Kamis pagi (11/4) kemarin, sekitar pukul 09.00 WIB dan setelah melaksanakan upacara militer, sebanyak 29 prajurit bintara dan 23 tamtama Yonmarhanlan I (Bataliyon Marinir Pertahanan Pangkalan) langsung diangkat beramai-ramai dan dibuang ke lumpur di pinggir pantai pesisir Sei Nonang, Belawan. Tak hanya prajurit, Komandan Yonmarhanlan I, Letkol Agung Setiawan juga ikut dibuang ke laut.
Puluhan prajurit itu bersusah payah merayap di lumpur sejauh 100 meter dan kemudian menuju air laut di pinggir pantai pesisir Sei Nonang, Belawan tersebut, termasuk sang komanda mereka. Dengan disaksikan istri dan anak masing-masing prajurit, pasukan elit di jajaran TNI AL itu merayap dengan gaya seperti seorang perenang.
Riuh dan suara dukungan terdengar dari kalangan sesama prajurit serta pihak keluarga yang hadir. Bukan cuma itu, ejekanpun muncul dari beberapa bocah yang tak lain adalah anak dari para prajurit. “Ah, papa jorok bajunya ada basah, ada lumpurnya,” ujar bocah perempuan menolak saat akan digendong salah seorang prajurit yang seragamnya basah dan berlumpur.
Ya, berenang di lumpur sepertinya sudah menjadi kebiasaan bagi prajurit korps marinir dalam setiap kali mendapat kenaikan pangkat. Ritual militer yang telah dilaksanakan sejak puluhan tahun lalu itu, digelar di markas Yonmarhanlan I (Bataliyon Marinir Pertahanan Pangkalan) di Jalan Serma Hanafia Kecamatan Medan Belawan.
Tidak cuma bintara dan tamtama saja menjalani tradisi tersebut,
Komandan Yonmarhanlan I, Letkol (Mar) Agung Setiawan yang mendapat kenaikan pangkat satu tingkat dari sebelumnya berpangkat melati satu itu juga diperlakukan sama. Agung, dibuang ke laut bersama rekan kerjanya AKBP Endro Kiswanto yang menjabat sebagai Kapolres Pelabuhan Belawan.
Sambil menuju ke tangkahan Yonmarhanlan, kedua perwira menengah TNI-Polri ini terlihat begitu akrab dan sangat menikmati ritual yang sudah menjadi tradisi di tubuh korps marinir. Tradisi kenaikkan pangkat ini bertujuan agar pasukan elit di jajaran TNI AL terus mencintai laut dan mempertahankan keamanan di wilayah perairan Indonesia dari
gangguan pihak luar.
“Ini merupakan tradisi kenaikan pangkat yang biasa dilakukan,
tujuannya agar prajurit mencintai laut dan akan tetap berjaya serta hidup di laut. Biar kami dibuang ke laut kami akan tetap hidup dan mempertahankan keamanan laut,” terang Letkol (Mar) Agung Setiawan.
Agung mengatakan, kenaikan pangkat dalam kehidupan militer itu merupakan wujud pengakuan, kepercayaan dan penghargaan atas dedikasi, loyalitas serta prestasi seorang prajurit terhadap pengabdiannya pada korps. Oleh karena itu, kenaikan pangkat juga harus disikapi oleh seorang prajurit untuk mampu memperteguh komitmen dan tekadnya dalam meningkatkan kualitas pengabdiannya maupun loyalitas kepada organisasi dan pemerintah yang merupakan bagian dari negara.
“Kenaikan pangkat ini bukanlah turun dengan sendirinya, tetapi
berdasarkan prestasi dan dedikasi dari prajurit yang dalam rangka mengabdikan diri dan atas prestasi yang dicapai,” katanya.(rul)