31 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Jika tak Ada di Tempat Lain, di Equator Tersedia…

Menelusuri Lokasi Hiburan Malam di Medan, Equator (11/Habis)

Karaoke Equator yang berada di Novotel Soechi Jalan Cirebon, juga menjadi tempat tim kami berkunjung melakukan investigasi bersama kolega. Investigasi ini dilakukan beberapa pekan lalu.

Tim Sumut Pos, Medan

Seperti biasa, investigasi kami lakukan di libur akhir pekan, tepatnya pada Sabtu malam.  Tapi, sebelum kami melangkahkan kaki di Equator, tim kami lebih dulu melakukan survei ke beberapa tempat hiburan malam.
Sebab kata kolega, di Equator selalu bisa mendapatkan pil ekstasi jika kosong barang (ekstasi) di tempat lain.

Isu kosongnya pil ekstasi di sejumlah tempat hiburan malam di Medan memang sudah terdengar oleh kami. Isu yang kami dapatkan, kekosongan ekstasi itu terkait digerebeknya rumah bandar narkoba bernama Icang di Jalan Sering, Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung pada akhir Agustus 2012 kemarin. Begitu menangkap isu ini, kami pun lalu mengatur strategi untuk investigasi.

Ada dua tempat hiburan malam yang kami kunjungi selama sehari sebelum akhirnya ke karaoke Equator. Tempat pertama yang kami kunjungi berada di Jalan Wajir Medan.  Kami masuk ke salah satu
KTV ini pada pukul 17.00 WIB.  Seperti biasa, kami memesan beberapa minuman air mineral, buah dan minuman lainnya.

Sebelum kami melakukan investigasi, kami mengisi waktu dengan bernyanyi karaoke bersama.  Sengaja kami tak buru-buru langsung melakukan investigasi karena ingin mencari momen yang tepat, momen ramainya pengunjung yang datang. Hampir tiga jam kami bernyanyi, hingga akhirnya dimulainya investigasi.

Meski sudah jam delapan malam, tapi tempat karaoke yang kami kunjungi belum juga ramai. Padahal, jika libur akhirnya pekan biasanya pengunjung sudah ramai sejak sore hari. Tapi kali ini tidak terjadi.

Tim pun lalu mencoba menyusuri beberapa kamar karaoke yang ada di tempat itu. Namun, banyak kamar KTV yang tidak terisi, sepi sekali. “Sepertinya, penggerebekan rumah salah satu bandar narkoba sangat berpengaruh dengan pemasokan pi ekstasi di tempat hiburan malam,” kata kolega kami.

Memang, isu sepinya pil ekstasi terkait penggerebekan rumah bandar naroba tersebut kami dapatkan dari kolega. Sedangkan kolega sendiri tidak bisa memastikan apakah kosongnya atau sedikitnya pil ekstasi yang beredar terkait hal itu. Itulah kenapa akhirnya kami terpaksa mengunjungi beberapa tempat hiburan malam.

Kolegapun lalu beraksi, mencoba memesan pil ekstasi di tempat itu kepada pelayan. “Ada obat gak?” tanya kolega kepada pelayan yang dipanggilnya ke dalam KTV kami.  Kali ini kolega bertanya dengan pelayan wanita yang berdiri di depan KTV kami. “Kosong Bang,” kata si pelayan tadi.

Kolega lalu mencoba melakukan komunikasi selanjutnya kepada pelayan itu. “Kenapa kosong? Kenapa sepi kali KTV kalian padahal kan biasanya ramai,” tanya kolega kepada pelayan wanita itu.

Tanpa sungkan dan mungkin si pelayan itu percaya kalau kolega bukan aparat hukum, dia pun memberikan jawaban seadanya. “Tapi gara-gara bandarnya, kalau gak salah namanya si Icang, rumahnya digerebek Bang tiga hari lalu. Ini sudah tiga hari Bang sepi, gak ada obat, makanya tamu sepi,” ujar si pelayan tadi dan lalu bergegas meninggalkan KTV kami.

Begitu juga ketika kami dan kolega berpura-pura memesan pil ekstasi kepada pelayan lain di situ. Jawabannya tetap sama, kosong barang karena terkait bandar narkoba tertangkap. Setelah puas kami mendapatkan jawaban  dari dua pelayan tadi, kami lalu bergerak meninggalkan lokasi dan berlanjut ke tempat lain.

Di tempat kedua hiburan malam yang kami singgahi, tidak jauh berbeda. Meski pengunjungnya sedikit ramai dari tempat kami semula, tapi di tempat ini masih bisa didapat ekstasi, namun jumlahnya hanya sedikit. Ekstasi sudah habis sejak pukul sepuluh malam. Ini karena jumlah pil yang diedarkan hanya sedikit.

Lagi-lagi katanya terkait penangkapan bandar narkoba yang baru terjadi.
Di tempat kedua ini, kami tidak memesan KTV. Padahal, masih ada KTV kosong yang tersedia karena pengunjungnya tidak begitu ramai.  Sebab, kami ingin menghemat waktu agar bisa melangkah selanjutnya ke karaoke Equator.

Untung saja kolega bertemu dengan beberapa rekannya yang berada di salah. Dari pengakuan teman kolega itu, pil ekstasi lagi kosong. Jawabannya sama,  kosong barang karena terkait tertangkapnya salah satu bandar narkoba. “Benarkan, di sini juga tak ada barang itu, ya terkait tertangkapnya bandar narkoba,” ujar kolega kepada kami sambil pamit kepada temannya untuk meninggalkan tempat itu. Kami pun lalu mengikuti langkah kolega.

Kami akhirnya beranjak ke Equator. Di tempat ini, banyak sekali KTV yang masih kosong. Kosongnya KTV Equator karena memang jarang para penggila dugem yang mau berdugem ria di Equator. Sebab, fasilitas di KTV Equator sudah banyak yang usang, sehingga kalah bersaing dengan tempat hiburan malam.  Misalnya saja, suara loudspeakernya sudah cempreng, sedangkan sofanya sudah banyak yang sobek. Belum lagi di dalam ruangannya tercium seperti bau binatang kecoak. Ruangnya terkesan tidak terawat dan kotor.

Kami lalu menempati salah satu ruangan KTV di Equator. Begitu masuk ruangan, kolega langsung memanggil pelayan untuk memesan pil ekstasi. Lagi-lagi, di tempat ini nyaris kosong barang juga. Tapi akhirnya kami beruntung bisa mendapatkannya meski lama menunggu.

Ya, sepertinya begitu besar pengaruhnya dengan penggerebekan rumah seorang bandar narkoba yang diduga memasok pil ekstasi ke tempat hiburan malam di Medan. Malam akhir pekan itu nyaris hampir semua hiburan malam tak ada pil ekstasi sehingga pengunjung banyak memilih untuk pulang. Namun, di Equator justru tersedia, tak berpengaruh dengan keterkaitan penggerebekan rumah bandar narkoba itu. (*)

Menelusuri Lokasi Hiburan Malam di Medan, Equator (11/Habis)

Karaoke Equator yang berada di Novotel Soechi Jalan Cirebon, juga menjadi tempat tim kami berkunjung melakukan investigasi bersama kolega. Investigasi ini dilakukan beberapa pekan lalu.

Tim Sumut Pos, Medan

Seperti biasa, investigasi kami lakukan di libur akhir pekan, tepatnya pada Sabtu malam.  Tapi, sebelum kami melangkahkan kaki di Equator, tim kami lebih dulu melakukan survei ke beberapa tempat hiburan malam.
Sebab kata kolega, di Equator selalu bisa mendapatkan pil ekstasi jika kosong barang (ekstasi) di tempat lain.

Isu kosongnya pil ekstasi di sejumlah tempat hiburan malam di Medan memang sudah terdengar oleh kami. Isu yang kami dapatkan, kekosongan ekstasi itu terkait digerebeknya rumah bandar narkoba bernama Icang di Jalan Sering, Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung pada akhir Agustus 2012 kemarin. Begitu menangkap isu ini, kami pun lalu mengatur strategi untuk investigasi.

Ada dua tempat hiburan malam yang kami kunjungi selama sehari sebelum akhirnya ke karaoke Equator. Tempat pertama yang kami kunjungi berada di Jalan Wajir Medan.  Kami masuk ke salah satu
KTV ini pada pukul 17.00 WIB.  Seperti biasa, kami memesan beberapa minuman air mineral, buah dan minuman lainnya.

Sebelum kami melakukan investigasi, kami mengisi waktu dengan bernyanyi karaoke bersama.  Sengaja kami tak buru-buru langsung melakukan investigasi karena ingin mencari momen yang tepat, momen ramainya pengunjung yang datang. Hampir tiga jam kami bernyanyi, hingga akhirnya dimulainya investigasi.

Meski sudah jam delapan malam, tapi tempat karaoke yang kami kunjungi belum juga ramai. Padahal, jika libur akhirnya pekan biasanya pengunjung sudah ramai sejak sore hari. Tapi kali ini tidak terjadi.

Tim pun lalu mencoba menyusuri beberapa kamar karaoke yang ada di tempat itu. Namun, banyak kamar KTV yang tidak terisi, sepi sekali. “Sepertinya, penggerebekan rumah salah satu bandar narkoba sangat berpengaruh dengan pemasokan pi ekstasi di tempat hiburan malam,” kata kolega kami.

Memang, isu sepinya pil ekstasi terkait penggerebekan rumah bandar naroba tersebut kami dapatkan dari kolega. Sedangkan kolega sendiri tidak bisa memastikan apakah kosongnya atau sedikitnya pil ekstasi yang beredar terkait hal itu. Itulah kenapa akhirnya kami terpaksa mengunjungi beberapa tempat hiburan malam.

Kolegapun lalu beraksi, mencoba memesan pil ekstasi di tempat itu kepada pelayan. “Ada obat gak?” tanya kolega kepada pelayan yang dipanggilnya ke dalam KTV kami.  Kali ini kolega bertanya dengan pelayan wanita yang berdiri di depan KTV kami. “Kosong Bang,” kata si pelayan tadi.

Kolega lalu mencoba melakukan komunikasi selanjutnya kepada pelayan itu. “Kenapa kosong? Kenapa sepi kali KTV kalian padahal kan biasanya ramai,” tanya kolega kepada pelayan wanita itu.

Tanpa sungkan dan mungkin si pelayan itu percaya kalau kolega bukan aparat hukum, dia pun memberikan jawaban seadanya. “Tapi gara-gara bandarnya, kalau gak salah namanya si Icang, rumahnya digerebek Bang tiga hari lalu. Ini sudah tiga hari Bang sepi, gak ada obat, makanya tamu sepi,” ujar si pelayan tadi dan lalu bergegas meninggalkan KTV kami.

Begitu juga ketika kami dan kolega berpura-pura memesan pil ekstasi kepada pelayan lain di situ. Jawabannya tetap sama, kosong barang karena terkait bandar narkoba tertangkap. Setelah puas kami mendapatkan jawaban  dari dua pelayan tadi, kami lalu bergerak meninggalkan lokasi dan berlanjut ke tempat lain.

Di tempat kedua hiburan malam yang kami singgahi, tidak jauh berbeda. Meski pengunjungnya sedikit ramai dari tempat kami semula, tapi di tempat ini masih bisa didapat ekstasi, namun jumlahnya hanya sedikit. Ekstasi sudah habis sejak pukul sepuluh malam. Ini karena jumlah pil yang diedarkan hanya sedikit.

Lagi-lagi katanya terkait penangkapan bandar narkoba yang baru terjadi.
Di tempat kedua ini, kami tidak memesan KTV. Padahal, masih ada KTV kosong yang tersedia karena pengunjungnya tidak begitu ramai.  Sebab, kami ingin menghemat waktu agar bisa melangkah selanjutnya ke karaoke Equator.

Untung saja kolega bertemu dengan beberapa rekannya yang berada di salah. Dari pengakuan teman kolega itu, pil ekstasi lagi kosong. Jawabannya sama,  kosong barang karena terkait tertangkapnya salah satu bandar narkoba. “Benarkan, di sini juga tak ada barang itu, ya terkait tertangkapnya bandar narkoba,” ujar kolega kepada kami sambil pamit kepada temannya untuk meninggalkan tempat itu. Kami pun lalu mengikuti langkah kolega.

Kami akhirnya beranjak ke Equator. Di tempat ini, banyak sekali KTV yang masih kosong. Kosongnya KTV Equator karena memang jarang para penggila dugem yang mau berdugem ria di Equator. Sebab, fasilitas di KTV Equator sudah banyak yang usang, sehingga kalah bersaing dengan tempat hiburan malam.  Misalnya saja, suara loudspeakernya sudah cempreng, sedangkan sofanya sudah banyak yang sobek. Belum lagi di dalam ruangannya tercium seperti bau binatang kecoak. Ruangnya terkesan tidak terawat dan kotor.

Kami lalu menempati salah satu ruangan KTV di Equator. Begitu masuk ruangan, kolega langsung memanggil pelayan untuk memesan pil ekstasi. Lagi-lagi, di tempat ini nyaris kosong barang juga. Tapi akhirnya kami beruntung bisa mendapatkannya meski lama menunggu.

Ya, sepertinya begitu besar pengaruhnya dengan penggerebekan rumah seorang bandar narkoba yang diduga memasok pil ekstasi ke tempat hiburan malam di Medan. Malam akhir pekan itu nyaris hampir semua hiburan malam tak ada pil ekstasi sehingga pengunjung banyak memilih untuk pulang. Namun, di Equator justru tersedia, tak berpengaruh dengan keterkaitan penggerebekan rumah bandar narkoba itu. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/