26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pakai Jurus Jalan-jalan ke Mal

Foto: Arya Dhitya/Jawa Pos Erwin Sibarani (dua kanan) memimpin senam bersama bersama penghuni Rumah Gadara.
Foto: Arya Dhitya/Jawa Pos
Erwin Sibarani (dua kanan) memimpin senam bersama bersama penghuni Rumah Gadara.

Kedekatan yang dibangun Erwin Sibarani dengan murid-murid Rumah Gadara membuatnya paham resep-resep untuk orang dengan masalah kejiwaan itu.


LANGIT belum terang dan hujan masih mengguyur di luar. Tapi, Minggu (9/10) subuh Erwin Sibarani dan tiga orang mentor segera membangunkan para murid yang tidur serampangan di lorong sebelah barat Rumah Gadara.

Satu per satu orang dengan gangguan mental tersebut bangun dan bergegas cuci muka. Tak ada satu pun yang protes, apalagi mengamuk. Mereka kemudian berkumpul di ruang tengah untuk melakukan doa persekutuan yang rutin berlangsung setiap pagi. Durasi doa biasanya memakan waktu selama satu jam.

”Kami berdoa pada Bapa Yahweh agar segera pulih dan dapat berkumpul dengan keluarga,’’ kata Erwin saat memimpin doa. Para murid serentak menjawab, ”Amin.”
Selepas doa, biasanya para mentor akan mengajak mereka untuk berkeliling kompleks. Namun, karena cuaca tidak mendukung, olahraga dilakukan di teras rumah.

Selepas itu, mereka segera berpencar. Meski pikiran masih labil, nyatanya mereka tahu betul tugas masing-masing. Margono, Wahyu, dan Tumirin mengambil sapu lidi dan cikrak. Menuju halaman, mereka lantas menyapu daun-daun yang gugur di depan rumah. Juga membersihkan air genangan hujan. Sumarkuat segera menuju kamar mandi untuk bersih-bersih sekaligus mencuci baju sendiri. Indri, Agus, dan Juki membersihkan lantai dan perabotan rumah. Para mentor dan Erwin mengawasi sambil sesekali membantu.

”Nama mereka ya yang mereka sebut waktu pertama ditanya. Nama aslinya saya tidak tahu,” kata Erwin.

Hanya ada satu hukum di Rumah Gadara. Kalau mendapat tugas, kemudian lalai atau melanggar salah satu aturan, mereka tidak bisa makan.

Doktrin tersebut, entah bagaimana caranya, sukses menancap di benak masing-masing murid. Mereka begitu disiplin. Satu kali diperintah, mereka langsung bergerak. Tapi, ada juga yang sedikit alot.

”Han Sian, pakai baju!” seru Mister Baru, salah seorang mentor, saat melihat seorang murid mandi di bawah tandon teras sambil bertelanjang bulat. Kata Mister, si Han Sian memang paling sulit dinasihati.

Erwin dan para mentor juga sama sekali tidak khawatir membiarkan para murid untuk menggunakan perabotan rumah. Petrus, salah seorang murid, terlihat mondar-mandir karena mesin pompa air mati.

Dia pun dengan cekatan memeriksa kabel, terminal, serta sakelar listrik. Sampai pompa tersebut menyala. Petrus sempat izin kepada Erwin untuk keluar membeli plester luka. Erwin tenang saja mengizinkan.

”Kalau dulu khawatir kabur, sekarang tidak,” katanya.

Foto: Arya Dhitya/Jawa Pos Erwin Sibarani (dua kanan) memimpin senam bersama bersama penghuni Rumah Gadara.
Foto: Arya Dhitya/Jawa Pos
Erwin Sibarani (dua kanan) memimpin senam bersama bersama penghuni Rumah Gadara.

Kedekatan yang dibangun Erwin Sibarani dengan murid-murid Rumah Gadara membuatnya paham resep-resep untuk orang dengan masalah kejiwaan itu.


LANGIT belum terang dan hujan masih mengguyur di luar. Tapi, Minggu (9/10) subuh Erwin Sibarani dan tiga orang mentor segera membangunkan para murid yang tidur serampangan di lorong sebelah barat Rumah Gadara.

Satu per satu orang dengan gangguan mental tersebut bangun dan bergegas cuci muka. Tak ada satu pun yang protes, apalagi mengamuk. Mereka kemudian berkumpul di ruang tengah untuk melakukan doa persekutuan yang rutin berlangsung setiap pagi. Durasi doa biasanya memakan waktu selama satu jam.

”Kami berdoa pada Bapa Yahweh agar segera pulih dan dapat berkumpul dengan keluarga,’’ kata Erwin saat memimpin doa. Para murid serentak menjawab, ”Amin.”
Selepas doa, biasanya para mentor akan mengajak mereka untuk berkeliling kompleks. Namun, karena cuaca tidak mendukung, olahraga dilakukan di teras rumah.

Selepas itu, mereka segera berpencar. Meski pikiran masih labil, nyatanya mereka tahu betul tugas masing-masing. Margono, Wahyu, dan Tumirin mengambil sapu lidi dan cikrak. Menuju halaman, mereka lantas menyapu daun-daun yang gugur di depan rumah. Juga membersihkan air genangan hujan. Sumarkuat segera menuju kamar mandi untuk bersih-bersih sekaligus mencuci baju sendiri. Indri, Agus, dan Juki membersihkan lantai dan perabotan rumah. Para mentor dan Erwin mengawasi sambil sesekali membantu.

”Nama mereka ya yang mereka sebut waktu pertama ditanya. Nama aslinya saya tidak tahu,” kata Erwin.

Hanya ada satu hukum di Rumah Gadara. Kalau mendapat tugas, kemudian lalai atau melanggar salah satu aturan, mereka tidak bisa makan.

Doktrin tersebut, entah bagaimana caranya, sukses menancap di benak masing-masing murid. Mereka begitu disiplin. Satu kali diperintah, mereka langsung bergerak. Tapi, ada juga yang sedikit alot.

”Han Sian, pakai baju!” seru Mister Baru, salah seorang mentor, saat melihat seorang murid mandi di bawah tandon teras sambil bertelanjang bulat. Kata Mister, si Han Sian memang paling sulit dinasihati.

Erwin dan para mentor juga sama sekali tidak khawatir membiarkan para murid untuk menggunakan perabotan rumah. Petrus, salah seorang murid, terlihat mondar-mandir karena mesin pompa air mati.

Dia pun dengan cekatan memeriksa kabel, terminal, serta sakelar listrik. Sampai pompa tersebut menyala. Petrus sempat izin kepada Erwin untuk keluar membeli plester luka. Erwin tenang saja mengizinkan.

”Kalau dulu khawatir kabur, sekarang tidak,” katanya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/