25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Komnas HAM Usut Kematian Jeffry

MEDAN-Jeffry E Siahaan (32) korban tewas dalam bentrokkan warga di Ambon, Minggu (10/9) lalu, diduga terkena peluru nyasar polisi.

Terkait kematiannya, akan mengupayakan agar Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) dan Polri untuk segera melakukan mengusutkan atas kematian anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Paninta Br Tambunan (56) dan Maganar Siahaan (63) itu. Selanjutnya keluarga Jeffry dibantu keluarga besar Siahaan akan membentuk tim untuk melakukan investigasi peristiwa yang dialami almarhum.

Hal ini diungkapkan Hendri Siahaan, Sekertaris Umum Persadaan Pomparan Somba Debata (PPSD) Kotamadya Medan, kepada Sumut Pos, Selasa (13/9). “Kita ita ingin tahu dari mana asal peluru yang menyarang di perut Jeffry yang menyebabkan ia tewas,” ujar Hendri Siahaan.

Keluarga juga menyatakan kekecewaannya terhadap pemerintah Indonesia dan Polri yang sampai ini tidak memberikan konfirmasi atas kejadian yang dialami Jeffy. Informasi yang didapatkan keluarga korban hanya melalui yayasan Lentera Harapan dan media massa yang menyiarkan bentrokkan tersebut. “Untuk pemulangan jenazah saja pemerintah Indonesia tidak ikut membantu, semuanya dibiayai Yayasan Lentera Harapan,” ungkap Hendri.
Hendri juga meminta keluarga inti untuk selalu bersabar dan ikhlas atas perisitiwa yang dialami. “Kita harus bersabar dan menerima dengan ikhlas untuk keluarga yang ditinggali dan selalu bersikap tentang untuk mengahadapi ini semuanya,” ajak Hendri

Selamatkan Rekan

Saat ditanyai kronologis kejadian yang menimpah abangnya, bungsu empat bersaudara itu menuturkan, waktu bentrok di Ambon, Jeffry sedang menyelamatkan rekan-rekan kerjanya dari rumah kontrakan ke tempat yang lebih aman dari sasaran para warga yang bentrok. Hal itu dilakukan sesuai intruksi kepala sekolah Yayasan Lentera Harapan. “Melihat kepala sekolah masih di rumah kontrakkan, Abang kembali ke rumah tersebut untuk menemani kepala sekolah. Saat rumah disebelah rumah kontrakkan mereka terbakar, Jeffry keluar untuk melihat. Namun naas, timah panas bersarang di perut kanan hingga ia kekurangan darah dan tewas dilokasi kejadian,” ujarnya.

Dari Pantauan Sumut Pos di Rumah duka isak tangis tidak terbendung saat sanak Family dan kerabat dekat saat melayat di rumah dukua, terlihat pujaan hati Jeffry Sari hadir di rumah duka untuk melihat lelaki kesayangan untuk terakhir kalinya, Sari didamping orang tuanya hadir ke Medan dari lampung.Sari terus mengeluarkan air mata dihadapan kekasihnya yang selama ini ia cintai.namun sari enggan berbicara saat ditanyai sejumlah wartawan dan hanya berdiam diri saja sambil menghapus air mata dipipinya.

Korban dikenal suka menghibur adik-adiknya dengan candaan sehingga keluarga mengangap Jeffry seorang penghibur dalam keluarga. Jeffry juga pekerja keras. Ia pernah menjadi supir angkot Medan Bus Trayek 21 jurusan Helvetia-Sambu untuk membantu biaya kuliahnya di Universitas HKBP Nommensen.

Menurut Fernando, Jeffry sangat berbakti kepada orangtua dan sangat menyangi keluarga. “Abang itu orangnya sangata menyangi orangtua. Dimanapun Abang berada, ia akan selalu menghubungi ibu sekadar menanyakan kondisi ibu,” ungkapnya.

Hal yang tidak dilupakan Frenando bersama Jeffry, saat berkumpul bersama keluarga di malam tahun baru 2011. “Kami berkumpul, saling canda. Ia tidak habis membanyol untuk sekadar membuat kami sekeluarga ketawa,” beber Fernando.

Almarhum akan dikebumikan di Desa Juhar Monang Kecamatan Kuta Pisang, Balige, Kamis (15/9) sekitar Pukul 05.00 WIB, sebelumnya pihak keluarga berencana, Rabu (14/9), namun dikarenakan Jenazah tiba dirumah duka, Selasa (13/9) dini hari sekitar Pukul 00.30 WIB dirumah duka menggunakan Maspakai penerbangan Lion Air.
“Bang Jeffry akan dimakam Kamis (15/9) subuh, dimundurkan satu hari dari rencana awal, mengingat waktu terlalu memepet. Besok (hari ini) akan dilakukan prosesi adat dan penghormatan terakhir,” ujar Fernando Tulus Siahaan (27), adik Jeffry saat dikonfirmasi Sumut Pos di Rumah duka, kemarin.(mag-7)

MEDAN-Jeffry E Siahaan (32) korban tewas dalam bentrokkan warga di Ambon, Minggu (10/9) lalu, diduga terkena peluru nyasar polisi.

Terkait kematiannya, akan mengupayakan agar Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) dan Polri untuk segera melakukan mengusutkan atas kematian anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Paninta Br Tambunan (56) dan Maganar Siahaan (63) itu. Selanjutnya keluarga Jeffry dibantu keluarga besar Siahaan akan membentuk tim untuk melakukan investigasi peristiwa yang dialami almarhum.

Hal ini diungkapkan Hendri Siahaan, Sekertaris Umum Persadaan Pomparan Somba Debata (PPSD) Kotamadya Medan, kepada Sumut Pos, Selasa (13/9). “Kita ita ingin tahu dari mana asal peluru yang menyarang di perut Jeffry yang menyebabkan ia tewas,” ujar Hendri Siahaan.

Keluarga juga menyatakan kekecewaannya terhadap pemerintah Indonesia dan Polri yang sampai ini tidak memberikan konfirmasi atas kejadian yang dialami Jeffy. Informasi yang didapatkan keluarga korban hanya melalui yayasan Lentera Harapan dan media massa yang menyiarkan bentrokkan tersebut. “Untuk pemulangan jenazah saja pemerintah Indonesia tidak ikut membantu, semuanya dibiayai Yayasan Lentera Harapan,” ungkap Hendri.
Hendri juga meminta keluarga inti untuk selalu bersabar dan ikhlas atas perisitiwa yang dialami. “Kita harus bersabar dan menerima dengan ikhlas untuk keluarga yang ditinggali dan selalu bersikap tentang untuk mengahadapi ini semuanya,” ajak Hendri

Selamatkan Rekan

Saat ditanyai kronologis kejadian yang menimpah abangnya, bungsu empat bersaudara itu menuturkan, waktu bentrok di Ambon, Jeffry sedang menyelamatkan rekan-rekan kerjanya dari rumah kontrakan ke tempat yang lebih aman dari sasaran para warga yang bentrok. Hal itu dilakukan sesuai intruksi kepala sekolah Yayasan Lentera Harapan. “Melihat kepala sekolah masih di rumah kontrakkan, Abang kembali ke rumah tersebut untuk menemani kepala sekolah. Saat rumah disebelah rumah kontrakkan mereka terbakar, Jeffry keluar untuk melihat. Namun naas, timah panas bersarang di perut kanan hingga ia kekurangan darah dan tewas dilokasi kejadian,” ujarnya.

Dari Pantauan Sumut Pos di Rumah duka isak tangis tidak terbendung saat sanak Family dan kerabat dekat saat melayat di rumah dukua, terlihat pujaan hati Jeffry Sari hadir di rumah duka untuk melihat lelaki kesayangan untuk terakhir kalinya, Sari didamping orang tuanya hadir ke Medan dari lampung.Sari terus mengeluarkan air mata dihadapan kekasihnya yang selama ini ia cintai.namun sari enggan berbicara saat ditanyai sejumlah wartawan dan hanya berdiam diri saja sambil menghapus air mata dipipinya.

Korban dikenal suka menghibur adik-adiknya dengan candaan sehingga keluarga mengangap Jeffry seorang penghibur dalam keluarga. Jeffry juga pekerja keras. Ia pernah menjadi supir angkot Medan Bus Trayek 21 jurusan Helvetia-Sambu untuk membantu biaya kuliahnya di Universitas HKBP Nommensen.

Menurut Fernando, Jeffry sangat berbakti kepada orangtua dan sangat menyangi keluarga. “Abang itu orangnya sangata menyangi orangtua. Dimanapun Abang berada, ia akan selalu menghubungi ibu sekadar menanyakan kondisi ibu,” ungkapnya.

Hal yang tidak dilupakan Frenando bersama Jeffry, saat berkumpul bersama keluarga di malam tahun baru 2011. “Kami berkumpul, saling canda. Ia tidak habis membanyol untuk sekadar membuat kami sekeluarga ketawa,” beber Fernando.

Almarhum akan dikebumikan di Desa Juhar Monang Kecamatan Kuta Pisang, Balige, Kamis (15/9) sekitar Pukul 05.00 WIB, sebelumnya pihak keluarga berencana, Rabu (14/9), namun dikarenakan Jenazah tiba dirumah duka, Selasa (13/9) dini hari sekitar Pukul 00.30 WIB dirumah duka menggunakan Maspakai penerbangan Lion Air.
“Bang Jeffry akan dimakam Kamis (15/9) subuh, dimundurkan satu hari dari rencana awal, mengingat waktu terlalu memepet. Besok (hari ini) akan dilakukan prosesi adat dan penghormatan terakhir,” ujar Fernando Tulus Siahaan (27), adik Jeffry saat dikonfirmasi Sumut Pos di Rumah duka, kemarin.(mag-7)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/