31.7 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Usai Akad Nikah, Gelar Pemakaman

Foto: Hulman/PM Jasad Juraidah, korban bus jatuh ke jurang di Tapsel, saat akan dimakamkan.
Foto: Hulman/PM
Jasad Juraidah, korban bus jatuh ke jurang di Tapsel, saat akan dimakamkan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengantin baru biasanya setelah menikah akan melakukan bulan madu. Namun, tidak demikian dengan pasangan Heri Anwar (27) dan Masnun Boru Harahap (25). Keduanya malah harus memakamkan Juraidah (33), kakak Heri Anwar yang meninggal dalam kecelakaan bus masuk jurang.

Sebelumnya, akad nikah Heri dengan Masnun yang seharusnya dilaksanakan di rumah mempelai wanita di Desa Tiang Aras, Angkola Timur, berubah menjadi di Desa Garonggang atau beberapa kilometer sebelum mendapatkan tempat yang direncanakan.

“Kondisinya serba salah semua. Saya dan istri saya masih dalam kondisi sakit. Begitu juga dengan seluruh keluarga kami yang masih merasa trauma. Belum lagi putri saya yang meninggal, jadi terpecah semuanya,” jelas ayah Heri, Tukiman, Minggu (11/5) di ruangan IGD RSUD Kota Padang Sidempuan (Psp).

Hari itu juga, sambung Tukiman, keluarga mempelai wanita meminta agar akad nikah dilakukan. “Mau tidak mau akad nikah harus dilakukan. Setelah itu kami kembali ke Medan untuk mengurus anak saya (Juraidah,red) yang meninggal,” ujar Tukiman.

Kata Tukiman, Minggu (11/5) sekitar pukul 21.00 WIB, seluruh keluarga korban langsung berangkat menuju Medan.

Cerita Tukiman, Heri Anwar anaknya, sudah beberapa tahun menjalin kasih dengan Masnun Boru Harahap. Setelah dilakukan mufakat antara kedua keluarga akhirnya disepakati akad nikah sekaligus pesta pada Minggu (12/5).

“Anak saya ini bekerja di Dinas Perkebunan di Pemkab Deli Serdang, sedangkan calon istrinya itu karyawan pabrik di daerah TanjungMorawa,” pungkasnya.

“Alhamdulillah, akhirnya akad nikah selesai dilaksanakan, begitu juga dengan abang ipar saya (Heri Anwar,red) dengan terpaksa kembali ke Medan untuk melihat jenazah kakaknya, Juraidah,” tambah Slamet, suami Nur Azizah (23). Nur Azizah adalah adik kandung Heri Anwar dan Juraidah.

Hal senada disampaikan ayah Masnun, Marahanda Harahap (53). “Setelah peristiwa itu terjadi akad nikah tetap berlangsung pada pukul lima sore. Namun, pesta pernikahannya tidak dilaksanakan. Setelah selesai prosesi akad nikah, anak saya dan suaminya langsung berangkat ke Medan bersama keluarga yang lain,” ujar Marahanda Harahap (53).

Menurut Marahanda, keluarganya mengetahui informasi kecelakaan tersebut pada pukul 06.30 pagi. Setelah itu sebagian warga Lingkungan Tiang Aras yang mengetahui peristiwa itu langsung berangkat menuju TKP. Sesampainya di TKP, seluruh korban dievakuasi menuju Puskesman Angkola Timur.

“Saya mengetahui peristiwa itu sekitar tengah tujuh pagi. Kemudian bersama warga langsung ke TKP. Sesampainya di sana, mereka terlebih dahulu dibawa ke Puskesmas Angkola Timur, kemudian seluruh korban diberangkatkan ke RSUD,” jelasnya.

Sementara itu Delina Harahap (44), salah seorang korban yang masih berada di Tiang Aras mengatakan, sebelum berangkat dari Medan menuju Tapsel, ia sudah mengingatkan tentang kondisi jalan yang akan dilalui. Sebab, jalan yang dilalui cukup rumit apabila supirnya belum pernah melewati jalan tersebut.

“Saya tinggal di Medan. Namun, kampung halaman di Lingkungan Tiang Aras. Makanya sebelum berangkat saya ingatkan kepada mereka agar tidak usah memakai supir yang tidak mengenal kondisi jalan. Karena jalan yang akan ditempuh rumit, kalau sudah masuk ke persimpangan kampung Maragordong,” jelasnya.

Menurutnya, sampai di persimpangan, supir masih tetap tenang membawa penumpang, sedangkan penumpang yang ada di dalam bus ceria melihat keindahan pemandangan bukit-bukit dan pohon. Kemudian, pada saat masuk di Desa Sanggapati, supir yang membawa bus itu sempat bertanya tentang jalan turunan yang dilalui.

“Kenapa ini, kenapa ini, kenapa ini pak supir… Itu lah yang saya sampaikan kepada supir ketika terasa sedang didorong. Lalu saya tidak ingat lagi apa yang terjadi. Selanjutnya, saya sudah dikeluarkan dari dalam bus.

Suherman (30) warga Kota Medan yang diketahui sebagai salahsatu supir bus saat ditemui METRO, Senin (12/5) di ruangan Lakalantas Polres Tapsel mengatakan, pada saat kejadian tersebut, yang membawa mobil adalah temannya, Rian (30) juga warga Medan. Namun, begitu kejadian, Rian menghilang dan sampai sekarang belum diketahui di mana keberadaannya.

“Saya supir satunya Bang, dan kawan saya itu supir duanya. Tapi sampai sekarang saya tidak tahu di mana keberadaannya. Begitu kejadian ia tidak terlihat sama sekali, dan sudah saya coba hubungi nomor handphone-nya tapi tidak aktif,” kata pria yang juga mengalami luka pada bagian kedua tangannya.

Pengakuan Suherman, jalan tempat kejadian tersebut, baru pertama kali ia dan Rian lalui. Namun, selama menjadi supir bus pariwisata yang kerap membawa penumpang dalam jumlah banyak baru itu juga mereka mengaku mengalami kecelakaan fatal.

“Memang saya kurang paham kondisi jalan. Saat itu si Rian sebagai supirnya dan saya berada di sebelahnya. Kejadian juga begitu cepat. Kondisi jalan yang berliku dan menurun tajam, mungkin salah satu faktor penyebab terjadinya,” ungkapnya.

“Belum tahulah sampai kapan saya di sini. Saya sudah koordinasi dengan perusahaan tempat saya bekerja, katanya mereka mau mengurus semuanya. Sekarang mereka lagi mengurus korban yang meninggal,” terang pria yang mengaku bekerja di perusahaan travel di Tanjung Morawa itu.

 

Dimakamkan di Samping Kuburan Anaknya

Di lokasi terpisah, jenazah Juraidah (33), korban kecelakaan bus pariwisata yang terjun ke jurang di Desa Pagar Hutan Kecamatan Angkola, Tapsel, kemarin (12/5) dikebumikan. Jasadnya dikubur tepat disamping makan anaknya, Muhammad Haris Fadillah Sinaga (14) yang tewas akibat ditabrak truk, 13 Januari lalu.

Pagi itu, sekira pukul 10.30 wib, suasana pemakaman Juraidah diwarnai isak tangis keluarga. Rasanya belum lagi kering makan anak korban, Juraidah sudah menyusul Haris.

Kepergian M Haris Fadillah ketika itu saat naik sepeda di Jalan umum Desa Pantai Labu Baru Kecamatan Pantai Labu, Senin (13/1) sekira pukul 17.30 Wib.

Orang yang paling terlihat sedih pagi itu adalah Hendrik Sinaga (35) suami korban. Dua orang yang paling ia cinta pergi dalam waktu singkat. Hendrik pun terlihat tak henti-hentinya menangisi jasad isterinya.

Ratapan miris pria pedagang pisang ini mengundang kesedihan warga sekitar yang datang melayat korban. “Sangat pantas jika Hendrik bersedih karena dalam 4 bulan ini anak dan isterinya pergi meninggalkannya selamanya,” ujar salah seorang pelayat.

Selain meneteskan air mata yang tiada henti itu, Hendrik Sinaga juga berulang kali jatuh pingsan. Hal itu terlihat ketika jasad isterinya yang terbungkus kain kafan dan panjang itu diangkat dari dalam rumah duka ke halaman rumah untuk disemayamkan. Sambil menangis, Hendrik jatuh pingsan dan langsung dipegang keluarganya yang berada disampingnya dan langsung mengajaknya masuk ke dalam rumah. Setelah Hendrik masuk dalam rumah, sekira pukul 10.15 Wib, jasad korban Juraidah pun disholatkan.

15 menit berselang, jasad korban ditandu dari rumah duka menuju pemakaman yang berjarak sekira 100 meter dari rumah duka. Selain keluarga, sejumlah warga sekitar ikut mengiringi saat jasad korban diantar ke tempat peristirahatannya yang terakhir itu.

Tiba di lokasi pemakaman, Hendrik Sinaga tak kuasa menahan tangisnya tatkala jasad isterinya diangkat mendekati lobang kubur tempat pemakaman jasad isterinya. Lagi-lagi Hendrik Sinaga jatuh dan terduduk yang tangannya masih ada bekas luka akibat bus pariwisata yang ditumpangi mereka. Pihak keluarga pun memegangi Hendrik Sinaga sambil berucap agar Hendrik Sinaga bersabar menghadapi cobaan yang dialaminya

“Kalau menurut cerita warga yang ikut rombongan, korban duduk di bangku nomor empat dari depan bersama suami dan anaknya. Jam 11 malam, rombongan makan di daerah Parapat dan tidak ada tanda-tanda bakal kejadian seperti itu. Bus menabrak tiang listrik lalu terguling dan menimpa batu. Kejadiannya bukan di jalan lintas sumatera (jalinsum) tapi di jalan mau menuju lokasi pesta. Korban tewas akibat luka dalam pada dadanya akibat benturan,” ujar Anto, Kepala Dusun I Desa Pantai Labu Baru.

Diberitakan sebelumnya, Bus Pariwisata BK 7099 DJ asal Medan yang membawa 33 orang rombongan pengantin dari Desa Pantai Labu Baru Deliserdang tujuan Desa Tiang Aras Angkola Timur, terjun bebas ke jurang sedalam 50 meter, Minggu (11/5) sekitar pukul 06.30 WIB. Kecelakaan ini terjadi di Desa Sanggapati, Kec. Angkola Timur, Kab. Tapsel. Akibatnya, 1 penumpang Juraidah (33) warga Desa Pantai Labu Baru, Kec. Pantai Labu, Kab. Deliserdang meninggal dunia, dan selebihnya menderita luka-luka. (man/yza/bsl/bd)

Foto: Hulman/PM Jasad Juraidah, korban bus jatuh ke jurang di Tapsel, saat akan dimakamkan.
Foto: Hulman/PM
Jasad Juraidah, korban bus jatuh ke jurang di Tapsel, saat akan dimakamkan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pengantin baru biasanya setelah menikah akan melakukan bulan madu. Namun, tidak demikian dengan pasangan Heri Anwar (27) dan Masnun Boru Harahap (25). Keduanya malah harus memakamkan Juraidah (33), kakak Heri Anwar yang meninggal dalam kecelakaan bus masuk jurang.

Sebelumnya, akad nikah Heri dengan Masnun yang seharusnya dilaksanakan di rumah mempelai wanita di Desa Tiang Aras, Angkola Timur, berubah menjadi di Desa Garonggang atau beberapa kilometer sebelum mendapatkan tempat yang direncanakan.

“Kondisinya serba salah semua. Saya dan istri saya masih dalam kondisi sakit. Begitu juga dengan seluruh keluarga kami yang masih merasa trauma. Belum lagi putri saya yang meninggal, jadi terpecah semuanya,” jelas ayah Heri, Tukiman, Minggu (11/5) di ruangan IGD RSUD Kota Padang Sidempuan (Psp).

Hari itu juga, sambung Tukiman, keluarga mempelai wanita meminta agar akad nikah dilakukan. “Mau tidak mau akad nikah harus dilakukan. Setelah itu kami kembali ke Medan untuk mengurus anak saya (Juraidah,red) yang meninggal,” ujar Tukiman.

Kata Tukiman, Minggu (11/5) sekitar pukul 21.00 WIB, seluruh keluarga korban langsung berangkat menuju Medan.

Cerita Tukiman, Heri Anwar anaknya, sudah beberapa tahun menjalin kasih dengan Masnun Boru Harahap. Setelah dilakukan mufakat antara kedua keluarga akhirnya disepakati akad nikah sekaligus pesta pada Minggu (12/5).

“Anak saya ini bekerja di Dinas Perkebunan di Pemkab Deli Serdang, sedangkan calon istrinya itu karyawan pabrik di daerah TanjungMorawa,” pungkasnya.

“Alhamdulillah, akhirnya akad nikah selesai dilaksanakan, begitu juga dengan abang ipar saya (Heri Anwar,red) dengan terpaksa kembali ke Medan untuk melihat jenazah kakaknya, Juraidah,” tambah Slamet, suami Nur Azizah (23). Nur Azizah adalah adik kandung Heri Anwar dan Juraidah.

Hal senada disampaikan ayah Masnun, Marahanda Harahap (53). “Setelah peristiwa itu terjadi akad nikah tetap berlangsung pada pukul lima sore. Namun, pesta pernikahannya tidak dilaksanakan. Setelah selesai prosesi akad nikah, anak saya dan suaminya langsung berangkat ke Medan bersama keluarga yang lain,” ujar Marahanda Harahap (53).

Menurut Marahanda, keluarganya mengetahui informasi kecelakaan tersebut pada pukul 06.30 pagi. Setelah itu sebagian warga Lingkungan Tiang Aras yang mengetahui peristiwa itu langsung berangkat menuju TKP. Sesampainya di TKP, seluruh korban dievakuasi menuju Puskesman Angkola Timur.

“Saya mengetahui peristiwa itu sekitar tengah tujuh pagi. Kemudian bersama warga langsung ke TKP. Sesampainya di sana, mereka terlebih dahulu dibawa ke Puskesmas Angkola Timur, kemudian seluruh korban diberangkatkan ke RSUD,” jelasnya.

Sementara itu Delina Harahap (44), salah seorang korban yang masih berada di Tiang Aras mengatakan, sebelum berangkat dari Medan menuju Tapsel, ia sudah mengingatkan tentang kondisi jalan yang akan dilalui. Sebab, jalan yang dilalui cukup rumit apabila supirnya belum pernah melewati jalan tersebut.

“Saya tinggal di Medan. Namun, kampung halaman di Lingkungan Tiang Aras. Makanya sebelum berangkat saya ingatkan kepada mereka agar tidak usah memakai supir yang tidak mengenal kondisi jalan. Karena jalan yang akan ditempuh rumit, kalau sudah masuk ke persimpangan kampung Maragordong,” jelasnya.

Menurutnya, sampai di persimpangan, supir masih tetap tenang membawa penumpang, sedangkan penumpang yang ada di dalam bus ceria melihat keindahan pemandangan bukit-bukit dan pohon. Kemudian, pada saat masuk di Desa Sanggapati, supir yang membawa bus itu sempat bertanya tentang jalan turunan yang dilalui.

“Kenapa ini, kenapa ini, kenapa ini pak supir… Itu lah yang saya sampaikan kepada supir ketika terasa sedang didorong. Lalu saya tidak ingat lagi apa yang terjadi. Selanjutnya, saya sudah dikeluarkan dari dalam bus.

Suherman (30) warga Kota Medan yang diketahui sebagai salahsatu supir bus saat ditemui METRO, Senin (12/5) di ruangan Lakalantas Polres Tapsel mengatakan, pada saat kejadian tersebut, yang membawa mobil adalah temannya, Rian (30) juga warga Medan. Namun, begitu kejadian, Rian menghilang dan sampai sekarang belum diketahui di mana keberadaannya.

“Saya supir satunya Bang, dan kawan saya itu supir duanya. Tapi sampai sekarang saya tidak tahu di mana keberadaannya. Begitu kejadian ia tidak terlihat sama sekali, dan sudah saya coba hubungi nomor handphone-nya tapi tidak aktif,” kata pria yang juga mengalami luka pada bagian kedua tangannya.

Pengakuan Suherman, jalan tempat kejadian tersebut, baru pertama kali ia dan Rian lalui. Namun, selama menjadi supir bus pariwisata yang kerap membawa penumpang dalam jumlah banyak baru itu juga mereka mengaku mengalami kecelakaan fatal.

“Memang saya kurang paham kondisi jalan. Saat itu si Rian sebagai supirnya dan saya berada di sebelahnya. Kejadian juga begitu cepat. Kondisi jalan yang berliku dan menurun tajam, mungkin salah satu faktor penyebab terjadinya,” ungkapnya.

“Belum tahulah sampai kapan saya di sini. Saya sudah koordinasi dengan perusahaan tempat saya bekerja, katanya mereka mau mengurus semuanya. Sekarang mereka lagi mengurus korban yang meninggal,” terang pria yang mengaku bekerja di perusahaan travel di Tanjung Morawa itu.

 

Dimakamkan di Samping Kuburan Anaknya

Di lokasi terpisah, jenazah Juraidah (33), korban kecelakaan bus pariwisata yang terjun ke jurang di Desa Pagar Hutan Kecamatan Angkola, Tapsel, kemarin (12/5) dikebumikan. Jasadnya dikubur tepat disamping makan anaknya, Muhammad Haris Fadillah Sinaga (14) yang tewas akibat ditabrak truk, 13 Januari lalu.

Pagi itu, sekira pukul 10.30 wib, suasana pemakaman Juraidah diwarnai isak tangis keluarga. Rasanya belum lagi kering makan anak korban, Juraidah sudah menyusul Haris.

Kepergian M Haris Fadillah ketika itu saat naik sepeda di Jalan umum Desa Pantai Labu Baru Kecamatan Pantai Labu, Senin (13/1) sekira pukul 17.30 Wib.

Orang yang paling terlihat sedih pagi itu adalah Hendrik Sinaga (35) suami korban. Dua orang yang paling ia cinta pergi dalam waktu singkat. Hendrik pun terlihat tak henti-hentinya menangisi jasad isterinya.

Ratapan miris pria pedagang pisang ini mengundang kesedihan warga sekitar yang datang melayat korban. “Sangat pantas jika Hendrik bersedih karena dalam 4 bulan ini anak dan isterinya pergi meninggalkannya selamanya,” ujar salah seorang pelayat.

Selain meneteskan air mata yang tiada henti itu, Hendrik Sinaga juga berulang kali jatuh pingsan. Hal itu terlihat ketika jasad isterinya yang terbungkus kain kafan dan panjang itu diangkat dari dalam rumah duka ke halaman rumah untuk disemayamkan. Sambil menangis, Hendrik jatuh pingsan dan langsung dipegang keluarganya yang berada disampingnya dan langsung mengajaknya masuk ke dalam rumah. Setelah Hendrik masuk dalam rumah, sekira pukul 10.15 Wib, jasad korban Juraidah pun disholatkan.

15 menit berselang, jasad korban ditandu dari rumah duka menuju pemakaman yang berjarak sekira 100 meter dari rumah duka. Selain keluarga, sejumlah warga sekitar ikut mengiringi saat jasad korban diantar ke tempat peristirahatannya yang terakhir itu.

Tiba di lokasi pemakaman, Hendrik Sinaga tak kuasa menahan tangisnya tatkala jasad isterinya diangkat mendekati lobang kubur tempat pemakaman jasad isterinya. Lagi-lagi Hendrik Sinaga jatuh dan terduduk yang tangannya masih ada bekas luka akibat bus pariwisata yang ditumpangi mereka. Pihak keluarga pun memegangi Hendrik Sinaga sambil berucap agar Hendrik Sinaga bersabar menghadapi cobaan yang dialaminya

“Kalau menurut cerita warga yang ikut rombongan, korban duduk di bangku nomor empat dari depan bersama suami dan anaknya. Jam 11 malam, rombongan makan di daerah Parapat dan tidak ada tanda-tanda bakal kejadian seperti itu. Bus menabrak tiang listrik lalu terguling dan menimpa batu. Kejadiannya bukan di jalan lintas sumatera (jalinsum) tapi di jalan mau menuju lokasi pesta. Korban tewas akibat luka dalam pada dadanya akibat benturan,” ujar Anto, Kepala Dusun I Desa Pantai Labu Baru.

Diberitakan sebelumnya, Bus Pariwisata BK 7099 DJ asal Medan yang membawa 33 orang rombongan pengantin dari Desa Pantai Labu Baru Deliserdang tujuan Desa Tiang Aras Angkola Timur, terjun bebas ke jurang sedalam 50 meter, Minggu (11/5) sekitar pukul 06.30 WIB. Kecelakaan ini terjadi di Desa Sanggapati, Kec. Angkola Timur, Kab. Tapsel. Akibatnya, 1 penumpang Juraidah (33) warga Desa Pantai Labu Baru, Kec. Pantai Labu, Kab. Deliserdang meninggal dunia, dan selebihnya menderita luka-luka. (man/yza/bsl/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/