MEDAN, SUMUTPOS.CO -Debat Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) yang akan berlangsung 19 Juni mendatang merupakan agenda ketiga dan terkahir sebelum memasuki tahapan pencoblosan 27 Juni 2018. Namun dari dua pengalaman, ajang itu dianggap tidak banyak pengaruh karena beberapa faktor seperti apatisme warga, akses informasi hingga konsep acara yang justru terlihat seperti ajang saling ‘bantai’.
Pengamat Politik dan Pemerintahan UMSU Rio Affandi Siregar mengatakan bahwa pesan yang muncul pada sebuah debat kandidat kali ini menurutnya kurang sampai. Hal itu katanya, karena beberapa hal seperti sikap masyarakat yang apatis dan tidak begitu tertarik dengan kontestasi politik kali ini. Selain karena kurangnya sosialisasi, pesta demokrasi kali ini juga jauh dari kata meriah, tidak seperti sebelumnya.
“Masyarakat juga banyak yang kemungkinan tidak menonton. Pertama sosialisasi, kedua aksesnya terbatas. Bayangkan warga masyarakat yang tinggal di daerah jauh seperti Pematang Siantar atau Kisaran hingga yang terjauh dari ibu kota, mereka mungkin kebanyakan tidak dapat siaran. Bahkan banyak yang tidak mau menonton, khususnya kalangan menengah ke bawah,” ujar Rio, Minggu (10/6).
Sementara, Wakil Ketua Tim Pemenangan Eramas, Irham Buana Nasution mengatakan, pasangan calon Edy-Ijeck akan memanfaatkan betul momen debat kandidat putaran terakhir yang digelar Komisi Pemilihan Umum Sumut, pada 19 Juni mendatang.
“Debat ini menjadi sarana dan upaya bagi Eramas menyampaikan pesan-pesan politiknya kepada masyarakat Sumut. Ini tentu momen yang penting mengingat 27 Juni hari pencoblosan, untuk meyakinkan masyarakat pemilih akan pilihannya memilih Edy-Ijeck,” katanya kepada Sumut Pos, Minggu (10/6).
Menurut Irham, debat juga menjadi wadah bagi masyarakat melihat langsung kemampuan dan karakter Edy-Ijeck dalam kontestasi Pilgubsu 2018. Dimana selain menyampaikan pesan politik juga untuk mengetahui program kerja serta visi dan misi keduanya. (bal/prn/azw)
MEDAN, SUMUTPOS.CO -Debat Pemilihan Gubernur Sumatera Utara (Pilgubsu) yang akan berlangsung 19 Juni mendatang merupakan agenda ketiga dan terkahir sebelum memasuki tahapan pencoblosan 27 Juni 2018. Namun dari dua pengalaman, ajang itu dianggap tidak banyak pengaruh karena beberapa faktor seperti apatisme warga, akses informasi hingga konsep acara yang justru terlihat seperti ajang saling ‘bantai’.
Pengamat Politik dan Pemerintahan UMSU Rio Affandi Siregar mengatakan bahwa pesan yang muncul pada sebuah debat kandidat kali ini menurutnya kurang sampai. Hal itu katanya, karena beberapa hal seperti sikap masyarakat yang apatis dan tidak begitu tertarik dengan kontestasi politik kali ini. Selain karena kurangnya sosialisasi, pesta demokrasi kali ini juga jauh dari kata meriah, tidak seperti sebelumnya.
“Masyarakat juga banyak yang kemungkinan tidak menonton. Pertama sosialisasi, kedua aksesnya terbatas. Bayangkan warga masyarakat yang tinggal di daerah jauh seperti Pematang Siantar atau Kisaran hingga yang terjauh dari ibu kota, mereka mungkin kebanyakan tidak dapat siaran. Bahkan banyak yang tidak mau menonton, khususnya kalangan menengah ke bawah,” ujar Rio, Minggu (10/6).
Sementara, Wakil Ketua Tim Pemenangan Eramas, Irham Buana Nasution mengatakan, pasangan calon Edy-Ijeck akan memanfaatkan betul momen debat kandidat putaran terakhir yang digelar Komisi Pemilihan Umum Sumut, pada 19 Juni mendatang.
“Debat ini menjadi sarana dan upaya bagi Eramas menyampaikan pesan-pesan politiknya kepada masyarakat Sumut. Ini tentu momen yang penting mengingat 27 Juni hari pencoblosan, untuk meyakinkan masyarakat pemilih akan pilihannya memilih Edy-Ijeck,” katanya kepada Sumut Pos, Minggu (10/6).
Menurut Irham, debat juga menjadi wadah bagi masyarakat melihat langsung kemampuan dan karakter Edy-Ijeck dalam kontestasi Pilgubsu 2018. Dimana selain menyampaikan pesan politik juga untuk mengetahui program kerja serta visi dan misi keduanya. (bal/prn/azw)