Direktorat Reserse Narkoba Poldasu hingga kini terus melakukan pengembangan terhadap jaringan narkoba, terkait tertangkapnya Noerdin Muhammad Amin, warga Kramat Jati, Bekasi, yang membawa 7 kg sabu-sabu di Terminal Kedatangan Domestik Bandara Polonia Medan, Jumat (4/11) lalu.
Dit Narkoba Poldasu kini melakukan pengembangan kasus tersebut hingga ke Aceh. Seperti apa? Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos Adlansyah Nasution dengan Dir Narkoba Poldasu Kombes Pol Andjar Dewanto, kemarin.
Bagaiamana upaya pengejaran yang sudah dilakukan?
Sebelumnya, kita menyesalkan penangkapan tersebut cepat muncul di media, sehingga pengejaran kita terhadap pelaku yang menerima barang terputus di Jakarta. Begitupun, kita masih tetap melakukan pengembangan. Ya, kita tidak seberhasil seperti kasus ganja yang 50 kg itu. Karena kita lakukan pengembangan begitu seorang pelaku berhasil kita amankan.
Apakah ada kemungkinan pengejaran dihentikan?
Kalau sejauh ini, kita tak patah arang. Bahkan kita menurunkan tim untuk melakukan penyelusuran ke NAD untuk mengetahui rekam jejak tersangka yang diketahui juga sebagai warga Aceh. Tapi, begitulah memang seperti kasus-kasus narkoba lainnya, memang sulit dan sering matarantai terputus. Makanya kita serba salah, satu sisi wartawan ingin cepat-cepat mengekspos pemberitaan, tapi di sisi lain kita sedang melakukan pengembangan.
Seperti apa kualitas sabu-sabu yang diamankan itu?
Kalau barang bukti sabu-sabu yang diamankan dari tersangka merupakan sabu-sabu dengan kualitas nomor satu. Kita juga belum bisa memastikan, apakah sabu tersebut diproduksi di Medan atau Aceh. Tapi, tidak menuntup kemungkinan masuk dari luar negeri melalui jalur-jalur lain seperti laut dan darat. Itu memang butuh pembuktian.
Bagaimana cara memberantas para pengedar narkoba ini?
Ancaman narkoba dewasa ini memang cukup memprihatinkan. Apalagi para pengedar semakin kretaif agar narkoba bisa lolos ke Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Hal itu karena mudahnya narkoba masuk ke Medan, kita juga sudah berkordinasi untuk mengamati kondisi pintu masuk dari Port Klang, Malaysia. Ternyata memang pengawasan disana cukup lemah. Karenanya, kita benar-benar harus ekstra keras melakukan pengawasan. Ini kerja kita bersama agar generasi muda tetap terjaga.(*)