25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Macet Hingga Belasan Kilometer

Medan Dikepung Banjir, Macet Total di Amplas dan Belawan

MEDAN- Anomali cuaca dan buruknya sistem drainase di Kota Medan, kembali membuat susah warga Medan, kemarin (13/10). Guyuran hujan hampir merata sejak pukul 12.00 hingga pukul 16.15 WIB menggenangi sejumlah ruas jalan. Banjir ini menimbulkan dampak lain, kemacetan lalu lintas.

MACET: Sejumlah warga mengangkat sepeda motor saat banjir menggenangi sejumlah ruas jalan,  kemarin (foto atas). Sementara kemacetan parah terjadi  sepanjang Jalan Sisingamangaraja  arah Tanjungmorawa  sebaliknya.  //TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
MACET: Sejumlah warga mengangkat sepeda motor saat banjir menggenangi sejumlah ruas jalan, kemarin (foto atas). Sementara kemacetan parah terjadi di sepanjang Jalan Sisingamangaraja ke arah Tanjungmorawa dan sebaliknya. //TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Kemacetan terparah terjadi di Jalan Sisingamangaraja, di sekitar fly over Amplas. Kendaraan ‘menumpuk’ hingga belasan kilometer selama sekitar tiga jam. Mobil-mobil tertahan di jalur bawah dan jalur atas (fly over) dan di pintu tol Amplas.

Dari catatan Sumut Pos sepanjang Sabtu malam, dua kali hujan deras mengguyur kota ini selama empat jam. Hujan pertama terjadi sekira pukul 12.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB, dan kembali mengguyur pukul 15.00 hingga pukul 16.15 WIB.

Akibat hujan deras tersebut ruas jalan seperti Jalan Sisingamangaraja, tepatnya di depan gerbang tol Amplas banjir, tergenang hingga kedalaman 40-50 centimeter. Bahkan di depan Mapoldasu di Tanjungmorawa, banjir mencapai setinggi lutut orang dewasa. Masih di ruas jalan yang sama, di depan PT Bisma Niaga Lestari di kelurahan Harjosari 2, air hujan menenggelamkan jalan hingga kedalaman 50 centimeter. Puluhan kendaraan roda dua dan angkutan kota terjebak di jalan ini akibat mogok. Di titik lain di ruas Jalan Sisingamangaraja banjir juga mengepung pengguna jalan di depan Apotek K24 Simpang Limun dan kantor Aklindo.

Banjir di beberapa titik di ruas Jalan Sisingamangaraja tersebut mengakibatkan antrian kendaraan hingga belasan kilometer. Dimulai dari perbatasan Medan-Deliserdang di depan kompleks permukiman Riviera hingga traffict light di simpang Jalan Sisingamangaraja-AH Nasution (Tritura). Di ruas jalan ini kemacetan masih terus berlanjut hingga mendekati simpang Titi Kuning. Kemacetan semakin parah akibat lampu pengatur lalu lintas (traffic light) di hampir setiap persimpangan padam. Jumlah personel Satlantas dan petugas Dinas Perhubungan Kota Medan yang diturunkan untuk mengatur kemacetan tak sebanding dengan ‘keruwetan’ yang terjadi sepanjang petang tersebut. Dalam pantauan Sumut Pos, sejumlah petugas Satlantas tampak siaga di persimpangan Mariendal-Jalan Tritura, tepatnya di depan SPBU dan terminal Amplas. Akan tetapi di beberapa titik lain, seperti depan pintu tol Amplas dan persimpangan dekat kampus UISU terpantau luput dari perhatian petugas.

Kemacetan paling parah berlangsung di sepanjang fly over dan depan pintu tol Amplas. Antrian yang mengular membuat kendaraan praktis tak dapat bergerak lagi. Barisan mobil yang hendak masuk ke pintu tol juga terhambat. Dari perhitungan waktu, kemacetan panjang itu terjadi sejak pukul 16.00 WIB hingga berakhir pada pukul 19.00 WIB. Kemacetan mulai terurai setelah genangan air di Jalan Sisingamangaraja, tepatnya di depan PT Bisma Niaga Lestari, perlahan mulai surut. Petugas juga membagi satu ruas jalan untuk digunakan pengguna jalan dari dua arah berbeda. Kebijakan ini terpaksa dilakukan agar kendaraan dari arah Tanjungmorawa menuju Medan terhindar dari banjir yang menenggelamkan ruas jalan di depan PT Bisma Niaga Lestari. Pasalnya di ruas jalan tersebut kondisi sudah semrawut lantaran belasan kendaraan mogok dan menjebak kendaraan lain yang ada di belakangnya. Situasi rupanya dimanfaatkan warga sekitar untuk mengais rezeki dengan menawarkan jasa mendorong mobil yang mogok.

Ibas (24), warga Harjosari 2, mengakui banjir di depan PT Bisma Niaga Lestari untuk memperoleh uang tambahan. Setiap hujan deras selalu ada saja kendaraan mogok yang membutuhkan jasa mereka untuk mendorong. “Yah, biasalah, bisa Rp50 ribu juga kalau ramai begini. Kan bagi-bagi sama kawan,’’ katanya saat ditanyai berapa penghasilan tambahannya sore itu.

Raiz, seorang pengendara sepeda motor, mengatakan, sepeda motornya mogok di depan PT Bisma Niaga Lestari karena knalpotnya masuk air saat dia nekad melintasi genangan air. Pengendara lainnya, Riyan (32) mengeluhkan buruknya kondisi Jalan Sisingamangaraja yang selalu banjir bila hujan turun. Dampaknya mengakibatkan kemacetan panjang hingga ke Tanjungmorawa.

Kanit Lantas Polresta Medan, AKP Imam, yang ditemui saat mengatur lalu lintas di seberang PT Bisma Niaga Lestari mengatakan, pihaknya terpaksa menutup satu ruas jalan Tanjungmorawa menuju Kota Medan. Untuk mengurai macet, jalur dari Kota Medan menuju Tanjungmorawa terpaksa dibagi dua, berbagi dengan kendaraan dari arus dari arah Tanjungmorawa menuju Kota Medan  untuk kendaraan yang turun dari fly over (jalur atas). Sedangkan kendaraan dari arah pintu tol dan Tanjungmorawa menuju Medan (jalur bawah), dialihkan ke jalan Pertahanan, menuju terminal Amplas.

Selain ketidakdisiplinan pengguna jalan, Imam menuding buruknya drainase sebagai penyebab banjir yang mengganggu arus lalu lintas. “Kami berharap agar permasalah drainase yang kurang sehat dapat segera diperbaiki cepat. Sehingga, kedepannya bila hujan deras turun. Banjir dan kemacetan tidak akan terjadi lagi,” ujarnya.

Sementara itu, tiga kecamatan di Medan bagian Utara, tiga kecamatan terendam banjir. Ketiga kecamatan tersebut, Medan Labuhan, Medan Deli dan Medan Marelan.

Banjir terjadi di Jalan Kapten Rahmad Buddin Lingkungan, VI, XI dan XII Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Warga setempat menilai, kondisi drainase yang tidak mampu menampung debit air menjadi pemicu tergenangannya rumah-rumah warga.

“Kalau disini baru hujan sebentar saja sudah pasti terendam, karena paritnya sering meluap akibat tak mampu menampung air  hujan yang turun,” ujar seorang warga, Zainuddin (41).

Menurut dia, selain kondisi drainase yang buruk, dampak dari terjadinya banjir disebabkan oleh maraknya penimbunan lahan kosong untuk proyek pembangunan perumahan. “Karena pembangunan perumahan terus meningkat, lahan atau daerah resapan air disini pun mulai hilang, dan berimbas pada terjadinya banjir,” ungkapnya.

Genangan banjir juga terjadi di Jalan Platina VII Lingkungan II Kelurhan Titi Papan Kecamatan Medan Deli. Menurut Kepling II Kelurahan Titi Papan, Syafaruddin menuturkan, penyebab genangan air terjadi dikarenakan sebahagian besar permukiman warga di lingkungan belum tersentuh pembangunan drainase.

“Kita sebelumnya juga sudah pernah mengajukan ke Pemko Medan melalui musrenbang di kelurahan, supaya di lingkungan ini dibangun drainase, tapi sampai saat ini belum juga terealisasi,” terangnya.

Selain permukiman warga, genangan banjir juga merendam badan Jalan KL Yos Sudarso Km 17 Simpang Kantor Kecamatan Medan Labuhan. Sejumlah kenderaan baik sepeda motor maupun roda empat serta truk pengangkut barang yang terjebak banjir, tampak antre hingga menimbulkan kemacetan sepanjang 2 km.

“Parah kali banjirnya, sampai menimbulkan kemacetan seperti ini,” keluh, Armansyah (35) seorang pengendara sepeda motor saat melintasi jalan tersebut.

Kepala Data dan Informasi BMKG Stasiun Polonia Medan, Mega Sirait mengatakan, hujan yang turun di Kota Medan dan sekitarnya, Sabtu (13/10) masuk dalam kategori deras, sebagai dampak Anomali cuaca. “Hujan deras masih tetap berpeluang turun, begitu juga hujan disertai angin kencang, hingga beberapa minggu ke depan,” katanya.

Tak hanya Medan, tapi juga di Deliserdang, Langkat, Sergai, Asahan dan Labuhanbatu.

Menanggapi terjadinya banjir tersebut, pengamat tata kota Ir Bhakti Alamsyah MT Cand PhD mengatakan, Medan tak akan bisa terbebas dari banjir jika Pemko Medan tidak komitmen memperbaiki drainase. “Sistem drainase kota ini amat buruk. Dari riset kami banyak yang tak terkoneksi antara satu drainase dengan yang lainnya akibat air hujan yang turun tak tertampung drainase yang tersumbat atau sempit. Akibatnya air meluap ke jalan,” katanya.
Dia menyarankan kepada Pemko Medan untuk memperbaiki drainase itu bukan perkawasan per kecamatan atau kelurahan, melainkan satu-kesatuan koneksi drainase. (omi/jon/mag-17)

Medan Dikepung Banjir, Macet Total di Amplas dan Belawan

MEDAN- Anomali cuaca dan buruknya sistem drainase di Kota Medan, kembali membuat susah warga Medan, kemarin (13/10). Guyuran hujan hampir merata sejak pukul 12.00 hingga pukul 16.15 WIB menggenangi sejumlah ruas jalan. Banjir ini menimbulkan dampak lain, kemacetan lalu lintas.

MACET: Sejumlah warga mengangkat sepeda motor saat banjir menggenangi sejumlah ruas jalan,  kemarin (foto atas). Sementara kemacetan parah terjadi  sepanjang Jalan Sisingamangaraja  arah Tanjungmorawa  sebaliknya.  //TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
MACET: Sejumlah warga mengangkat sepeda motor saat banjir menggenangi sejumlah ruas jalan, kemarin (foto atas). Sementara kemacetan parah terjadi di sepanjang Jalan Sisingamangaraja ke arah Tanjungmorawa dan sebaliknya. //TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Kemacetan terparah terjadi di Jalan Sisingamangaraja, di sekitar fly over Amplas. Kendaraan ‘menumpuk’ hingga belasan kilometer selama sekitar tiga jam. Mobil-mobil tertahan di jalur bawah dan jalur atas (fly over) dan di pintu tol Amplas.

Dari catatan Sumut Pos sepanjang Sabtu malam, dua kali hujan deras mengguyur kota ini selama empat jam. Hujan pertama terjadi sekira pukul 12.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB, dan kembali mengguyur pukul 15.00 hingga pukul 16.15 WIB.

Akibat hujan deras tersebut ruas jalan seperti Jalan Sisingamangaraja, tepatnya di depan gerbang tol Amplas banjir, tergenang hingga kedalaman 40-50 centimeter. Bahkan di depan Mapoldasu di Tanjungmorawa, banjir mencapai setinggi lutut orang dewasa. Masih di ruas jalan yang sama, di depan PT Bisma Niaga Lestari di kelurahan Harjosari 2, air hujan menenggelamkan jalan hingga kedalaman 50 centimeter. Puluhan kendaraan roda dua dan angkutan kota terjebak di jalan ini akibat mogok. Di titik lain di ruas Jalan Sisingamangaraja banjir juga mengepung pengguna jalan di depan Apotek K24 Simpang Limun dan kantor Aklindo.

Banjir di beberapa titik di ruas Jalan Sisingamangaraja tersebut mengakibatkan antrian kendaraan hingga belasan kilometer. Dimulai dari perbatasan Medan-Deliserdang di depan kompleks permukiman Riviera hingga traffict light di simpang Jalan Sisingamangaraja-AH Nasution (Tritura). Di ruas jalan ini kemacetan masih terus berlanjut hingga mendekati simpang Titi Kuning. Kemacetan semakin parah akibat lampu pengatur lalu lintas (traffic light) di hampir setiap persimpangan padam. Jumlah personel Satlantas dan petugas Dinas Perhubungan Kota Medan yang diturunkan untuk mengatur kemacetan tak sebanding dengan ‘keruwetan’ yang terjadi sepanjang petang tersebut. Dalam pantauan Sumut Pos, sejumlah petugas Satlantas tampak siaga di persimpangan Mariendal-Jalan Tritura, tepatnya di depan SPBU dan terminal Amplas. Akan tetapi di beberapa titik lain, seperti depan pintu tol Amplas dan persimpangan dekat kampus UISU terpantau luput dari perhatian petugas.

Kemacetan paling parah berlangsung di sepanjang fly over dan depan pintu tol Amplas. Antrian yang mengular membuat kendaraan praktis tak dapat bergerak lagi. Barisan mobil yang hendak masuk ke pintu tol juga terhambat. Dari perhitungan waktu, kemacetan panjang itu terjadi sejak pukul 16.00 WIB hingga berakhir pada pukul 19.00 WIB. Kemacetan mulai terurai setelah genangan air di Jalan Sisingamangaraja, tepatnya di depan PT Bisma Niaga Lestari, perlahan mulai surut. Petugas juga membagi satu ruas jalan untuk digunakan pengguna jalan dari dua arah berbeda. Kebijakan ini terpaksa dilakukan agar kendaraan dari arah Tanjungmorawa menuju Medan terhindar dari banjir yang menenggelamkan ruas jalan di depan PT Bisma Niaga Lestari. Pasalnya di ruas jalan tersebut kondisi sudah semrawut lantaran belasan kendaraan mogok dan menjebak kendaraan lain yang ada di belakangnya. Situasi rupanya dimanfaatkan warga sekitar untuk mengais rezeki dengan menawarkan jasa mendorong mobil yang mogok.

Ibas (24), warga Harjosari 2, mengakui banjir di depan PT Bisma Niaga Lestari untuk memperoleh uang tambahan. Setiap hujan deras selalu ada saja kendaraan mogok yang membutuhkan jasa mereka untuk mendorong. “Yah, biasalah, bisa Rp50 ribu juga kalau ramai begini. Kan bagi-bagi sama kawan,’’ katanya saat ditanyai berapa penghasilan tambahannya sore itu.

Raiz, seorang pengendara sepeda motor, mengatakan, sepeda motornya mogok di depan PT Bisma Niaga Lestari karena knalpotnya masuk air saat dia nekad melintasi genangan air. Pengendara lainnya, Riyan (32) mengeluhkan buruknya kondisi Jalan Sisingamangaraja yang selalu banjir bila hujan turun. Dampaknya mengakibatkan kemacetan panjang hingga ke Tanjungmorawa.

Kanit Lantas Polresta Medan, AKP Imam, yang ditemui saat mengatur lalu lintas di seberang PT Bisma Niaga Lestari mengatakan, pihaknya terpaksa menutup satu ruas jalan Tanjungmorawa menuju Kota Medan. Untuk mengurai macet, jalur dari Kota Medan menuju Tanjungmorawa terpaksa dibagi dua, berbagi dengan kendaraan dari arus dari arah Tanjungmorawa menuju Kota Medan  untuk kendaraan yang turun dari fly over (jalur atas). Sedangkan kendaraan dari arah pintu tol dan Tanjungmorawa menuju Medan (jalur bawah), dialihkan ke jalan Pertahanan, menuju terminal Amplas.

Selain ketidakdisiplinan pengguna jalan, Imam menuding buruknya drainase sebagai penyebab banjir yang mengganggu arus lalu lintas. “Kami berharap agar permasalah drainase yang kurang sehat dapat segera diperbaiki cepat. Sehingga, kedepannya bila hujan deras turun. Banjir dan kemacetan tidak akan terjadi lagi,” ujarnya.

Sementara itu, tiga kecamatan di Medan bagian Utara, tiga kecamatan terendam banjir. Ketiga kecamatan tersebut, Medan Labuhan, Medan Deli dan Medan Marelan.

Banjir terjadi di Jalan Kapten Rahmad Buddin Lingkungan, VI, XI dan XII Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Warga setempat menilai, kondisi drainase yang tidak mampu menampung debit air menjadi pemicu tergenangannya rumah-rumah warga.

“Kalau disini baru hujan sebentar saja sudah pasti terendam, karena paritnya sering meluap akibat tak mampu menampung air  hujan yang turun,” ujar seorang warga, Zainuddin (41).

Menurut dia, selain kondisi drainase yang buruk, dampak dari terjadinya banjir disebabkan oleh maraknya penimbunan lahan kosong untuk proyek pembangunan perumahan. “Karena pembangunan perumahan terus meningkat, lahan atau daerah resapan air disini pun mulai hilang, dan berimbas pada terjadinya banjir,” ungkapnya.

Genangan banjir juga terjadi di Jalan Platina VII Lingkungan II Kelurhan Titi Papan Kecamatan Medan Deli. Menurut Kepling II Kelurahan Titi Papan, Syafaruddin menuturkan, penyebab genangan air terjadi dikarenakan sebahagian besar permukiman warga di lingkungan belum tersentuh pembangunan drainase.

“Kita sebelumnya juga sudah pernah mengajukan ke Pemko Medan melalui musrenbang di kelurahan, supaya di lingkungan ini dibangun drainase, tapi sampai saat ini belum juga terealisasi,” terangnya.

Selain permukiman warga, genangan banjir juga merendam badan Jalan KL Yos Sudarso Km 17 Simpang Kantor Kecamatan Medan Labuhan. Sejumlah kenderaan baik sepeda motor maupun roda empat serta truk pengangkut barang yang terjebak banjir, tampak antre hingga menimbulkan kemacetan sepanjang 2 km.

“Parah kali banjirnya, sampai menimbulkan kemacetan seperti ini,” keluh, Armansyah (35) seorang pengendara sepeda motor saat melintasi jalan tersebut.

Kepala Data dan Informasi BMKG Stasiun Polonia Medan, Mega Sirait mengatakan, hujan yang turun di Kota Medan dan sekitarnya, Sabtu (13/10) masuk dalam kategori deras, sebagai dampak Anomali cuaca. “Hujan deras masih tetap berpeluang turun, begitu juga hujan disertai angin kencang, hingga beberapa minggu ke depan,” katanya.

Tak hanya Medan, tapi juga di Deliserdang, Langkat, Sergai, Asahan dan Labuhanbatu.

Menanggapi terjadinya banjir tersebut, pengamat tata kota Ir Bhakti Alamsyah MT Cand PhD mengatakan, Medan tak akan bisa terbebas dari banjir jika Pemko Medan tidak komitmen memperbaiki drainase. “Sistem drainase kota ini amat buruk. Dari riset kami banyak yang tak terkoneksi antara satu drainase dengan yang lainnya akibat air hujan yang turun tak tertampung drainase yang tersumbat atau sempit. Akibatnya air meluap ke jalan,” katanya.
Dia menyarankan kepada Pemko Medan untuk memperbaiki drainase itu bukan perkawasan per kecamatan atau kelurahan, melainkan satu-kesatuan koneksi drainase. (omi/jon/mag-17)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/