SUMUTPOS.CO – Duka mendalam menyelimuti Elisabeth Diana (40) yang kehilangan anak tunggalnya, Ade Sara Angelina Suroto (19). Meski begitu Elisabeth memaafkan dua tersangka pembunuhan putrinya.
“Yang tenang ya Nak, di sana. Ibu pasti maafin tersangka Hafitd sama Sifa. Kamu yang tenang di sana, Nak. Ibu yakin pasti kamu akan ada di surga,” isak Elisabeth, sambil menabur bunga di pusaran liang lahat Sara di TPU Pondok Kelapa, Jakarta Timur.Rekan-rekan Sara turut menangis mendengar ucapan ibunda Sara. Ayah Sara, Suroto, yang terlihat tegar juga meneteskan air mata kemudian menenangkan istrinya.
Tidak lama setelah momen itu, saat liang lahat akan ditutup, satu per satu teman-teman Sara menaburkan bunga.
“De, maafin ya. Kok bisa sih kaya gini,” teriak salah seorang rekan Sara.
Rekan-rekan Sara terus berdoa di makam Sara. Liang lahat pun ditutup.
Elisabeth Diana (40) memang sangat sabar menanggapi kasus kematian anak tunggalnya Ade Sara Angelina Suroto (19). Dia memang meminta keadilan ditegakkan, tapi tetap yakin dua pelaku pembunuhan, Ahmad Imam Al Hafitd alias Hafitd (19) dan Assyifa Ramadhani alias Sifa (19) masih bisa jadi anak baik.
“Saya berharap keadilan harus ditegakkan. Saya percaya setelah proses hukum dilaksanakan Hafitd dan Assyifa jadi anak yang baik. Saya percaya itu. Saya yakin mereka anak yang baik,” kata Elisabeth.
Menurut Elisabeth, kedua teman SMA Sara tersebut tak bisa menguasai sisi jahat dari diri mereka. Sehingga muncullah niat untuk membunuh. Namun dia tetap yakin, sebagai manusia, kedua anak muda itu bisa jadi anak baik.
“Saya serahkan ke kepolisian Bekasi. Terima kasih dan selamat dalam waktu relatif singkat menangkap pembunuh. Prosesnya berjalan saja sesuai dengan kesalahan. Konsekuensi perbuatan harus dijalani Hafitd dan Assyifa,” sambungnya.
Meski Hafitd sudah membunuh putrinya, Elisabeth tetap memberi izin pada Hafitd untuk memanggilnya mama. “Saya akan menyampaikan Hafitd terakhir kali, kamu tetap panggil (saya) mama. Sekarang Mama juga akan tetap panggil kamu anak mama. Mama dan Papa ampuni Hafitd dan Assyifa,” kata Elisabeth.
Elisabeth terakhir bertemu dengan Hafitd ketika putus dengan Sara. Dia mengaku mendengar mantan kekasih anaknya itu mengungkapkan hal yang tidak baik di twitter. Namun tak lama kemudian sudah dihapus.
Selama ini, kata Elisabeth, Sara sering curhat soal Hafitd. Terutama ketika mereka putus cinta. Sara tak mau lagi berhubungan baik dengan sang mantan karena perlakuan kasarnya.
“Dia tunjukkan ke saya perkataan Hafitd di twitter. Dia foto dan kirim ke saya. Memang (Sara) pantas marah. Saya bisa menyadari ya sudah. Haduh kata-katanya binatang. Kurang sopan,” terangnya.
Saat itu, Sara pernah curhat soal perkataan kasar Hafitd yang dilontarkan usai mereka putus cinta. Yang paling mencolok adalah di jejaring sosial. Elisabeth sempat menasihati Sara agar berbaikan saja, namun ketika ditunjukkan bukti kata-kata tersebut, dia akhirnya memaklumi kemarahan putri cantiknya tersebut.
Di mata Elisabeth, Sara merupakan anak yang baik, sopan dan tidak pernah ngoyo kepada orang tuanya. Usai pemakaman Sara, Elisabeth menuturkan bila puterinya itu bercita-cita ingin melanjutkan pendidikannya ke Jerman.
“Baru dua bulan ini dia (Sara) ikut les bahasa Jerman. Soalnya dia pengen bisa kuliah di Jerman, itu cita-citanya waktu SMP. Tapi karena nggak kesampaian, akhirnya dia kuliah di Budi Mulya dulu,” jelas Elisabeth.
Perempuan yang matanya sembab selama prosesi pemakaman itu juga mengatakan, sampai saat ini puterinya masih memiliki keinginan kuat untuk bisa hijrah ke Jerman.
“Ya, makanya dia ikut les tambahan bahasa Jerman. Soalnya habis S1, dia mau coba lagi,” pungkasnya.
Ayah Ade Sara Angelina, Suroto atau yang akrab dipanggil Suroto mengaku telah mengikhlaskan kepergian putrinya. Dia pun mengungkapkan tidak ada dendam kepada kedua tersangka. Namun Suroto minta proses hukum pada Hafiz dan Syifa, sepasang kekasih yang membunuh putrinya, tetap berjalan.
“Dari keluarga mengikhlaskan. Kami ikhlas. Tapi kembali lagi konsekuensi perbuatan mereka tetap dijalankan jangan sampai tidak dijalankan seperti yang sudah-sudah,” ujar Suroto.
Menurutnya, dirinya pun telah menyerahkan proses hukum kepada pihak yang berwajib. Baik dia maupun ibu Ade Sara, Elisabeth Diana Dewayani tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan.
“Gini aja sih kita serahkan pihak yang berwenang. Tapi saya ingin pihak berwenang intinya harapan kami mereka berdua bisa merasakan arti kehidupan. Apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak dilakukan,” jelas dia.
Suroto mengaku, hingga kini baik keluarga Hafiz maupun keluarga Assyifa belum meminta maaf kepadanya. Namun, dirinya pun tidak terlalu mengharapkan hal tersebut.
“Engga ada. Entah nggak ada, entah bagaimana saya juga nggak tau. Kami juga nggak mengharapkan mereka datang ke sini, nggak terlalu berharap banyak. Itu hak mereka yang penting kami sudah memaafkan perbuatan mereka,” ujar Suroto.
Selain itu, terkait rumah tinggal Hafiz yang sepi tak ada orang, dia pun tidak terlalu mengkhawatirkan, apakah keluarga Hafiz lepas tanggung jawab atau tidak. Bagi dia, dirinya hanya fokus kepada proses hukum atas pembunuhan anaknya.
“Soalnya gini ya, yang melakukan pembunuhan kan anaknya ya bukan keluarga. Menurut saya yang harus mendapatkan konsekuensinya sih anaknya bukan keluarganya,” ujarnya.
BANYAK TIDUR
Ahmad Imam Al Hafitd (19), tersangka pembunuh Ade Sara Angelina, kini mendekam di sel tahanan Kepolisian Resor Bekasi Kota. Sejak ditahan Minggu (9/3) malam, belum ada keluarga maupun rekannya yang membesuk.
Hafitd lebih banyak tidur di dalam sel nomor satu berukuran 1,3 x 3,9 meter itu. Ia bangun kalau hendak makan dan salat. Sesekali ia merokok. Tak banyak bicara ketika berada di dalam sel.
Hafitd dipindahkan ke sel tahanan dari ruang tahanan sementara di Unit Kejahatan dan Kekerasan. Pemindahan dilakukan sambil menunggu berkas dilimpahkan ke kejaksaan. “Berkas penyidikan masih dilengkapi sebelum dilimpahkan ke kejaksaan,” kata juru bicara Polresta Bekasi Kota, AKP Siswo. Bahkan polisi akan melakukan rekonstruksi ulang.
Kasus pembunuhan Ade Sara diambil alih oleh Polda Metro Jaya dari Polres Bekasi. Alasannya, banyak rangkaian pembunuhan itu terjadi di Jakarta. Dua tersangka pembunuhan Ade Sara, Hafiz dan Syifa tiba di Direktorat Kriminal Umum sekitar pukul 14.45 WIB, Selasa (11/3).
Dari mobil penyidik Avanza hitam, keduanya turun dan menutup muka mereka dengan pasmina dan kain. Sambil menerobos kerumunan wartawan, petugas langsung menggelandang dua mahasiswi tersebut ke dalam kantor Direktorat Kriminal Umum.
Pantauan wartawan, tidak ada ucapan keluar dari mulut sepasang kekasih ini. Pakaian yang mereka kenakan masih sama dengan pakaian tahanan di Polres Bekasi. (net/bbs/fal)