32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Tanpa Henti Tanam Semangat Berbagi

Gerak Aktif Haji Anif di Madina (3/Habis)

Usai memberi pandangan lain soal mata pencarian bagi warga Muara Batang Gadis, Mandailing Natal, Haji Anif juga menularkan virus lain. Dia sebarkan semangat berbagi, saling menghargai, serta rasa persaudaraan yang tinggi. Berikut episode terakhir tulisan wartawan Sumut Pos, Ramadhan Batubara, dari Madina.

Setidaknya pada Kamis (4/8) lalu, tiba-tiba Haji Anif hadir di sebuah rumah warga yang ada di kawasan Pekan Tabuyung. Mengendarai dua mobil, rombongan langsung berbaur di rumah yang dimaksud. Di rumah itu sedang ada kemalangan. Ya, kepala rumah tangga, Kasrun Dundang, Kamis dini hari, telah lebih dulu menghadap Allah.

Di rumah duka tergambar kesedihan yang dalam. Istri Kasrun Dundang dan sang anak Ali Bahdrun menyambut rombongan dengan tatapan yang basah. Mereka tidak menyangka kalau Haji Anif menyempatkan diri ke rumah mereka.

“Sekitar jam tiga pagi tadi, Pak,” jelas istri Kasrun Dundang soal waktu kematian suaminya.
Perbincangan pun mengalir. Haji Anif terus mengobarkan semangat keluarga yang ditinggalkan. “Kamu masih sekolah?” tanya Haji Anif kepada Ali Bahdrun.

“Iya Pak, saya kuliah di Medan di Univa (Universitas Al-Washliyah, Red),” jawab Ali Bahdrun.
“Oh bagus itu. Ya sudah, saya beri beasiswa untukmu sampai tamat. Tapi, kamu harus benar-benar belajar. Bagaimana mau?” ujar Haji Anif.

Tak pelak, Ali Bahdrun dan ibunya terdiam. Pandangan mereka menunjukkan rasa terima kasih yang dalam. “Terima kasih Pak, tapi saya ingin menjaga ibu saja di sini. Jika boleh, saya diizinkan kerja di perkebunan saja, Pak,” jawab Ali Bahdrun pula.

“Itu juga bagus. Baiklah, mulai besok kamu langsung kerja ya,” kata Haji Anif yang disambut tangis haru keluarga Kasrun Dundang.

Begitulah, kini kegiatan Haji Anif cenderung lebih terfokus pada kegiatan sosial melalui dua yayasan yang telah dibentuknya yakni,Yayasan Haji Anif dan Yayasan Anugerah Pendidikan Indonesia (YAPI). Anak-anak berprestasi diberikannya beasiswa dari jenjang terendah hingga jenjang tertinggi. Yayasan inipun membentuk beberapa program demi kemajuan masyarakat seperti Unit Sekolah Formal, Unit Sekolah Lifeskill, Unit Pembangunan Masjid, Unit Pemeliharaan Masjid, dan Unit Bantuan Sosial Kemasyarakatan.

“Saya dulu miskin sekali. Tapi begitulah, miskin membuat orang jadi berani. Gigih. Siap bekerja apa saja. Karena itu saya terus bekerja. Saya tidak mau menjadi orang yang dibenci Allah yakni orang miskin yang sombong,” jelas lelaki gaek bertubuh besar itu.

Menariknya, di Madina, Haji Anif malah memberikan sekolah yang dibangunnya kepada masyarakat. “Saya juga akan membangun perguruan tinggi, fokusnya pada Islam dan pertanian. Di perguruan tinggi ini nanti anak-anak tak mampu kita gratiskan. Pembangunannya kami rencanakan tahun depan,” kata Haji Anif sepulang dari rumah duka.

Ya, Desa Tabuyung, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Madina memang dipastikan akan mendapat perhatian lebih dari Haji Anif dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya, di desa yang sempat dihajar tsunami Aceh dan Nias tempo hari itu akan dibangun sebuah masjid raya. “Tanahnya milik masyarakat, saya yang membiayai pembangunan dan operasionalnya. Selain itu, dalam waktu dekat, jika Allah mengizinkan, kami juga akan membangun rumah sakit di sini,” urai Haji Anif.

Sebelumnya, Ayah dari sembilan anak ini pun telah memberikan satu unit ambulance untuk kepentingan warga di Kecamatan Muara Batang Gadis dan sekitar. Ambulance itulah yang terus bolak-balik mengantarkan warga yang sakit ke Penyabungan, bahkan sampai ke Medan.

“Tidak hanya pekerja PT ALAM saja yang kami layani, warga sekitar juga,” terang Ruslan Effendi, sang sopir.
Benar saja, Minggu pagi (31/8) lalu, tiba-tiba Ruslan mengemudikan ambulance ke arah Singkuang dengan cepat. Jarak Salasiak –kediaman Haji Anif—ke Singkuang (ibu kota Kecamatan Muara Batang Gadis) sekira 20 kilometer. Tak sampai setengah jam, ambulance itu kembali lagi, melintasi rumah Haji Anif. Meninggalkan debu beterbangan. “Bawa orang tertimpa pohon Bang,” ungkap Ruslan sore harinya kepada Sumut Pos.

Orang yang dimaksud Ruslan tak lain warga Sikara-kara. Suami istri – korban tertimpa pohon – adalah pekerja PT Madina Agro Lestari (MAL), perkebunan sawit tetangga PT ALAM. “Ya, kami siap mengantar siapa saja, Bang. Sebelum ada ambulance ini, kasihan warga. Bayangkan saja, Bang, untuk mengangkat mayat ongkosnya sampai lima juta,” terang lelaki berambul ikal ini.

Gerak aktif Haji Anif di Kabupaten Madina memang terlalu banyak untuk diceritakan. Misalnya, pada Sabtu (6/8) lalu. Sehari jelang kepulangan rombongan ke Medan, Haji Anif masih sempat untuk menerima tiga warga asal Nias yang telah menjadi pekerja di PT ALAM. Tiga warga yang dimaksud adalah Fikar dan istri serta Vides. Ustads Rusdan dari Tabuyung pun diundang ke Rumah Gadang milik Haji Anif di Salasiak untuk memimpin ritual tersebut. “Benar ingin memeluk Islam?” buka Ustads Rusdan.

Ketiga warga tadi mengangguk dengan yakin. Tanpa menunggu lama, mereka pun langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. “Mereka jadi anak angkat saya. Saya ingin Pak Ustads langsung yang mengajarkan mereka salat dan mengaji. Jika bisa, tiap malam biar mereka cepat paham,” ungkap Haji Anif.

Begitulah, sekelumit cerita dari perjalanan Sumut Pos bersama Haji Anif ke Madina. Terekam kenangan, mulai perjalanan yang menempuh tiga jalur transportasi hingga debu yang terus menemani pembagian sembako dan zakat. Sebuah kenangan yang menarik.

Kini, KM Anugerah telah melepas jangkar. Perjalanan dua jam menuju Sibolga pun belum sebuah akhir. Ada jalur darat yang harus ditempuh dan ada Merpati yang menanti di Pinang Sori. (*)

Gerak Aktif Haji Anif di Madina (3/Habis)

Usai memberi pandangan lain soal mata pencarian bagi warga Muara Batang Gadis, Mandailing Natal, Haji Anif juga menularkan virus lain. Dia sebarkan semangat berbagi, saling menghargai, serta rasa persaudaraan yang tinggi. Berikut episode terakhir tulisan wartawan Sumut Pos, Ramadhan Batubara, dari Madina.

Setidaknya pada Kamis (4/8) lalu, tiba-tiba Haji Anif hadir di sebuah rumah warga yang ada di kawasan Pekan Tabuyung. Mengendarai dua mobil, rombongan langsung berbaur di rumah yang dimaksud. Di rumah itu sedang ada kemalangan. Ya, kepala rumah tangga, Kasrun Dundang, Kamis dini hari, telah lebih dulu menghadap Allah.

Di rumah duka tergambar kesedihan yang dalam. Istri Kasrun Dundang dan sang anak Ali Bahdrun menyambut rombongan dengan tatapan yang basah. Mereka tidak menyangka kalau Haji Anif menyempatkan diri ke rumah mereka.

“Sekitar jam tiga pagi tadi, Pak,” jelas istri Kasrun Dundang soal waktu kematian suaminya.
Perbincangan pun mengalir. Haji Anif terus mengobarkan semangat keluarga yang ditinggalkan. “Kamu masih sekolah?” tanya Haji Anif kepada Ali Bahdrun.

“Iya Pak, saya kuliah di Medan di Univa (Universitas Al-Washliyah, Red),” jawab Ali Bahdrun.
“Oh bagus itu. Ya sudah, saya beri beasiswa untukmu sampai tamat. Tapi, kamu harus benar-benar belajar. Bagaimana mau?” ujar Haji Anif.

Tak pelak, Ali Bahdrun dan ibunya terdiam. Pandangan mereka menunjukkan rasa terima kasih yang dalam. “Terima kasih Pak, tapi saya ingin menjaga ibu saja di sini. Jika boleh, saya diizinkan kerja di perkebunan saja, Pak,” jawab Ali Bahdrun pula.

“Itu juga bagus. Baiklah, mulai besok kamu langsung kerja ya,” kata Haji Anif yang disambut tangis haru keluarga Kasrun Dundang.

Begitulah, kini kegiatan Haji Anif cenderung lebih terfokus pada kegiatan sosial melalui dua yayasan yang telah dibentuknya yakni,Yayasan Haji Anif dan Yayasan Anugerah Pendidikan Indonesia (YAPI). Anak-anak berprestasi diberikannya beasiswa dari jenjang terendah hingga jenjang tertinggi. Yayasan inipun membentuk beberapa program demi kemajuan masyarakat seperti Unit Sekolah Formal, Unit Sekolah Lifeskill, Unit Pembangunan Masjid, Unit Pemeliharaan Masjid, dan Unit Bantuan Sosial Kemasyarakatan.

“Saya dulu miskin sekali. Tapi begitulah, miskin membuat orang jadi berani. Gigih. Siap bekerja apa saja. Karena itu saya terus bekerja. Saya tidak mau menjadi orang yang dibenci Allah yakni orang miskin yang sombong,” jelas lelaki gaek bertubuh besar itu.

Menariknya, di Madina, Haji Anif malah memberikan sekolah yang dibangunnya kepada masyarakat. “Saya juga akan membangun perguruan tinggi, fokusnya pada Islam dan pertanian. Di perguruan tinggi ini nanti anak-anak tak mampu kita gratiskan. Pembangunannya kami rencanakan tahun depan,” kata Haji Anif sepulang dari rumah duka.

Ya, Desa Tabuyung, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Madina memang dipastikan akan mendapat perhatian lebih dari Haji Anif dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya, di desa yang sempat dihajar tsunami Aceh dan Nias tempo hari itu akan dibangun sebuah masjid raya. “Tanahnya milik masyarakat, saya yang membiayai pembangunan dan operasionalnya. Selain itu, dalam waktu dekat, jika Allah mengizinkan, kami juga akan membangun rumah sakit di sini,” urai Haji Anif.

Sebelumnya, Ayah dari sembilan anak ini pun telah memberikan satu unit ambulance untuk kepentingan warga di Kecamatan Muara Batang Gadis dan sekitar. Ambulance itulah yang terus bolak-balik mengantarkan warga yang sakit ke Penyabungan, bahkan sampai ke Medan.

“Tidak hanya pekerja PT ALAM saja yang kami layani, warga sekitar juga,” terang Ruslan Effendi, sang sopir.
Benar saja, Minggu pagi (31/8) lalu, tiba-tiba Ruslan mengemudikan ambulance ke arah Singkuang dengan cepat. Jarak Salasiak –kediaman Haji Anif—ke Singkuang (ibu kota Kecamatan Muara Batang Gadis) sekira 20 kilometer. Tak sampai setengah jam, ambulance itu kembali lagi, melintasi rumah Haji Anif. Meninggalkan debu beterbangan. “Bawa orang tertimpa pohon Bang,” ungkap Ruslan sore harinya kepada Sumut Pos.

Orang yang dimaksud Ruslan tak lain warga Sikara-kara. Suami istri – korban tertimpa pohon – adalah pekerja PT Madina Agro Lestari (MAL), perkebunan sawit tetangga PT ALAM. “Ya, kami siap mengantar siapa saja, Bang. Sebelum ada ambulance ini, kasihan warga. Bayangkan saja, Bang, untuk mengangkat mayat ongkosnya sampai lima juta,” terang lelaki berambul ikal ini.

Gerak aktif Haji Anif di Kabupaten Madina memang terlalu banyak untuk diceritakan. Misalnya, pada Sabtu (6/8) lalu. Sehari jelang kepulangan rombongan ke Medan, Haji Anif masih sempat untuk menerima tiga warga asal Nias yang telah menjadi pekerja di PT ALAM. Tiga warga yang dimaksud adalah Fikar dan istri serta Vides. Ustads Rusdan dari Tabuyung pun diundang ke Rumah Gadang milik Haji Anif di Salasiak untuk memimpin ritual tersebut. “Benar ingin memeluk Islam?” buka Ustads Rusdan.

Ketiga warga tadi mengangguk dengan yakin. Tanpa menunggu lama, mereka pun langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. “Mereka jadi anak angkat saya. Saya ingin Pak Ustads langsung yang mengajarkan mereka salat dan mengaji. Jika bisa, tiap malam biar mereka cepat paham,” ungkap Haji Anif.

Begitulah, sekelumit cerita dari perjalanan Sumut Pos bersama Haji Anif ke Madina. Terekam kenangan, mulai perjalanan yang menempuh tiga jalur transportasi hingga debu yang terus menemani pembagian sembako dan zakat. Sebuah kenangan yang menarik.

Kini, KM Anugerah telah melepas jangkar. Perjalanan dua jam menuju Sibolga pun belum sebuah akhir. Ada jalur darat yang harus ditempuh dan ada Merpati yang menanti di Pinang Sori. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/