25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Pria Itu Preman yang Ditakuti di Kabanjahe

Jenazah-Ilustrasi
Jenazah-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Masih ingat dengan pria yang tewas dihakimi ratusan massa setelah tertangkap basah hendak membongkar rumah warga di Jl. Bunga Rampai III, Link III, Kel. Simalingkar B, Kec. Medan Tuntungan, Minggu (12/10) lalu? Ternyata pria malang itu bernama Raden Sinuraya (55), warga Desa Bunuh Raya, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo.

Info dihimpun, selain menyandang status preman yang ditakuti, korban juga menjabat sebagai mandor satu bus Sumatera Transportasi (Sutra) di Kabanjahe, Kab. Karo.

“Kalau info yang kita terima seperti itu, tapi kita belum tahu pastinya. Cobalah cek ke sana mana tahu benar,” ujar salah satu petugas Polsek Delitua pada kru koran ini, Senin (13/10).

Identitas korban terungkap setelah keluarganya datang ke RSU H Adam Malik Medan pada Minggu (12/10) malam. Awalnya, pihak keluarga tak percaya Raden tewas diamuk massa. Mereka baru percaya setelah polisi membawa keluarga korban ke lokasi kejadian. Setelah mendengar cerita warga, keluarga Raden akhirnya pasrah dan membuat surat pernyataan tak keberatan di Polsek Delitua.

“Di situlah jenazah korban langsung dibawa ke kampung halamannya. Ini yang kita tahu,” ujar pertugas berkulit hitam itu.

Ditemui di lokasi terpisah, Kapolsek Delitua Kompol Anggoro Wicaksono membenarkan pihak keluarga Raden telah membuat surat pernyataan yang intinya tak akan menuntut di belakang hari.

Sementara itu, Antonius (26) salah seorang kondektur bus Sutra yang ditemui di stasiun Sutra Jl. Jamin Ginting Medan mengakui, Raden adalah mandor bus Sutra di Kabanjahe.

“Dia masih pengawas di sini kurasa bang, dan dia mandor satu di stasiun Sutra Kabanjahe. Orangnya pendiam bapak itu. Dialah salah satu preman yang ditakuti di sana (Kabanjahe-red) bang,” tandasnya.

Hal senada juga dikatakan Amos Purba, Ketua Ranting Pemuda Pancasila (PP) Rumah Kabanjahe yang dihubungi, Senin (13/10) malam. Dikatakan Amos, Raden adalah preman yang sangat ditakuti di era tahun 90-an. Karena itu, kabar tewasnya Raden membuat ’teman-teman seperjuangannya’ terkejut.

“Kami belum tahu dia meninggal kenapa, besok (hari ini-red) kami mau melayat ke rumahnya. Yang jelas dia (Raden) adalah preman yang sangat ditakuti,” kata Amos.

Sekedar mengingatkan, korban tewas diamuk massa Minggu (12/10) dini hari. Peristiwa ini terjadi saat korban tetrangkap basah hendak membongkar rumah Harapenta br Sembiring (24) di Jl. Bunga Rampai III, Link. III, Kel. Simalingkar B, Kec. Medan Tuntungan sekira pukul 01.30 WIB. (bar/deo)

Jenazah-Ilustrasi
Jenazah-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Masih ingat dengan pria yang tewas dihakimi ratusan massa setelah tertangkap basah hendak membongkar rumah warga di Jl. Bunga Rampai III, Link III, Kel. Simalingkar B, Kec. Medan Tuntungan, Minggu (12/10) lalu? Ternyata pria malang itu bernama Raden Sinuraya (55), warga Desa Bunuh Raya, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo.

Info dihimpun, selain menyandang status preman yang ditakuti, korban juga menjabat sebagai mandor satu bus Sumatera Transportasi (Sutra) di Kabanjahe, Kab. Karo.

“Kalau info yang kita terima seperti itu, tapi kita belum tahu pastinya. Cobalah cek ke sana mana tahu benar,” ujar salah satu petugas Polsek Delitua pada kru koran ini, Senin (13/10).

Identitas korban terungkap setelah keluarganya datang ke RSU H Adam Malik Medan pada Minggu (12/10) malam. Awalnya, pihak keluarga tak percaya Raden tewas diamuk massa. Mereka baru percaya setelah polisi membawa keluarga korban ke lokasi kejadian. Setelah mendengar cerita warga, keluarga Raden akhirnya pasrah dan membuat surat pernyataan tak keberatan di Polsek Delitua.

“Di situlah jenazah korban langsung dibawa ke kampung halamannya. Ini yang kita tahu,” ujar pertugas berkulit hitam itu.

Ditemui di lokasi terpisah, Kapolsek Delitua Kompol Anggoro Wicaksono membenarkan pihak keluarga Raden telah membuat surat pernyataan yang intinya tak akan menuntut di belakang hari.

Sementara itu, Antonius (26) salah seorang kondektur bus Sutra yang ditemui di stasiun Sutra Jl. Jamin Ginting Medan mengakui, Raden adalah mandor bus Sutra di Kabanjahe.

“Dia masih pengawas di sini kurasa bang, dan dia mandor satu di stasiun Sutra Kabanjahe. Orangnya pendiam bapak itu. Dialah salah satu preman yang ditakuti di sana (Kabanjahe-red) bang,” tandasnya.

Hal senada juga dikatakan Amos Purba, Ketua Ranting Pemuda Pancasila (PP) Rumah Kabanjahe yang dihubungi, Senin (13/10) malam. Dikatakan Amos, Raden adalah preman yang sangat ditakuti di era tahun 90-an. Karena itu, kabar tewasnya Raden membuat ’teman-teman seperjuangannya’ terkejut.

“Kami belum tahu dia meninggal kenapa, besok (hari ini-red) kami mau melayat ke rumahnya. Yang jelas dia (Raden) adalah preman yang sangat ditakuti,” kata Amos.

Sekedar mengingatkan, korban tewas diamuk massa Minggu (12/10) dini hari. Peristiwa ini terjadi saat korban tetrangkap basah hendak membongkar rumah Harapenta br Sembiring (24) di Jl. Bunga Rampai III, Link. III, Kel. Simalingkar B, Kec. Medan Tuntungan sekira pukul 01.30 WIB. (bar/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/