27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Digaji Rp200 Ribu, Sudah Setahun Belum Dibayar

Nasib Dua Karyawan Bertahan Membersihkan Gedung Juang 45

Gedung Juang 45 di Jalan Pemuda tampak masih kokoh. Sayangnya, kondisi bangunan kurang terawat karena hanya tinggal dua orang karyawan yang membersihkannya.

M Sahbainy, Medan

Zuchraini (57) dan Victor Purba (57), dua pekerja yang setia menjaga gedung bersejarah yang dikelola oleh Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 45 dan Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan 45. Keduanya diangkat menjadi karyawan tetap pada tahun 1983.

“Saya sudah bekerja di sini sejak tahun 1976. Dulu gedung ini selalu ramai dikunjungi orang, tapi sekarang ini tidak lagi karena tinggal bangunan saja, benda-benda bersejarah sudah dipindahkan ke Museum di Jalan Gedung Arca,” ujar Zuchraini.
Menurutnya, saat ini yang menjadi karyawan juga tinggal mereka berdua.

“Semenjak gedung ini dialihfungsikan banyak karyawan yang tidak bekerja dan akhirnya satu per satu pindah,” katanya.

Pada saat diangkat menjadi karyawan pada tahun 1983 mereka mendapatkan gaji yang cukup dan sesuai dengan biaya kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, gajinya tetap hingga sekarang ini sebesar Rp200 ribu, bahkan sudah satu tahun gaji mereka belum dibayar.

“Saya tidak mengharapkan kali gaji itu, mungkin lagi susah juga keuangan pemerintah kita ini,  cuma sedihlah, kalaupun ibu keluar, mana mungkin ada yang mau ke sini bekerja. Ujung-ujungnya, bangunan ini juga akan hancur. Ini aja kalau kami sakit atau nggak datang, gedung ini ditutup,” kata wanita memiliki 2 anak itu.

Apalagi, katanya, suaminya hanya bekerja sebagai seorang sopir angkot.

Sementara, Victor menambahkan meskipun bergaji kecil dia ikhlas menjaga gedung peninggalan sejarah tersebut selama makam ayahnya masih di makam pahlawan.

“Saya akan di sini, selama kuburan ayah saya masih ada di makam pahlawan,” ujarnya.

Menurutnya, dia prihatin dengan keadaan Gedung Juang 45 yang kosong tidak berpenghuni.
“Kami cuma mengharapkan ada perhatian dari pemerintah untuk menjaga gedung ini, begitu juga dengan para pemuda, generasi penerus bisa ikut menjaga segala peninggalan-peninggalan sejarahnya,” katanya.

Sekadar mengingatkan, semua peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Gedung Juang 45 terpaksa dipindahkan ke Museum di Jalan Gedung Arca karena kondisinya yang tidak terurus. Di dalam gedung di lantai dua hanya tinggal debu dan sisa-sisanya saja. Terlihat  juga tempat obat-obatan  tradisional untuk membantu memelihara kesehatan para pejuang 1947-1949. Anak sumpit yang  ujungnya dibubuhi ipoh atau racun yang sangat ampuh untuk membunuh dengan panjangnya 20 cm. Sedangkan lantai tiga gedung aula yang sudah tidak terpakai lagi. (*)

Nasib Dua Karyawan Bertahan Membersihkan Gedung Juang 45

Gedung Juang 45 di Jalan Pemuda tampak masih kokoh. Sayangnya, kondisi bangunan kurang terawat karena hanya tinggal dua orang karyawan yang membersihkannya.

M Sahbainy, Medan

Zuchraini (57) dan Victor Purba (57), dua pekerja yang setia menjaga gedung bersejarah yang dikelola oleh Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 45 dan Badan Penggerak Pembina Potensi Angkatan 45. Keduanya diangkat menjadi karyawan tetap pada tahun 1983.

“Saya sudah bekerja di sini sejak tahun 1976. Dulu gedung ini selalu ramai dikunjungi orang, tapi sekarang ini tidak lagi karena tinggal bangunan saja, benda-benda bersejarah sudah dipindahkan ke Museum di Jalan Gedung Arca,” ujar Zuchraini.
Menurutnya, saat ini yang menjadi karyawan juga tinggal mereka berdua.

“Semenjak gedung ini dialihfungsikan banyak karyawan yang tidak bekerja dan akhirnya satu per satu pindah,” katanya.

Pada saat diangkat menjadi karyawan pada tahun 1983 mereka mendapatkan gaji yang cukup dan sesuai dengan biaya kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, gajinya tetap hingga sekarang ini sebesar Rp200 ribu, bahkan sudah satu tahun gaji mereka belum dibayar.

“Saya tidak mengharapkan kali gaji itu, mungkin lagi susah juga keuangan pemerintah kita ini,  cuma sedihlah, kalaupun ibu keluar, mana mungkin ada yang mau ke sini bekerja. Ujung-ujungnya, bangunan ini juga akan hancur. Ini aja kalau kami sakit atau nggak datang, gedung ini ditutup,” kata wanita memiliki 2 anak itu.

Apalagi, katanya, suaminya hanya bekerja sebagai seorang sopir angkot.

Sementara, Victor menambahkan meskipun bergaji kecil dia ikhlas menjaga gedung peninggalan sejarah tersebut selama makam ayahnya masih di makam pahlawan.

“Saya akan di sini, selama kuburan ayah saya masih ada di makam pahlawan,” ujarnya.

Menurutnya, dia prihatin dengan keadaan Gedung Juang 45 yang kosong tidak berpenghuni.
“Kami cuma mengharapkan ada perhatian dari pemerintah untuk menjaga gedung ini, begitu juga dengan para pemuda, generasi penerus bisa ikut menjaga segala peninggalan-peninggalan sejarahnya,” katanya.

Sekadar mengingatkan, semua peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di Gedung Juang 45 terpaksa dipindahkan ke Museum di Jalan Gedung Arca karena kondisinya yang tidak terurus. Di dalam gedung di lantai dua hanya tinggal debu dan sisa-sisanya saja. Terlihat  juga tempat obat-obatan  tradisional untuk membantu memelihara kesehatan para pejuang 1947-1949. Anak sumpit yang  ujungnya dibubuhi ipoh atau racun yang sangat ampuh untuk membunuh dengan panjangnya 20 cm. Sedangkan lantai tiga gedung aula yang sudah tidak terpakai lagi. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/