25.1 C
Medan
Tuesday, June 18, 2024

Eksplorasi Hal Baru di Rumah untuk Kendalikan Stres Saat Pandemi Covid-19

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah mengimbau agar seluruh masyarakat untuk tetap diam di rumah saja selama pandemi Covid-19. Bagi yang tetap keluar rumah melakukan aktivitas, diimbau pula untuk mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat atau setidaknya dengan perilaku 3M yaitu memakai masker, rajin mencuci tangan pakai sabun maupun hand sanitizer serta menjaga jarak dan hindari kerumunan.

Budidaya ikan dalam ember adalah salah satu cara menghilangkan stres saat Pandemi covid-19.

Hal itu dilakukan tak lain guna mencegah penyebaran virus corona yang begitu cepat, sehingga rantai persebarannya dapat putus. Namun, dalam masa berdiam diri di rumah atau ada yang menjalani karantina karena berstatus positif corona tanpa gejala, tentu membuat sebagian orang menjadi stres. Rasa stres ini juga terjadi oleh beberapa pemicu yang membuat suasana hati menjadi kacau dan gampang emosi.

Ketua Departemen Psikiatri FK USU, Dr dr Elmeida Effendy MKed SpKJ (K) mengungkapkan, di era pandemi Covid-19 ini masyarakat rentan mengalami stres. Untuk itu, diperlukan manajemen atau pengendalian stres di rumah saat pandemi dengan mengeksplorasi hal baru.

“Buat suatu pencapaian yang ada target, misalnya pandemi ini memiliki banyak waktu luang di rumah karena tidak kerja atau bekerja dari rumah. Maka, bisa membuat hal-hal yang dulu belum sempat dilakukan karena kesibukan, Misalnya, membuat buku, akun YouTube, dan sebagainya. Jadi kita tidak berkutat pada hal yang seharusnya kita lakukan, tapi bisa mengeksplorasi hal-hal baru di waktu luang,” ungkap Elmeida baru-baru ini.

Dijelaskannya, stres merupakan satu respons yang adaptif pada berbagai tekanan atau tuntutan eksternal. Kemudian, dari berbagai stres itu menimbulkan gejala fisik emosional atau perilaku. “Stres ini juga reaksi tubuh yang muncul kalau seseorang itu mengalami tekanan, ancaman atau perubahan. Stres ini bisa akut dan kronik jika cukup lama dan berkepanjangan. Bahkan, bisa berakibat lebih fatal lagi,” terang Elmeida.

Menurut dia, stres juga berpengaruh kepada berat badan, kehidupan seksual, daya tahan tubuh dan penyakit kronik. Misalnya, pada masa pandemi Covid-19 ini, kalau seseorang stres maka daya tahan tubuh melemah. “Makanya, kita tidak perlu stres, kita harus mampu beradaptasi. Suka atau tidak suka kita berusaha mencari apa yang bisa menyenangkan hati agar daya tahan tubuh tidak melemah. Dengan begitu, otomatis imun tubuh semakin meningkat,” ujarnya.

Terkait rasa kecemasan, Elmeida menyebutkan, stres dengan kecemasan itu beda. Kecemasan itu rasa khawatir diikuti juga dengan gejala-gejala fisik, jantung berdebar-debar, sebentar-sebentar mau buang air kecil, gatal di kulit, susah tidur, ada yang cemas sementara dan gangguan cemas.

“Misalkan kita mau ujian dan tentu kita cemas, itu halal wajar. Tapi, kalau sudah selesai ujian namun merasa cemas terus, itu tidak wajar. Bahkan, cemas sampai memerlukan oksigen karena susah bernafas akibat jantung berdebar-debar, itu juga sudah tidak wajar. Durasi dan intensitas cukup tinggi dan mengganggu aktivitas kita sehari-hari, merupakan cemas tidak wajar,” papar Elmeida.

Diutarakan dia, stres itu normal karena setiap kali manusia selalu mengalami tekanan tuntutan eksternal, ancaman dan perubahan. “Istilah kita tidak selalu berada di zona nyaman. Dulu kita enak-enak keluar negeri, sekarang pandemi Covid-19 mau ke mana susah. Kalau kita enggak beradaptasi bisa stres,” ucapnya.

Lebih lanjut Elmeida mengatakan, pada pandemi Covid-19 ini kebanyakan orang merasa bosan dan tak tahu arah. Awalnya, mungkin merasa senang karena bisa libur dan santai. Namun, lama-kelamaan merasa bosan dan jenuh. “Di era pandemi ini kita bisa mempelajari hal-hal baru sehingga tidak mudah stres, dan tentu sangat membantu imunitas tubuh. Jadi walaupun tidak ke kantor, kita bisa merasakan kalau kita sendiri bermanfaat dan berguna, seperti sekarang sedang heboh dengan tanaman atau membuat masakan, ini bisa mengendalikan stres,” ungkapnya lagi.

Elmeida menambahkan, bagi masyarakat yang menjalani aktivitas di luar rumah, harus membiasakan diri berperilaku hidup bersih yang dimulai dari diri sendiri dan berupaya menularkannya pada orang lain. “Budayakan selalu menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 atau setidaknya perilaku 3M. Selain itu, makan-makanan bergizi, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup,”pungkasnya. (ris/ila)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah mengimbau agar seluruh masyarakat untuk tetap diam di rumah saja selama pandemi Covid-19. Bagi yang tetap keluar rumah melakukan aktivitas, diimbau pula untuk mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat atau setidaknya dengan perilaku 3M yaitu memakai masker, rajin mencuci tangan pakai sabun maupun hand sanitizer serta menjaga jarak dan hindari kerumunan.

Budidaya ikan dalam ember adalah salah satu cara menghilangkan stres saat Pandemi covid-19.

Hal itu dilakukan tak lain guna mencegah penyebaran virus corona yang begitu cepat, sehingga rantai persebarannya dapat putus. Namun, dalam masa berdiam diri di rumah atau ada yang menjalani karantina karena berstatus positif corona tanpa gejala, tentu membuat sebagian orang menjadi stres. Rasa stres ini juga terjadi oleh beberapa pemicu yang membuat suasana hati menjadi kacau dan gampang emosi.

Ketua Departemen Psikiatri FK USU, Dr dr Elmeida Effendy MKed SpKJ (K) mengungkapkan, di era pandemi Covid-19 ini masyarakat rentan mengalami stres. Untuk itu, diperlukan manajemen atau pengendalian stres di rumah saat pandemi dengan mengeksplorasi hal baru.

“Buat suatu pencapaian yang ada target, misalnya pandemi ini memiliki banyak waktu luang di rumah karena tidak kerja atau bekerja dari rumah. Maka, bisa membuat hal-hal yang dulu belum sempat dilakukan karena kesibukan, Misalnya, membuat buku, akun YouTube, dan sebagainya. Jadi kita tidak berkutat pada hal yang seharusnya kita lakukan, tapi bisa mengeksplorasi hal-hal baru di waktu luang,” ungkap Elmeida baru-baru ini.

Dijelaskannya, stres merupakan satu respons yang adaptif pada berbagai tekanan atau tuntutan eksternal. Kemudian, dari berbagai stres itu menimbulkan gejala fisik emosional atau perilaku. “Stres ini juga reaksi tubuh yang muncul kalau seseorang itu mengalami tekanan, ancaman atau perubahan. Stres ini bisa akut dan kronik jika cukup lama dan berkepanjangan. Bahkan, bisa berakibat lebih fatal lagi,” terang Elmeida.

Menurut dia, stres juga berpengaruh kepada berat badan, kehidupan seksual, daya tahan tubuh dan penyakit kronik. Misalnya, pada masa pandemi Covid-19 ini, kalau seseorang stres maka daya tahan tubuh melemah. “Makanya, kita tidak perlu stres, kita harus mampu beradaptasi. Suka atau tidak suka kita berusaha mencari apa yang bisa menyenangkan hati agar daya tahan tubuh tidak melemah. Dengan begitu, otomatis imun tubuh semakin meningkat,” ujarnya.

Terkait rasa kecemasan, Elmeida menyebutkan, stres dengan kecemasan itu beda. Kecemasan itu rasa khawatir diikuti juga dengan gejala-gejala fisik, jantung berdebar-debar, sebentar-sebentar mau buang air kecil, gatal di kulit, susah tidur, ada yang cemas sementara dan gangguan cemas.

“Misalkan kita mau ujian dan tentu kita cemas, itu halal wajar. Tapi, kalau sudah selesai ujian namun merasa cemas terus, itu tidak wajar. Bahkan, cemas sampai memerlukan oksigen karena susah bernafas akibat jantung berdebar-debar, itu juga sudah tidak wajar. Durasi dan intensitas cukup tinggi dan mengganggu aktivitas kita sehari-hari, merupakan cemas tidak wajar,” papar Elmeida.

Diutarakan dia, stres itu normal karena setiap kali manusia selalu mengalami tekanan tuntutan eksternal, ancaman dan perubahan. “Istilah kita tidak selalu berada di zona nyaman. Dulu kita enak-enak keluar negeri, sekarang pandemi Covid-19 mau ke mana susah. Kalau kita enggak beradaptasi bisa stres,” ucapnya.

Lebih lanjut Elmeida mengatakan, pada pandemi Covid-19 ini kebanyakan orang merasa bosan dan tak tahu arah. Awalnya, mungkin merasa senang karena bisa libur dan santai. Namun, lama-kelamaan merasa bosan dan jenuh. “Di era pandemi ini kita bisa mempelajari hal-hal baru sehingga tidak mudah stres, dan tentu sangat membantu imunitas tubuh. Jadi walaupun tidak ke kantor, kita bisa merasakan kalau kita sendiri bermanfaat dan berguna, seperti sekarang sedang heboh dengan tanaman atau membuat masakan, ini bisa mengendalikan stres,” ungkapnya lagi.

Elmeida menambahkan, bagi masyarakat yang menjalani aktivitas di luar rumah, harus membiasakan diri berperilaku hidup bersih yang dimulai dari diri sendiri dan berupaya menularkannya pada orang lain. “Budayakan selalu menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 atau setidaknya perilaku 3M. Selain itu, makan-makanan bergizi, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup,”pungkasnya. (ris/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/