31 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Pakai Jurus Jalan-jalan ke Mal

Selepas acara bersih-bersih dan mandi, tepat pukul 07.00, para murid makan. Jadwal itu juga ketat. ”Telat sedikit, mereka bisa bengok-bengok (berteriak-teriak, Red),” kata Erwin.

Makanan sudah disiapkan di ruang belakang. Dimasak khusus oleh orang yang ditugasi yayasan. Per hari, mereka menghabiskan 3 kilogram beras. Makanan harus fresh. Sekali makan juga wajib habis.

Si Margono sampai hafal tentang acara makan pagi itu. ”Kalau sudah dimasakkan Bu Agung, ya makan,” katanya dengan kata-kata yang sedikit sulit dicerna.

Selepas makan, penghuni Rumah Gadara melakukan aktivitas masing-masing. Para mentor yang tidak kuliah berjaga di rumah. Erwin juga berangkat kerja.

Namun, karena hari itu adalah Minggu, semua penghuni rumah berkumpul di ruang tengah. Mister memainkan gitar, sementara para murid bernyanyi bersama.

Margono paling semangat. Pria yang mengaku pernah berjalan kaki dari Pasuruan hingga Surabaya tersebut ternyata hafal lirik lagunya. ”Kuyakin Kau nyata di sini, kemenangan terjadi di sini, kesembuhan terjadi di sini,” katanya melantunkan lagu rohani. Para murid yang tidak hafal sekadar bergumam atau tepuk tangan.

Hari itu, Erwin akan membawa mereka jalan-jalan ke salah satu mal di Surabaya. Tentu, jadwal itu terbilang berani dan berisiko. Jika sampai salah seorang di antaranya lepas kontrol di tengah keramaian, Erwin bisa kena masalah.

Namun, ternyata jalan-jalan ke mal bukan hal yang baru bagi Erwin dan para mentor Rumah Gadara. Setidaknya sudah tiga kali mereka membawa para murid jalan-jalan.

Beberapa menit kemudian, para murid siap. Ada lima orang yang diajak. Yakni Wahyu, Margono, Tumrin, Edo, dan Markuat. Mereka berpakaian rapi dengan hem berkerah, celana, dan sepatu.

Sepintas, orang tidak akan menyangka bahwa yang dibawa Erwin adalah orang-orang yang bermasalah kejiwaan. Sejauh ini, tutur Erwin, para murid tidak pernah kehilangan kontrol di tengah keramaian.

Mereka berjalan beriringan selayaknya pengunjung biasa. Penampilan mereka terbukti menipu.

”Para sales mendekat dan menawari mereka macam-macam. Mereka ya pasti ndak nyambung,” katanya. (jpg/rbb)

Selepas acara bersih-bersih dan mandi, tepat pukul 07.00, para murid makan. Jadwal itu juga ketat. ”Telat sedikit, mereka bisa bengok-bengok (berteriak-teriak, Red),” kata Erwin.

Makanan sudah disiapkan di ruang belakang. Dimasak khusus oleh orang yang ditugasi yayasan. Per hari, mereka menghabiskan 3 kilogram beras. Makanan harus fresh. Sekali makan juga wajib habis.

Si Margono sampai hafal tentang acara makan pagi itu. ”Kalau sudah dimasakkan Bu Agung, ya makan,” katanya dengan kata-kata yang sedikit sulit dicerna.

Selepas makan, penghuni Rumah Gadara melakukan aktivitas masing-masing. Para mentor yang tidak kuliah berjaga di rumah. Erwin juga berangkat kerja.

Namun, karena hari itu adalah Minggu, semua penghuni rumah berkumpul di ruang tengah. Mister memainkan gitar, sementara para murid bernyanyi bersama.

Margono paling semangat. Pria yang mengaku pernah berjalan kaki dari Pasuruan hingga Surabaya tersebut ternyata hafal lirik lagunya. ”Kuyakin Kau nyata di sini, kemenangan terjadi di sini, kesembuhan terjadi di sini,” katanya melantunkan lagu rohani. Para murid yang tidak hafal sekadar bergumam atau tepuk tangan.

Hari itu, Erwin akan membawa mereka jalan-jalan ke salah satu mal di Surabaya. Tentu, jadwal itu terbilang berani dan berisiko. Jika sampai salah seorang di antaranya lepas kontrol di tengah keramaian, Erwin bisa kena masalah.

Namun, ternyata jalan-jalan ke mal bukan hal yang baru bagi Erwin dan para mentor Rumah Gadara. Setidaknya sudah tiga kali mereka membawa para murid jalan-jalan.

Beberapa menit kemudian, para murid siap. Ada lima orang yang diajak. Yakni Wahyu, Margono, Tumrin, Edo, dan Markuat. Mereka berpakaian rapi dengan hem berkerah, celana, dan sepatu.

Sepintas, orang tidak akan menyangka bahwa yang dibawa Erwin adalah orang-orang yang bermasalah kejiwaan. Sejauh ini, tutur Erwin, para murid tidak pernah kehilangan kontrol di tengah keramaian.

Mereka berjalan beriringan selayaknya pengunjung biasa. Penampilan mereka terbukti menipu.

”Para sales mendekat dan menawari mereka macam-macam. Mereka ya pasti ndak nyambung,” katanya. (jpg/rbb)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/