25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sepekan ke Depan Medan Tetap Panas

MEDAN-Peralihan cuaca dari musim penghujan ke musim panas, membuat suhu di Sumut sekitarnya, khususnya Medan menjadi panas. Tak hanya itu, perlu diwaspadai bahaya kebakaran lahan dan hutan. Setidaknya, ada wilayah di 5 kabupaten/kota yang rawan terbakar.

“Berdasarkan data yang diperoleh oleh BMKG, bahwa di Sumut sendiri itu sudah ada 4 titik api,” kata Kepala Data & Informasi BMKG Wilayah I Medan, Hendra S, saat di ruang kerjanya, Selasa (12/6) siang.

Daerah yang rawan kebakaran adalah Labuhanbatu, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, dan Sibolga. Menurut Hendra, hal ini sendiri dipicu karena suhu tinggi. “Suhu saat ini 36 derajat celcius dan malam hari suhunya mencapai 30-31 derajat celcius. Khususnya untuk Medan seperti saat ini (Selasa, Red) hingga sepekan ke depan suhu akan meningkat, suhu panas seperti ini bisa memicu kebakaran,” akunya.

Hendra menuturkan, untuk potensi dan intensitas turun hujan sudah berkurang. Hendra menuturkan, yang perlu diwaspadai itu angin kencang dan angin puting. “Daerah yang rawan angin kencang dan angin puting beliung yakni Deliserdang sekitarnya. Untuk kecepatan angin yang paling tinggi yakni mencapai 30 knots,” akunya.

Hendra menambahkan, angin kencang dan angin puting beliung terjadi hampir di seluruh Sumut yakni Pantai Barat dan Pantai Timur. “Untuk kecepatan angin di daerah Deliserdang tak bisa dihitung karena peralatan BMKG di sana tak ada dan Kantor BMKG di Deliserdang juga tak ada, makanya kita tak bisa menentukan dan tak bisa menghitung kecepatannya,” bebernya.

Titik api di Sumut memang tidak sebanyak wilayah lain di Sumatera. Meski begitu, masyarakat tetap diimbau untuk waspada. “Di Riau sudah ditemukan sekitar 64 titik api dan ini terjadi karena perubahan suhu panas,” ungkapnya.

Untuk Tanah Karo, lanjutnya, masih tetap terjadi angin kencang dan angin puting beliung karena daerah tersebut hutan dan pohon-pohonnya sudah banyak ditebangi. “Ya, ada pengaruh angin dari Barat Daya Sumut dan pengaruh dari angin pegunungan,” sebutnya.
Sayang, Hendra tidak bisa memaparkan kecepatan angin di Karo. Seperti di Deliserdang, di Karo alat penghitung angin milik BMKG juga tidak ada.
Untuk Juni ini, Hendra menuturkan, angin kencang dan puting beliung ini masih akan terjadi. “Angin kencang dan puting beliung semakin sering terjadi dan angin seperti ini selalu mengincar daerah-daerah yang sudah tak memiliki pepohonan lagi,” pungkasnya. (jon)

MEDAN-Peralihan cuaca dari musim penghujan ke musim panas, membuat suhu di Sumut sekitarnya, khususnya Medan menjadi panas. Tak hanya itu, perlu diwaspadai bahaya kebakaran lahan dan hutan. Setidaknya, ada wilayah di 5 kabupaten/kota yang rawan terbakar.

“Berdasarkan data yang diperoleh oleh BMKG, bahwa di Sumut sendiri itu sudah ada 4 titik api,” kata Kepala Data & Informasi BMKG Wilayah I Medan, Hendra S, saat di ruang kerjanya, Selasa (12/6) siang.

Daerah yang rawan kebakaran adalah Labuhanbatu, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Mandailing Natal, dan Sibolga. Menurut Hendra, hal ini sendiri dipicu karena suhu tinggi. “Suhu saat ini 36 derajat celcius dan malam hari suhunya mencapai 30-31 derajat celcius. Khususnya untuk Medan seperti saat ini (Selasa, Red) hingga sepekan ke depan suhu akan meningkat, suhu panas seperti ini bisa memicu kebakaran,” akunya.

Hendra menuturkan, untuk potensi dan intensitas turun hujan sudah berkurang. Hendra menuturkan, yang perlu diwaspadai itu angin kencang dan angin puting. “Daerah yang rawan angin kencang dan angin puting beliung yakni Deliserdang sekitarnya. Untuk kecepatan angin yang paling tinggi yakni mencapai 30 knots,” akunya.

Hendra menambahkan, angin kencang dan angin puting beliung terjadi hampir di seluruh Sumut yakni Pantai Barat dan Pantai Timur. “Untuk kecepatan angin di daerah Deliserdang tak bisa dihitung karena peralatan BMKG di sana tak ada dan Kantor BMKG di Deliserdang juga tak ada, makanya kita tak bisa menentukan dan tak bisa menghitung kecepatannya,” bebernya.

Titik api di Sumut memang tidak sebanyak wilayah lain di Sumatera. Meski begitu, masyarakat tetap diimbau untuk waspada. “Di Riau sudah ditemukan sekitar 64 titik api dan ini terjadi karena perubahan suhu panas,” ungkapnya.

Untuk Tanah Karo, lanjutnya, masih tetap terjadi angin kencang dan angin puting beliung karena daerah tersebut hutan dan pohon-pohonnya sudah banyak ditebangi. “Ya, ada pengaruh angin dari Barat Daya Sumut dan pengaruh dari angin pegunungan,” sebutnya.
Sayang, Hendra tidak bisa memaparkan kecepatan angin di Karo. Seperti di Deliserdang, di Karo alat penghitung angin milik BMKG juga tidak ada.
Untuk Juni ini, Hendra menuturkan, angin kencang dan puting beliung ini masih akan terjadi. “Angin kencang dan puting beliung semakin sering terjadi dan angin seperti ini selalu mengincar daerah-daerah yang sudah tak memiliki pepohonan lagi,” pungkasnya. (jon)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/