26.7 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Presiden Mittas Beri Rahudman Becak Dayung

MEDAN- Acara yang berhubungan dengan pariwisata antara Malaysia dan Indonesia itu digelar untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Medan.
Becak yang diterima langsung oleh Rahudman Harahap rencananya akan diletakkan di kantor Dinas Pariwisata Kota Medan di Jalan Prof HM Yamin.
“Dengan pemberian becak ini diharapkan mampu meningkatkan pariwisata Kota Medan,” ujar Presiden Mittas, Dato’ Syed Mohamad Aidid.

<a href=”http://images.hariansumutpos.com/2012/12/12/becak_full.jpg”><img alt=”BECAK DAYUNG: Dara Kota Medan saat berfoto  becak dayung  diberikan Presiden Mittas kepada Pemko Medan  Hotel Santika Medan, Selasa (10/12).//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos” src=”http://images.hariansumutpos.com/2012/12/12/becak_medium.jpg” title=”BECAK DAYUNG: Dara Kota Medan saat berfoto di becak dayung yang diberikan Presiden Mittas kepada Pemko Medan di Hotel Santika Medan, Selasa (10/12).//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos” width=”350″ /></a> BECAK DAYUNG: Dara Kota Medan saat berfoto di becak dayung yang diberikan Presiden Mittas kepada Pemko Medan di Hotel Santika Medan, Selasa (10/12).//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos

Menurutnya, di Kota Medan dan Pulau Penang Malaysia becak menjadi salah satu daya tarik pariwisata.
“Kalau di Pulau Penang tepatnya di daerah George Town wisatawan dapat menikmati kota dengan menggunakan becak. Jadi budaya kita tentang becak dayung juga sama,” ujarnya.

Menurutnya, bentuk becak di Pulau Penang mirip dengan becak Pulau Jawa dimana pengemudinya berada di belakang. Berbeda dengan becak di Kota Medan, pengemudi berada di samping.

Rahudman menjelaskan, pemberian becak ini menunjukkan simbol keterikatan sejarah dan budaya. Mengingat, becak dianggap sebagai  ikon trans masa lampau yang masih bisa dijumpai di kota besar.

“Karena itu, kita juga akan melestarikan becak dayung. Hanya saja, pada daerah tertentu,” ungkapnya.

Dijelaskannya, daerah yang bisa dilalui oleh becak dayung seperti di pasar tradisional dan kawasan pariwisata di  Kota Medan seperti di Jalan Sisingamangaraja.

Bukan hanya pelestarian becak dayung, pasar tradisional juga dapat dijadikan sebagai objek pariwisata di Kota Medan. Tetapi, harus direnovasi terlebih dahulu. Sehingga tidak becek dan bisa dilalui dengan nyaman oleh pengunjung.

“Kita akui 52 pasar tradisional belum semuanya maksimal untuk dijadikan sebagai lokasi pariwisata. Karena masih becek, sehingga yang memakai high heels sulit untuk lewat,” ujarnya.

Menurutnya, kuliner Medan pun akan tetap dipertahankan agar bisa dinikmati wisatawan. (ram)

MEDAN- Acara yang berhubungan dengan pariwisata antara Malaysia dan Indonesia itu digelar untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Medan.
Becak yang diterima langsung oleh Rahudman Harahap rencananya akan diletakkan di kantor Dinas Pariwisata Kota Medan di Jalan Prof HM Yamin.
“Dengan pemberian becak ini diharapkan mampu meningkatkan pariwisata Kota Medan,” ujar Presiden Mittas, Dato’ Syed Mohamad Aidid.

<a href=”http://images.hariansumutpos.com/2012/12/12/becak_full.jpg”><img alt=”BECAK DAYUNG: Dara Kota Medan saat berfoto  becak dayung  diberikan Presiden Mittas kepada Pemko Medan  Hotel Santika Medan, Selasa (10/12).//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos” src=”http://images.hariansumutpos.com/2012/12/12/becak_medium.jpg” title=”BECAK DAYUNG: Dara Kota Medan saat berfoto di becak dayung yang diberikan Presiden Mittas kepada Pemko Medan di Hotel Santika Medan, Selasa (10/12).//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos” width=”350″ /></a> BECAK DAYUNG: Dara Kota Medan saat berfoto di becak dayung yang diberikan Presiden Mittas kepada Pemko Medan di Hotel Santika Medan, Selasa (10/12).//Juli Ramadhani Rambe/Sumut Pos

Menurutnya, di Kota Medan dan Pulau Penang Malaysia becak menjadi salah satu daya tarik pariwisata.
“Kalau di Pulau Penang tepatnya di daerah George Town wisatawan dapat menikmati kota dengan menggunakan becak. Jadi budaya kita tentang becak dayung juga sama,” ujarnya.

Menurutnya, bentuk becak di Pulau Penang mirip dengan becak Pulau Jawa dimana pengemudinya berada di belakang. Berbeda dengan becak di Kota Medan, pengemudi berada di samping.

Rahudman menjelaskan, pemberian becak ini menunjukkan simbol keterikatan sejarah dan budaya. Mengingat, becak dianggap sebagai  ikon trans masa lampau yang masih bisa dijumpai di kota besar.

“Karena itu, kita juga akan melestarikan becak dayung. Hanya saja, pada daerah tertentu,” ungkapnya.

Dijelaskannya, daerah yang bisa dilalui oleh becak dayung seperti di pasar tradisional dan kawasan pariwisata di  Kota Medan seperti di Jalan Sisingamangaraja.

Bukan hanya pelestarian becak dayung, pasar tradisional juga dapat dijadikan sebagai objek pariwisata di Kota Medan. Tetapi, harus direnovasi terlebih dahulu. Sehingga tidak becek dan bisa dilalui dengan nyaman oleh pengunjung.

“Kita akui 52 pasar tradisional belum semuanya maksimal untuk dijadikan sebagai lokasi pariwisata. Karena masih becek, sehingga yang memakai high heels sulit untuk lewat,” ujarnya.

Menurutnya, kuliner Medan pun akan tetap dipertahankan agar bisa dinikmati wisatawan. (ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/