MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setelah menuai prokontra, isu pemusnahan massal ternak babi di Sumatera Utara akhirnya dianggap selesai.
Kesepakatan mengakhiri isi itu diditegaskan dalam pertemuan terbuka Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sumut, antara lain Gubsu Edy Rahmayadi, Ketua DPRDSU, Baskami Ginting, Kapoldasu Irjen Pol Martuani Sormin Siregar, dan Kajatisu Amir Yanto, dengan Komunitas Konsumen Daging Babi Indonesia (KKDBI) di Sumut, di Aula DPRD Sumut, Kamis (13/2).
“Tidak akan ada pemusnahan babi. Semua kami bahas dengan DPR RI (Komisi IV). Isolasi babi dilakukan agar virus ASF (African Swine Fever/demam babi Afrika) yang menjangkiti ternak babi di Sumut tidak meluas. Dibahas juga bagaimana kalau dilakukan pemusnahan, ternyata tidak bisa. Kenapa tidak bisa? Saat flu burung ada pemusnahan, flu burung itu menjangkit binatang yang lain dan manusia. ASF ini tidak menjangkit ternak lain, sehingga babi tidak perlu dilakukan pemusnahan. Sudah gitu, ada ketentuan tidak boleh lakukan pemusnahan dan aturan ini dibuat jauh sebelum ada ASF,” kata Gubsu Edy Rahmayadi dalam pertemuan itu.
Menurutnya, polemik kematian puluhan ribu babi di Sumatera Utara jangan lagi diperluas hingga mengganggu stabilitas wilayah ini. Edy mengaku, terus mengupayakan penyelesaian masalah wabah ASF sejak musibah terjadi lima bulan lalu. Sampai saat ini, sebutnya, sudah 46 ribuan lebih babi mati di Sumut akibat ASF.
“Sempat muncul gagasan menggganti babi yang mati. Ternyata kita punya aturan, punya Undang-undang, tidak ada pergantian ternak kecuali dikatakan ini sebagai musibah atau bencana nasional. Tolong berikan masukan yang baik untuk kami. Khususnya saya. Jangan ada yang bilang, Edy kan Islam, jadi anti babi. Itu sudah memfitnah. Saya sampaikan di DPR RI, babi di daerah kami adalah adat. Bahkan banyak pejabat yang berhasil dari ternak babi,” katanya.
Mantan Pangkostrad ini mengakui, akibat wabah ASF, peternak mengalami kesulitan. Ada yang ternaknya tidak terjangkit, tapi ikut rugi karena harga babi turun drastis pascaserangan wabah. “Ini tak selesai dengan demo dan saling fitnah. Kita harus bergandengan tangan untuk menyelesaikan ini. Memang benar saya beragama Islam. Haram memakan daging babi. Tapi saya tidak anti babi. Babi adalah makhluk ciptaan Tuhan. Dan saya orang yang punya iman,” tegasnya.
Wacana lain yang muncul, lanjut Gubsu, yaitu mengganti babi warga dengan hewan ternak lain seperti kerbau, kambing, dan sebagainya. Namun ia khawatir hal itu akan menimbulkan polemik lain, yang akan diplintir oknum tak bertanggung jawab sebagai kesengajaan pemerintah untuk menghapuskan babi di Sumut.
“Saya mikir lagi, nanti ada lagi yang melintir. Sengaja babi dimatikan dan diganti kambing. Maka saya belum mau menanggapi itu. Ini pekerjaan kita bersama. Jangan lagi ada orang-orang yang mencari panggung. Jangan ganggu rakyat Sumut. Saya akan cari ini siapa yang merusak kerukunan. Sudah pasti kalau kita bicara babi, walau tak bicara agama, pasti arahnya ke sana. Saya tidak mau ini jadi benturan. Orang yang tidak bertanggung jawab saya minta segera minggir, saya tak menoleransi itu. Tapi yang punya keahlian, ayo kita cari solusi sama-sama,” pungkasnya.
Kapolda Sumut, Martuani Sormin, mengatakan polemik muncul ketika ada kesimpangsiuran informasi. Hal ini lalu ‘digoreng’ sekelompok orang untuk membuat ketidakstabilan Kamtibmas di Sumut.
Ia mengapresiasi demo #savebabi yang berlangsung tertib, jika tidak, menurutnya, akan muncul pro kontra yang lebih besar lagi. “Melalui jaringan yang kita miliki, kita sudah sampaikan ini: jangan mau kita diadudomba. Jangan mau diputarbalikkan isu yang tidak benar. Boleh saja berunjukrasa karena itu dijamin konstitusi, namun setiap pengunjukrasa harus bertanggungjawab. Kalau ada yang belum puas, belum terjawab mari kita diskusikan lagi,” katanya.
Ia pun meminta agar isu ini disudahi. “Stop isu ini (pemusnahan massal babi). Ini isu yang tidak mendidik. Malah isu yang memecahbelah rasa keberagaman kita. Langsung masyarakat terbelah antara yang mendukung dan kontra. Kita ingin membangun Sumut yang bagus, bermartabat, dan sejahtera. Stop dan hentikan. Kalau masih ada yang belum puas, silakan bersurat dengan gubernur, kita pasti bisa bertemu,” katanya.
Ketua DPRDSU, Baskami Ginting, meminta kepada seluruh media agar menyampaikan kepada seluruh masyarakat, tidak akan ada pemusnahan babi. Ia meminta seluruh elemen memikirkan solusinya. Jangan sampai isu ini malah terus dikembangkan. “Jangan bawa ini ke arah politik, apalagi SARA. Ini masalah ekonomi, masalah perut. Kita sejukkan suasana. Kondisi ini sangat rentan dipolitisasi,” kata politisi PDI Perjuangan tersebut.
Menanggapi adanya aksi demo menolak aksi #savebabi sebelumnya, Gubsu yang ditanya wartawan usai pertemuan berharap, tidak ada lagi aksi saling menolak. “Saya harap tidak ada lagi itu. Sudah jangan dibesar-besarkan. Kita besarkan Lyondra Ginting (kontestan Indonesian Idol dari Sumut) saja,” ujarnya.
Ketua KKDBI Murniati Tobing yang juga hadir dalam pertemuan itu mengapresiasi kehadiran gubernur, Kajatisu, Kapoldasu dan ketua DPRDSU. Ia menjelaskan secara terperinci dan mengimbau agar tidak ada yang membuat keresahan lagi di masyarakat.
“Masyarakat tolong disaring informasi yang diterima. Ini penjelasan paling akurat, karena menghadirkan 4 pimpinan di Sumut. Itu membuat kita tersanjung. Jangan ada yang memberikan pernyataan hoaks, kroscek dulu. Jangan hanya teriak-teriak. Masyarakat Sumut harus saling merangkul dan melengkapi. Kita selaku konsumen daging babi, kita juga tidak mau tidak ada daging babi di Sumut. Stop polemik babi ini, sudah selesai,” katanya. (prn)