25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Madina Segera Miliki Bandara

Pinangsori tak Masuk Prioritas

Bandara Madina
Bandara Madina

JAKARTA-Sumatera Utara dipastikan akan memiliki beberapa bandara udara yang baru dalam beberapa tahun ke depan. Yaitu, bandara udara untuk Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan Bandara Teluk Dalam, Nias. Hal tersebut dipastikan karena telah masuk dalam rencana pengembangan pembangunan Bandar Udara di Kementerian Perhubungan hingga tahun 2014 mendatang.

Demikian dikemukakan Kepala Pusat Komunikasi dan Informasi Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan, kepada Sumut Pos di Jakarta, Rabu (10/10). “Untuk Sumatera Utara itun
ada Bandara Madina (Mandailing Natal) dan Teluk Dalam (Nias) yang akan segera dilakukan,” ujarnya.

Menurut Ervan, pembangunan kedua bandara tersebut diprioritaskan lebih didasari alasan kebutuhan. Sehingga masyarakat nantinya dapat lebih mudah dan benar-benar mempersingkat waktu perjalanan dari dan menuju daerah tersebut.

Ervan memastikan kedua bandara perintis tersebut telah mulai beroperasi pada tahun 2014 mendatang atau paling lambat pada tahun 2015. Karena sesuai rencana, dari total 45 bandara yang masuk dalam rencana pembangunan pengembangan, ditargetkan selesai sepenuhnya tahun 2014.

“Jadi totalnya itu ada sekitar 45 bandara yang masuk dalam rencana pengembangan pembangunan hingga tahun 2014. Namun memang sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia. Alasannya karena di daerah timur itu banyak daerah-daerah yang hanya bisa dilayani oleh penerbangan. Jadi memang karena tidak ada transportasi lain. Makanya itu yang kita utamakan,” ujarnya.

Sebelumnya, pihak Pemkab Madina memang telah menggagaskan pembangunan bandara tersebut. Setidaknya di era Bupati Madina, H Amru Daulay, bandar udara yang rencananya dibangun di Desa Sudijadi Kecamatan Bukit Malintang atau sekira 25 kilometer dari Panyabungan itu telah digaungkan (lihat grafis). Bahkan, pada saat itu, Amru sempat mengklaim bandara itu mulai beroperasi pada 2008. Dan, dana yang dihabiskan untuk pembangunan minimal Rp2 miliar. Namun, kenyataannya, bandara belum juga beroperasi.

Begitupun di era Bupati Madina HM Hidayat Batubara SE, rencana pembangunan bandara pun digeber. Setidaknya, hal ini didapat dari keterangan Hidayat pada September 2012 lalu kepada Metro Tapanuli (grup Sumut Pos). Saat itu Hidayat berkata, pihaknya sedang menunggu penyerahan lahan dari Pemprovsu untuk lahan landasan pacu Bandara Madina seluas 15,6 hektare. Pasalnya, lahan tersebut merupakan lahan binaan PD Sumut.

Apabila sudah diserahkan, Pemkab Madina akan menyelesaikan semua administrasi, yaitu penyempurnaan master plan, ganti rugi tanaman kepada warga, RTT, dan juga Amdal. Pekerjaan itu diselesaikan tahun 2013, dan tahun 2014 sudah dimulai pengerjaan fisik bandara.

Terlepas dari itu, selain Bandara Madina dan Teluk Dalam, Kemenhub juga berencana membangun bandara untuk Kabupaten Bireuen di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sementara saat ditanya terkait pengembangan Bandara Pinangsori, Tapanuli Tengah, menurut Ervan kemungkinan besar tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. “Pinangsori sepertinya sudah selesai. Karena tidak terlihat dalam rencana pengembangan bandara yang ada saat ini,” ujarnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pemkab Tapteng beberapa waktu lalu telah mengusulkan pada pemerintah pusat, untuk memperluas Bandara Pinangsori. Langkah ini guna menunjang sehingga pesawat berkapasitas angkut yang lebih besar sejenis Boeing, dapat mendarat di bandara tersebut.

Jika hal tersebut dapat terwujud dalam waktu dekat, Bupati Tapteng, Bonaran Situmeang yakin, Tapanuli Tengah akan dapat lebih maju. Karena bahan baku penghasilan dari kabupaten ini dapat dengan cepat dipasarkan ke luar daerah, atau bahkan mancanegara. Selain itu, melihat potensi pariwista yang ada, keperluan adanya bandara yang memadai juga tentu menjadi syarat masuknya para wisatawan.

Menanggapi hal ini, Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bhakti mengaku, tentu hal tersebut menjadi pertimbangan tim pengkaji. Namun meski demikian, evaluasi tetap harus dilakukan terlebih dahulu. Sehingga hasilnya benar-benar sepenuhnya semakin lebih bermanfaat bagi daerah tersebut.

Kementerian Perhubungan tentu dalam hal ini menurutnya kemudian, tentu tidak akan mempersulit. Jika memang daerah melihat perluasan bandara merupakan sebuah kebutuhan utama guna menunjang proses pembangunan. Hanya saja terkait proposal yang dimaksud, Kemenhub hingga saat ini masih terus mengevaluasinya secara lebih mendalam. “Ya (sedang) kita evaluasi,” ungkapnya. (gir/smg)

Pinangsori tak Masuk Prioritas

Bandara Madina
Bandara Madina

JAKARTA-Sumatera Utara dipastikan akan memiliki beberapa bandara udara yang baru dalam beberapa tahun ke depan. Yaitu, bandara udara untuk Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan Bandara Teluk Dalam, Nias. Hal tersebut dipastikan karena telah masuk dalam rencana pengembangan pembangunan Bandar Udara di Kementerian Perhubungan hingga tahun 2014 mendatang.

Demikian dikemukakan Kepala Pusat Komunikasi dan Informasi Kementerian Perhubungan, Bambang S Ervan, kepada Sumut Pos di Jakarta, Rabu (10/10). “Untuk Sumatera Utara itun
ada Bandara Madina (Mandailing Natal) dan Teluk Dalam (Nias) yang akan segera dilakukan,” ujarnya.

Menurut Ervan, pembangunan kedua bandara tersebut diprioritaskan lebih didasari alasan kebutuhan. Sehingga masyarakat nantinya dapat lebih mudah dan benar-benar mempersingkat waktu perjalanan dari dan menuju daerah tersebut.

Ervan memastikan kedua bandara perintis tersebut telah mulai beroperasi pada tahun 2014 mendatang atau paling lambat pada tahun 2015. Karena sesuai rencana, dari total 45 bandara yang masuk dalam rencana pembangunan pengembangan, ditargetkan selesai sepenuhnya tahun 2014.

“Jadi totalnya itu ada sekitar 45 bandara yang masuk dalam rencana pengembangan pembangunan hingga tahun 2014. Namun memang sebagian besar berada di wilayah timur Indonesia. Alasannya karena di daerah timur itu banyak daerah-daerah yang hanya bisa dilayani oleh penerbangan. Jadi memang karena tidak ada transportasi lain. Makanya itu yang kita utamakan,” ujarnya.

Sebelumnya, pihak Pemkab Madina memang telah menggagaskan pembangunan bandara tersebut. Setidaknya di era Bupati Madina, H Amru Daulay, bandar udara yang rencananya dibangun di Desa Sudijadi Kecamatan Bukit Malintang atau sekira 25 kilometer dari Panyabungan itu telah digaungkan (lihat grafis). Bahkan, pada saat itu, Amru sempat mengklaim bandara itu mulai beroperasi pada 2008. Dan, dana yang dihabiskan untuk pembangunan minimal Rp2 miliar. Namun, kenyataannya, bandara belum juga beroperasi.

Begitupun di era Bupati Madina HM Hidayat Batubara SE, rencana pembangunan bandara pun digeber. Setidaknya, hal ini didapat dari keterangan Hidayat pada September 2012 lalu kepada Metro Tapanuli (grup Sumut Pos). Saat itu Hidayat berkata, pihaknya sedang menunggu penyerahan lahan dari Pemprovsu untuk lahan landasan pacu Bandara Madina seluas 15,6 hektare. Pasalnya, lahan tersebut merupakan lahan binaan PD Sumut.

Apabila sudah diserahkan, Pemkab Madina akan menyelesaikan semua administrasi, yaitu penyempurnaan master plan, ganti rugi tanaman kepada warga, RTT, dan juga Amdal. Pekerjaan itu diselesaikan tahun 2013, dan tahun 2014 sudah dimulai pengerjaan fisik bandara.

Terlepas dari itu, selain Bandara Madina dan Teluk Dalam, Kemenhub juga berencana membangun bandara untuk Kabupaten Bireuen di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sementara saat ditanya terkait pengembangan Bandara Pinangsori, Tapanuli Tengah, menurut Ervan kemungkinan besar tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. “Pinangsori sepertinya sudah selesai. Karena tidak terlihat dalam rencana pengembangan bandara yang ada saat ini,” ujarnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Pemkab Tapteng beberapa waktu lalu telah mengusulkan pada pemerintah pusat, untuk memperluas Bandara Pinangsori. Langkah ini guna menunjang sehingga pesawat berkapasitas angkut yang lebih besar sejenis Boeing, dapat mendarat di bandara tersebut.

Jika hal tersebut dapat terwujud dalam waktu dekat, Bupati Tapteng, Bonaran Situmeang yakin, Tapanuli Tengah akan dapat lebih maju. Karena bahan baku penghasilan dari kabupaten ini dapat dengan cepat dipasarkan ke luar daerah, atau bahkan mancanegara. Selain itu, melihat potensi pariwista yang ada, keperluan adanya bandara yang memadai juga tentu menjadi syarat masuknya para wisatawan.

Menanggapi hal ini, Dirjen Perhubungan Udara, Herry Bhakti mengaku, tentu hal tersebut menjadi pertimbangan tim pengkaji. Namun meski demikian, evaluasi tetap harus dilakukan terlebih dahulu. Sehingga hasilnya benar-benar sepenuhnya semakin lebih bermanfaat bagi daerah tersebut.

Kementerian Perhubungan tentu dalam hal ini menurutnya kemudian, tentu tidak akan mempersulit. Jika memang daerah melihat perluasan bandara merupakan sebuah kebutuhan utama guna menunjang proses pembangunan. Hanya saja terkait proposal yang dimaksud, Kemenhub hingga saat ini masih terus mengevaluasinya secara lebih mendalam. “Ya (sedang) kita evaluasi,” ungkapnya. (gir/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/