26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Penerjun Malaysia Tabrak Jendela Hotel

12Juni13MEDAN-Acara penutupan latihan gabungan bersama Malaysia-Indonesia (Latgabma Malindo) Darsasa-8AB/2013 di Lapangan Benteng, Rabu (12/6), diakhiri dengan insiden 30 orang penerjun payung dari TNI dan Angkatan Tentera Malaysia (ATM) nyasar saat mendarat. Seorang penerjun Malaysia bahkan nyaris masuk kamar Hotel Grand Angkasa yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan/Jalan Sutomo Medan. Sang penerjun menabrak jendela kamar hotel di lantai tiga hingga pecah.
Hal ini diakui oleh Humas Hotel Grand Angkasa, Anita Tandiono kepada Sumut Pos. “Yah memang ada yang jatuh ke hotel. Kaca salahsatu ruangan memang pecah, tapi kamar tersebut lagi tidak ada penghuninya. Jadi tidak mengganggu tamu hotel,” katanya, kemarin.

Saat ditanyai kerugian, Anita mengaku tak mempermasalahkan hal itu. “Tidak ada masalah sih karena emang jatuhnya tidak hanya di hotel, tetapi beberapa titik lainnya,” jelasnya Anita.
Pantauan Sumut Pos, kaca  yang pecah tersebut berada di belakang hotel yang berhadapan dengan kantor Polisi Militer Jalan Sena dan berada di lantai 3 Hotel Grand Angkasa.

Terlihat tentara yang tidak berhasil mendarat tersebutn
dibawa oleh beberapa orang yang juga berpakaian seragam tentara menaiki ambulans. “Tentara Malaysia, bagian kakinya kayaknya patah,” ungkap seorang saksi mata yang tak ingin namanya disebutkan.
Namun, ketika berusaha dikonfirmasi ulang, para tentara bergerak dengan cepat meninggalkan hotel. Bahkan dalam usaha konfirmasi, Sumut Pos beberapa kali dihalang-halangi.

20 Penerjun Malaysia Nyasar
Sesuai agenda, titik pendaratan berada di Lapangan Benteng Medan. Terjun payung ini merupakan rangkaian penutup acara yang dihadiri Panglima TNI dan Panglima ATM. Tak pelak, akibat insiden di acara yang bertema Combined Joint Task Force-Counter Terrorism (CJTF-CT) itu, keduanya langsung ‘ngacir’ masuk ke markas Kodim 0201/BS, Medan.
Dari informasi yang didapat, insiden itu bermula dari aksi demo terjun payung yang dilakukan pasukan gabungan TNI dan ATM. Dalam demo tersebut, ada 2 unit helikopter diterbangkan untuk membawa 10 orang penerjun payung dari TNI dan 20 orang penerjun payung dari ATM. Sesuai sasarannya, pendaratan di tengah Lapangan Benteng.
“Rencanannya, penerjun dari pihak TNI sudah bersiap mengibarkan bendera Indonesia. Bagitu juga dengan penerjun dari Malaysia sudah bersiap mengibarkan bendera Malaysia. Sementara seorang penerjun, sudah dipersiapkan untuk mengibarkan bendera Latgabma Malindo Dasarasasa-8 AB/2013, sebelum mendarat,” ungkap Dansatgas Puspen TNI, Letkol Solih.
Tapi, baru sekitar setengah penerjunan, angin bertiup cukup kencang. Para penerjun yang sudah berada di udara, tampak mulai kesulitan mengendalikan arah untuk menuju tempat pendaratan yang sudah disiapkan. Bahkan, pertanda tidak sempurnanya pendaratan itu sudah dirasakan oleh para penonton yang hadir di Lapangan Benteng, termasuk personel TNI dan ATM yang hadir.
Seketika, tampak sejumlah personel TNI, bergerak untuk melakukan anstisipasi. Bahkan, tampak mereka langsung melakukan koordinasi dengan pihak Koramil dan Polsek yang ada di kota Medan. Sementara Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Panglima ATM Jenderal Tan Sri Dato Sri Zulkifeli Bin Mohd Zin tampak beranjak dari tempat duduknya dan menuju markas Kodim yang berada tepat di seberang lapangan Benteng.
“Sebenarnya saya tidak berwajib memberi jawaban. Namun, memang ada anggota ATM yang ikut dalam terjun payung itu sebanyak 20 orang. Kalau sebabnya, karena angin kencang,” ungkap Pejabat Pusat Penerangan ATM, Mayor Sahhidan saat ditemui di Lapangan Benteng.

Soal angin, Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Polonia Medan, Mega Sirait berdasarkan pengamatan udara lapisan atas pada 12 Juni 2013, kecepatan angin pada ketinggian 3 ribu kaki berkisar 19 knot (35 km/jam). Sedangkan untuk 4 ribu kaki, berkisar 25 knot (46 km/jam), dan ketinggian 5 ribu kaki berkisar 33 knot (61 km/jam). “Ini termasuk kencang, karena pada umumnya, atau normalnya, kecepatan angin pada ketinggian 3 ribu hingga 5 ribu kaki berkisar 15 knot,” ujarnya.
Dijelaskannya, arah angin kemarin juga pada umumnya bertiup dari barat dan ini kondisi normal bila sudah berada di bulan Juni. Walaupun begitu, diakuinya bahwa angin pada kondisi saat ini termasuk cukup kencang. “Hal ini diakibatkan adanya gangguan cuaca berupa tekanan rendah di sekitar Laut Cina Selatan yang mengakibatkan arus udara ditarik ke arah pusat tekanan rendah tersebut,” jelasnya.

Dari pengamatan, kejadian angin kencang diatas ketinggi tersebut akan berlangsung selama 3 hari mendatang. Dan dampak yang akan dirasakan berupa hujan yang terjadi pada malam atau dini hari dengan insentitas yang berfluktuasi, dengan kata lain, kadang hujan kecil yang berlangsung lama, dan terkadang hujan dengan insensitas tinggi. “Dan pastinya akan diikuti dengan angin kencang,” tambahnya.
Sedangkan kecepatan angin pada ketinggian seribu dan 2 ribu kaki berkisar 11 knot (20 km/jam), Sedangkan kecepatan angin di permukaan tanah mencapai 13 knot (24 km/jam).

Penerjun Diangkut Naik Angkot
Sekitar 1 jam dari kejadian, satu per satu anggota penerjun payung yang gagal mendarat di tengah lapangan Benteng itu, tiba di Lapangan Benteng. Mereka yang coba diwawancarai, mengaku mendarat di Stasiun Kereta Api, di tengah-tengah pemukiman, di atas gedung besar dan di lahan kosong dekat pemukiman. Namun, saat ditanya lebih jauh, mereka hanya mengatakan kalau mejadian itu terjadi karena mereka terkendala dengan kencangnya angin yang berhembus saat mereka hendak melakukan pendaratan.
“Saya mendarat di kampung. Saya tidak tahu namanya karena saya dijemput. Itu saja lah ya,” ujar seorang anggota ATM yang diketahui bernama Kopral Nur.
Sementara itu, saat Sumut Pos mendatangi salah satu daerah tempat sejumlah penerjun mendarat darurat di perumahan Asia Mega Mas Blok P, diketahui kalau mereka dijemput oleh polisi dan kemudian dibawa pergi dengan mengendarai sebuah angkutan kota. Namun, warga di sekitar lokasi pendaratan darurat itu, mengaku tidak tahu siapa para penerjun itu. “Begitu mereka mendarat, langsung digulung mereka parasut itu lalu mereka pergi. Kalau yang cedera, menurut saya tidak ada karena tampak semuanya berjalan sehat, “ ungkap seorang warga bernama Yudha Yuniaro Zai.
Acara Penutupan Bubar
Dansatgas Puspen TNI, Letkol Solih yang dikonfirmasi, membenarkan kejadian itu. Namun, dia tidak berkomentar banyak. Disebutnya, kencangnya hembusan angin saat penerjunan itu berlangsung menjadi penyebab penerjun tidak dapat mendarat sempurna.
Saat disinggung soal kawasan yang menjadi tempat pendaratan darurat bagi para penerjun, disebut Solih kalau penerjun mendarat darurat di kawasan Jalan Gaharu, Gedung Hotel Madani Jalan Sisingamangara Raja, Gedung Hotel Grand Angkasa Jalan Perintis Kemerdekaan, di depan Plaza Medan Mall, Perumahan Asia Mega Mas, rel kereta api di stasiun kereta api, dan perkampungan di kawasan Bandar Selamat (lihat grafis).
Berdasarkan susunan acara penutupan Latgabma Malindo Darsasa-8AB/2013 di Lapangan Benteng, acara dibuka dengan upacara penutupan, tarian multietnis dan diakhiri terjun payung. Akibat insiden itu, sejumlah petinggi TNI dan ATM yang awalnya menunggu para penerjun akhirnya membubarkan diri secara serentak tanpa ada komando. Pasukan ATM, tampak mulai berkemas di Lapangan Benteng. Tidak lama, pasukan ATM itu menaiki 4 unit bus milik TNI yang kemudian pergi. Begitu juga dengan Panglima ATM dan Panglima TNI, tampak pergi meninggalkan Lapangan Benteng dengan mengendarai mobil masing-masing. Suasana di lapangan Benteng, seketika sepi, hanya beberapa anggota TNI saja yang tampak bekerja di seputaran Lapangan Benteng untuk menyusun sejumlah perkakas yang ada di lapangan tersebut.
Medan Macet
Sementara itu, latihan terjun payung yang berbuah salah alamat mendarat dan agenda di Lapangan Benteng menyebabkan Kota Medan macet. Hal ini disebabkan karena adanya pengalihan jalan, khususnya jalan-jalan di seputaran Lapangan Benteng. Berdasarkan pantauan Sumut Pos, beberapa  jalan yang mengarah ke kantor Wali Kota Medan ditutup seperti Jalan Pengadilan, Jalan Kejaksaan, Jalan Majestik, hingga Jalan Raden Saleh.
Kemacetan juga merambat hingga ke Jalan Zainul Arifin, Jalan S Parman, Jalan Hindu, Jalan Gaperta, dan  jalan menuju Bandara Polonia.
Bukan hanya itu, kemacetan pun terjadi di beberapa jalan lainnya hingga ke sekitaran Sukaramai karena banyak masyarakat yang berhenti menyaksikan penerjun yang nyasar.
Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Angkutan Darat dan Lalin Dinas Perhubungan Kota Medan, Suriono menyebutkan, pihaknya memang menutup sejumlah ruas jalan akibat adanya kegiatan latihan gabungan TNI dan ATM di Lapangan Benteng. Penutupan jalan dilakukan sejak pukul 10.30 WIB hingga 13.00 WIB. “Memang kemacetan tidak terelakkan, tapi kita juga sudah menurunkan petugas di setiap ruas jalan,” katanya.
Sementara itu, Pengamat Transportasi Filianti Bangun mengatakan, sudah sepatutnya pihak terkait memikirkan lokasi yang tepat untuk menyelenggarakan latihan gabungan yang sama untuk kedepannya. Sebab menurutnya, kegiatan latihan yang diselenggarakan oleh TNI-ATM di Lapangan Benteng kurang tepat karena berada ditengah kota.
“Pemerintah dan pihak terkait harusnya memikirkan dampak yang akan terjadi kalau kegiatan dilakukan di tengah-tengah kota. Apalagi ada atraksi terjun payung. Mungkin bisa dilakukan di Bumi Perkemahan Sibolangit, sehingga bisa menghindari kecelakaan dan kejadian lainnya kalau ada kesalahan mendarat,” katanya. (mag-10/mag-13/ram/gus)

12Juni13MEDAN-Acara penutupan latihan gabungan bersama Malaysia-Indonesia (Latgabma Malindo) Darsasa-8AB/2013 di Lapangan Benteng, Rabu (12/6), diakhiri dengan insiden 30 orang penerjun payung dari TNI dan Angkatan Tentera Malaysia (ATM) nyasar saat mendarat. Seorang penerjun Malaysia bahkan nyaris masuk kamar Hotel Grand Angkasa yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan/Jalan Sutomo Medan. Sang penerjun menabrak jendela kamar hotel di lantai tiga hingga pecah.
Hal ini diakui oleh Humas Hotel Grand Angkasa, Anita Tandiono kepada Sumut Pos. “Yah memang ada yang jatuh ke hotel. Kaca salahsatu ruangan memang pecah, tapi kamar tersebut lagi tidak ada penghuninya. Jadi tidak mengganggu tamu hotel,” katanya, kemarin.

Saat ditanyai kerugian, Anita mengaku tak mempermasalahkan hal itu. “Tidak ada masalah sih karena emang jatuhnya tidak hanya di hotel, tetapi beberapa titik lainnya,” jelasnya Anita.
Pantauan Sumut Pos, kaca  yang pecah tersebut berada di belakang hotel yang berhadapan dengan kantor Polisi Militer Jalan Sena dan berada di lantai 3 Hotel Grand Angkasa.

Terlihat tentara yang tidak berhasil mendarat tersebutn
dibawa oleh beberapa orang yang juga berpakaian seragam tentara menaiki ambulans. “Tentara Malaysia, bagian kakinya kayaknya patah,” ungkap seorang saksi mata yang tak ingin namanya disebutkan.
Namun, ketika berusaha dikonfirmasi ulang, para tentara bergerak dengan cepat meninggalkan hotel. Bahkan dalam usaha konfirmasi, Sumut Pos beberapa kali dihalang-halangi.

20 Penerjun Malaysia Nyasar
Sesuai agenda, titik pendaratan berada di Lapangan Benteng Medan. Terjun payung ini merupakan rangkaian penutup acara yang dihadiri Panglima TNI dan Panglima ATM. Tak pelak, akibat insiden di acara yang bertema Combined Joint Task Force-Counter Terrorism (CJTF-CT) itu, keduanya langsung ‘ngacir’ masuk ke markas Kodim 0201/BS, Medan.
Dari informasi yang didapat, insiden itu bermula dari aksi demo terjun payung yang dilakukan pasukan gabungan TNI dan ATM. Dalam demo tersebut, ada 2 unit helikopter diterbangkan untuk membawa 10 orang penerjun payung dari TNI dan 20 orang penerjun payung dari ATM. Sesuai sasarannya, pendaratan di tengah Lapangan Benteng.
“Rencanannya, penerjun dari pihak TNI sudah bersiap mengibarkan bendera Indonesia. Bagitu juga dengan penerjun dari Malaysia sudah bersiap mengibarkan bendera Malaysia. Sementara seorang penerjun, sudah dipersiapkan untuk mengibarkan bendera Latgabma Malindo Dasarasasa-8 AB/2013, sebelum mendarat,” ungkap Dansatgas Puspen TNI, Letkol Solih.
Tapi, baru sekitar setengah penerjunan, angin bertiup cukup kencang. Para penerjun yang sudah berada di udara, tampak mulai kesulitan mengendalikan arah untuk menuju tempat pendaratan yang sudah disiapkan. Bahkan, pertanda tidak sempurnanya pendaratan itu sudah dirasakan oleh para penonton yang hadir di Lapangan Benteng, termasuk personel TNI dan ATM yang hadir.
Seketika, tampak sejumlah personel TNI, bergerak untuk melakukan anstisipasi. Bahkan, tampak mereka langsung melakukan koordinasi dengan pihak Koramil dan Polsek yang ada di kota Medan. Sementara Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Panglima ATM Jenderal Tan Sri Dato Sri Zulkifeli Bin Mohd Zin tampak beranjak dari tempat duduknya dan menuju markas Kodim yang berada tepat di seberang lapangan Benteng.
“Sebenarnya saya tidak berwajib memberi jawaban. Namun, memang ada anggota ATM yang ikut dalam terjun payung itu sebanyak 20 orang. Kalau sebabnya, karena angin kencang,” ungkap Pejabat Pusat Penerangan ATM, Mayor Sahhidan saat ditemui di Lapangan Benteng.

Soal angin, Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Polonia Medan, Mega Sirait berdasarkan pengamatan udara lapisan atas pada 12 Juni 2013, kecepatan angin pada ketinggian 3 ribu kaki berkisar 19 knot (35 km/jam). Sedangkan untuk 4 ribu kaki, berkisar 25 knot (46 km/jam), dan ketinggian 5 ribu kaki berkisar 33 knot (61 km/jam). “Ini termasuk kencang, karena pada umumnya, atau normalnya, kecepatan angin pada ketinggian 3 ribu hingga 5 ribu kaki berkisar 15 knot,” ujarnya.
Dijelaskannya, arah angin kemarin juga pada umumnya bertiup dari barat dan ini kondisi normal bila sudah berada di bulan Juni. Walaupun begitu, diakuinya bahwa angin pada kondisi saat ini termasuk cukup kencang. “Hal ini diakibatkan adanya gangguan cuaca berupa tekanan rendah di sekitar Laut Cina Selatan yang mengakibatkan arus udara ditarik ke arah pusat tekanan rendah tersebut,” jelasnya.

Dari pengamatan, kejadian angin kencang diatas ketinggi tersebut akan berlangsung selama 3 hari mendatang. Dan dampak yang akan dirasakan berupa hujan yang terjadi pada malam atau dini hari dengan insentitas yang berfluktuasi, dengan kata lain, kadang hujan kecil yang berlangsung lama, dan terkadang hujan dengan insensitas tinggi. “Dan pastinya akan diikuti dengan angin kencang,” tambahnya.
Sedangkan kecepatan angin pada ketinggian seribu dan 2 ribu kaki berkisar 11 knot (20 km/jam), Sedangkan kecepatan angin di permukaan tanah mencapai 13 knot (24 km/jam).

Penerjun Diangkut Naik Angkot
Sekitar 1 jam dari kejadian, satu per satu anggota penerjun payung yang gagal mendarat di tengah lapangan Benteng itu, tiba di Lapangan Benteng. Mereka yang coba diwawancarai, mengaku mendarat di Stasiun Kereta Api, di tengah-tengah pemukiman, di atas gedung besar dan di lahan kosong dekat pemukiman. Namun, saat ditanya lebih jauh, mereka hanya mengatakan kalau mejadian itu terjadi karena mereka terkendala dengan kencangnya angin yang berhembus saat mereka hendak melakukan pendaratan.
“Saya mendarat di kampung. Saya tidak tahu namanya karena saya dijemput. Itu saja lah ya,” ujar seorang anggota ATM yang diketahui bernama Kopral Nur.
Sementara itu, saat Sumut Pos mendatangi salah satu daerah tempat sejumlah penerjun mendarat darurat di perumahan Asia Mega Mas Blok P, diketahui kalau mereka dijemput oleh polisi dan kemudian dibawa pergi dengan mengendarai sebuah angkutan kota. Namun, warga di sekitar lokasi pendaratan darurat itu, mengaku tidak tahu siapa para penerjun itu. “Begitu mereka mendarat, langsung digulung mereka parasut itu lalu mereka pergi. Kalau yang cedera, menurut saya tidak ada karena tampak semuanya berjalan sehat, “ ungkap seorang warga bernama Yudha Yuniaro Zai.
Acara Penutupan Bubar
Dansatgas Puspen TNI, Letkol Solih yang dikonfirmasi, membenarkan kejadian itu. Namun, dia tidak berkomentar banyak. Disebutnya, kencangnya hembusan angin saat penerjunan itu berlangsung menjadi penyebab penerjun tidak dapat mendarat sempurna.
Saat disinggung soal kawasan yang menjadi tempat pendaratan darurat bagi para penerjun, disebut Solih kalau penerjun mendarat darurat di kawasan Jalan Gaharu, Gedung Hotel Madani Jalan Sisingamangara Raja, Gedung Hotel Grand Angkasa Jalan Perintis Kemerdekaan, di depan Plaza Medan Mall, Perumahan Asia Mega Mas, rel kereta api di stasiun kereta api, dan perkampungan di kawasan Bandar Selamat (lihat grafis).
Berdasarkan susunan acara penutupan Latgabma Malindo Darsasa-8AB/2013 di Lapangan Benteng, acara dibuka dengan upacara penutupan, tarian multietnis dan diakhiri terjun payung. Akibat insiden itu, sejumlah petinggi TNI dan ATM yang awalnya menunggu para penerjun akhirnya membubarkan diri secara serentak tanpa ada komando. Pasukan ATM, tampak mulai berkemas di Lapangan Benteng. Tidak lama, pasukan ATM itu menaiki 4 unit bus milik TNI yang kemudian pergi. Begitu juga dengan Panglima ATM dan Panglima TNI, tampak pergi meninggalkan Lapangan Benteng dengan mengendarai mobil masing-masing. Suasana di lapangan Benteng, seketika sepi, hanya beberapa anggota TNI saja yang tampak bekerja di seputaran Lapangan Benteng untuk menyusun sejumlah perkakas yang ada di lapangan tersebut.
Medan Macet
Sementara itu, latihan terjun payung yang berbuah salah alamat mendarat dan agenda di Lapangan Benteng menyebabkan Kota Medan macet. Hal ini disebabkan karena adanya pengalihan jalan, khususnya jalan-jalan di seputaran Lapangan Benteng. Berdasarkan pantauan Sumut Pos, beberapa  jalan yang mengarah ke kantor Wali Kota Medan ditutup seperti Jalan Pengadilan, Jalan Kejaksaan, Jalan Majestik, hingga Jalan Raden Saleh.
Kemacetan juga merambat hingga ke Jalan Zainul Arifin, Jalan S Parman, Jalan Hindu, Jalan Gaperta, dan  jalan menuju Bandara Polonia.
Bukan hanya itu, kemacetan pun terjadi di beberapa jalan lainnya hingga ke sekitaran Sukaramai karena banyak masyarakat yang berhenti menyaksikan penerjun yang nyasar.
Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Angkutan Darat dan Lalin Dinas Perhubungan Kota Medan, Suriono menyebutkan, pihaknya memang menutup sejumlah ruas jalan akibat adanya kegiatan latihan gabungan TNI dan ATM di Lapangan Benteng. Penutupan jalan dilakukan sejak pukul 10.30 WIB hingga 13.00 WIB. “Memang kemacetan tidak terelakkan, tapi kita juga sudah menurunkan petugas di setiap ruas jalan,” katanya.
Sementara itu, Pengamat Transportasi Filianti Bangun mengatakan, sudah sepatutnya pihak terkait memikirkan lokasi yang tepat untuk menyelenggarakan latihan gabungan yang sama untuk kedepannya. Sebab menurutnya, kegiatan latihan yang diselenggarakan oleh TNI-ATM di Lapangan Benteng kurang tepat karena berada ditengah kota.
“Pemerintah dan pihak terkait harusnya memikirkan dampak yang akan terjadi kalau kegiatan dilakukan di tengah-tengah kota. Apalagi ada atraksi terjun payung. Mungkin bisa dilakukan di Bumi Perkemahan Sibolangit, sehingga bisa menghindari kecelakaan dan kejadian lainnya kalau ada kesalahan mendarat,” katanya. (mag-10/mag-13/ram/gus)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/