MEDAN, SUMUTPOS.CO – Rencana revitalisasi 3 Gapura Batas Kota Medan, yakni Gapura Kampung Lalang, Gapura Amplas, dan Gapura Tuntungan, menjadi perhatian sejumlah pihak, terutama tokoh Melayu di Kota Medan. Sebab, Gapura-gapura di Batas Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang tersebut, kental dengan nuansa dan ornamen khas Melayu yang menjadi ciri khas dan ikon Kota Medan.
Kepada Sumut Pos, Tokoh Melayu Kota Medan, Sakhyan Asmara alias Datuk Wangsa Diraja, mengatakan, Pemko Medan di bawah kepemimpinan Wali Kota Medan Bobby Nasution, tidak boleh menghilangkan akar sosiologis Melayu di Kota Medan.
Untuk itu, Sakhyan mengaku, tidak mempermasalahkan revitalisasi ketiga Gapura Batas Kota Medan tersebut. Dengan catatan, Pemko Medan harus membangun gapura yang lebih baik dan tetap membuatnya bernuansa Melayu.
“Kebijakan Wali Kota Medan sebelum-sebelumnya yang membangun Gapura Batas Kota Medan dengan nuansa Melayu, merupakan sebuah kebijakan publik yang benar. Wali Kota Medan saat ini, Bobby Nasution harus mengikuti kebijakan publik itu. Silakan revitalisasi Gapura Batas Kota Medan, tapi pastikan ornamen Melayu tetap melekat pada gapura-gapura tersebut,” tegas Sakhyan.
Sakhyan juga mengatakan, menghapus ornamen Melayu di Gapura Batas Kota Medan, merupakan bentuk penghapusan akar sosiologis di Kota Medan. Sementara, suku Melayu merupakan suku asli atau suku tempatan Kota Medan. Hal itu pun telah dipertegas oleh sejumlah bukti yang ada, satu di antaranya bangunan-bangunan heritage peninggalan kerajaan Melayu di Kota Medan.
“Karena itu, kami berharap Pemko Medan tetap memasukkan ornamen Melayu pada gapura-gapura batas kota yang akan direvitalisasi sebagai bentuk penghormatan terhadap suku Melayu,” tuturnya.
Sakhyan sangat berharap, ornamen Melayu tidak akan dihapus pada gapura yang akan direvitalisasi. Sebab bila dihapus, dikhawatirkan Bobby akan menjadi musuh bersama warga Melayu di Kota Medan.
“Jangan sampai Bobby Nasution menjadi musuh bersama warga Melayu. Saya meyakini, Bobby Nasution dapat memahami kuatnya akar sosiologis Melayu di Medan,” jelasnya lagi.
Sebagai contoh, sambung Sakhyan, Pemko Medan dapat berkaca dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sebagai kota internasional yang multietnis, Jakarta tetap menghargai suku Betawi sebagai suku tempatan di Jakarta. Padahal saat ini, suku Betawi sudah tersingkir dari pusat kota, dan menjadi suku minoritas.
“Tapi Pemerintah DKI Jakarta tetap tidak menghilangkan akar sosiologis Betawi di Jakarta. Sebaliknya, adat istiadat Betawi justru menjadi nilai jual tersendiri bagi Jakarta. Harapan kami, adat istiadat Melayu juga dapat menjadi hal yang sama bagi Medan,” ujar Sakhyan.
Tak cuma Gapura Batas Kota Medan, Sakhyan juga berharap, agar Pemko Medan membuat nuansa Melayu di setiap gapura kecamatan hingga kelurahan.
“Gapura batas kecamatan dan kelurahan juga harus dibangun dengan ornamen Melayu. Medan memang kota multietnis, namun akar sosiologis Medan adalah suku Melayu,” katanya.
Sementara itu, Pemko Medan melalui Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Penataan Ruang (PKPPR) Kota Medan, Endar Sutan Lubis mengaku, tidak akan menghilangkan ciri khas Melayu pada setiap Gapura Batas Kota Medan yang saat ini tengah dikerjakan oleh pihak kontraktor.
Hanya saja, Pemko Medan memastikan, desain yang ditampilkan akan lebih modern dari desain sebelumnya yang hanya sekadar tugu biasa.
“Jadi nantinya enggak sekadar tugu lagi, tapi ada pedestriannya, lebih diindahkan, dirapikan, begitu. Jadi begitu masuk Medan, kesannya gak kumuh lagi. Gak sebatas tonggak ucapan selamat datang, tapi orang-orang bisa duduk dan nyantai di sana,” bebernya, Kamis (13/10) lalu.
Endar pun menjelaskan, apabila hapura tersebut sudah selesai dibangun, maka bentuknya akan jauh berbeda dari sebelumnya. Namun tentunya, dengan tidak menghilangkan ornamen Melayunya.
“Mungkin nanti berupa relif-relif, gak seperti rumah-rumah gitu (model gapura sebelumnya),” ujarnya meyakinkan.
Mengenai masukan dari berbagai pihak yang meminta Pemko Medan agar tidak menghilangkan ornamen Melayu pada gapura yang direvitalisasi, Endar pun menyarankan pihak-pihak terkait untuk melihat miniatur bentuk gapura yang akan direvitalisasi tersebut ke kantornya.
“Kami bongkar gapura itu terus menghilangkan identitas Melayu, ya tidak seperti itu pemikirannya. Kami kan mau menata supaya lebih indah. Masa sekelas kota metropolitan batas kotanya seperti itu. Pokoknya, nanti gapura selamat datang ada ruang terbuka publiknya,” pungkasnya. (map/saz)