapat dipungkiri bagaimana metode pendidikan yang diterapkan saat ini sudah sangat usang. Hal itu membuat beberapa bidang studi sosial seperti mata pelajaran sejarah pun jadi menjemukan. Tak heran bila tak sedikit siswa yang kurang berminat terhadap mata pelajaran ini. Tentu saja fenomena ini mengundang kekhawatiran mengingat berhubungan dengan kelangsungan bangsa Indonesia.
Hal itu pun menjadi perhatian Museum Kota Cina Medan Marelan di Keluarahan Payah Pasir Kecamatan Medan Marelan yang turut meramaikan pameran pendidikan di Pusat Perbelanjaan Medan Fair Plaza. Di salah satu stand, Museum Kota China coba mengenalkan satu metode pembelajaran sejarah secara visualisasi. Tidak seperti metode belajar terdahulu, siswa diajak mengenal sejarah dengan mempraktikkan langsung.
“Dengan pengenalan visual seperti ini, siswa akan lebih tertarik untuk mempelajari sejarah. Makanya kita coba dengan pengenalan pembuatan keramik abad 12 hingga 14 yang menunjukkan keberadaan Kota Cina itu sendiri,” tutur penanggungjawab stand, Dini Wariastuti kepada Sumut Pos, Kamis (5/5).
Sehubungan dengan itu, Museum Kota Cina menggelar lomba pembuatan keramik dari abad 12 untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) se-Sumatera Utara. Di stand itu turut dipajangkan berbagai bentuk keramik dari abad 12 hingga 14 dalam berbagai ukuran. Pada spanduk yang dipasang juga dapat dilihat berbagai temuan dari situ Kota China baik prasasti, patung, maupun benda bersejarah lainnya.
Untuk lomba, panitia sudah menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan seperti tanah liat yang didatangkan dari daerah Hinai Kabupaten Langkat dan roda putar. Tiap sekolah akan diwakili oleh dua siswa yang bertugas membuat dua set dari tiga jenis keramik abad 12 berukuran kecil yang diwajibkan.
Ketiga jenis keramik yang diperlombakan memiliki perbedaan dari lebar leher dari yang kecil, besar, dan menjulang. Masing-masing peserta memiliki waktu selama 2 jam 30 menit untuk menyelesaikan pembuatan keramik. Hal ini membuat para siswa dapat fokus memberikan yang terbaik pada karyanya. Pemenang perlombaan akan diumumkan pada penutupan kegiatan sekaligus penyerahan hadiah dari panitia.
“Penilaian akan dilakukan oleh para juri yang merupakan pakar keramik dari Universitas Negeri Medan (Unimed). Yang paling menyerupai motif pada abad 12 akan menjadi pemenang. Kita sudah siapkan hadiah bagi pemenang dan cenderamata bagi asal sekolah peserta,” jelas Dini yang juga mahasiswi Pendidikan Sejarah Unimed ini.
Hingga hari ketiga pameran, sudah tercatat dua sekolah yang mengirimkan wakilnya yaitu SMK Negeri 1 Lubuk Pakam dan SMK Al Washliyah Negeri IV Medan. Jumat (6/5) ini, SMK Negeri 1 Tanjung Morawa akan mengirimkan wakilnya. “Karena ini kali pertama kita gelar di publik, peserta sengaja kita pilih dari lokasi penghasil keramik. Selama ini kegiatan seperti ini kita laksanakan di Museum Kota Cina dimana pihak sekolah yang datang,” tambahnya.
Harapan itu pun tampaknya mulai terwujud. Seperti yang diakui Muhammad Khairul dan Egi Aprianto siswi kelas 1 yang mewakili SMK Al Washliyah Negeri IV Medan. Dari kegiatan tersebut dirinya memiliki wawasan baru mengenai keramik itu sendiri. “Sebenarnya saya kerja buat keramik juga di dekat rumah. Tapi selama ini saya tidak begitu tahu sejarah keramik ini seperti bentuk keramik abad 12 dan abad 14 yang mencerminkan keberadaan Kota Cina,” ucap M Khairul yang menyelesaikan tugasnya dengan catatan waktu 10 menit.
Museum Kota Cina sendiri memiliki program pengenalan sejarah Kota Cina sebagai bandar internasional di Kota Medan pada abad 12-14. Di situ kita dapat melihat ribuan fragmen keramik dari Cina mulai dari Dinasti song (abad 12) sampai Dinasti Qing (abad 17), juga keramik Siam, Vietnam, Timur Tengah, India, dan keramik lokal. Di situ kita juga dapat melihat proses eskavasi (penggalian) arkeologis dan praktek repro pembuatan keramik dan tembikar kuno.
Ada pun koleksi Museum Kota Cina berupa ribuan fragmen keramik China, Vietnam, Timur Tengah, India dan Siam. Tiga replika arca Budha dan Hindu, puluhan kepingan uang kuno, bongkah besi bekas industri, batu bata kuno, tulang-belulang, kerang dan sampah dapur kuno, batu penanda, tiang rumah kuno, dan temuan-temuan arkeologis dari situs Benteng Putri Hijau, situs Pulau Kampai, situs Pantai Boga, dan situs Kota Rantang, Hamparan Perak. (*)