MEDAN-Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara (FK-UISU) di Jalan Sisingamangaraja Medan tampak sepi, Jumat (13/12). Tidak ada aktivitas belajar mengajar di dalam gedung. Pintu gerbang masuk dan keluar terlihat ditutup rapat dan dijaga sangat ketat oleh beberapa mahasiswa.
Siapa saja yang ingin masuk harus jelas keperluannya. Keadaan ini sudah berjalan selama 15 hari sebagai bentuk aksi menuntut Dekan FK UISUn
Rahmat Nasutionn untuk turun dari jabatannya.
Pantauan Sumut Pos, Jumat (13/12) beberapa ruangan baik itu ruang administrasi akademik, ruang pengarahan mahasiswa, ruang kelas dan beberapa ruang lainnya ditutup rapat dan ditempel kertas yang bertuliskan ‘Ruang Ini Ditutup Akan Dibuka Jika Tuntutan Mahasiswa Terpenuhi.’
Tidak ada aktivitas di FK UISU. Hanya ada beberapa mahasiswa yang terlihat bermain tenis meja dan duduk santai di halaman gedung. Mereka menggunakan Shift untuk menjaga kampusnya.
Pengakuan seorang mahasiswa UISU, Reza, tindakan ini dilakukan lantaran 5 tuntutan (Lihat Data) mahasiswa FK-UISU yang menggabungkan diri dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa (KAM FK UISU) tidak ditanggapi, khususnya oleh dekan, Rahmat Nasution. Aksi ini sebagai satu krisis kepercayaan mahasiswa terhadap penjabat di UISU.
“Kita lakukan ini, karena tuntutan kita tidak pernah dikabulkan. Aksi dan suara kita tidak pernah dideangar makanya kita pakai aksi seperti ini. Bahkan ini pun tidak juga dipedulikan, harusnya dekan menerima dengan lapang dadas kalau memang dia harus turun yah sudah turun saja,” ujarnya.
Masalah Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED), kata Reza, koopertis sebenarnya sudah bekerja sebagai moderator dengan mengirimkan perpanjangantangannya, Effendi Barus menjadi Wakil Rektor untuk mengatur di UISU Jalan Sisingamangaraja.
“Nah, kemudian dia telah menegur Dekan FK untuk patuh terhadap nota kesepahaman itu yang 11 September lalu, menjadi Wakil Dekan dan Dekannya adalah Dekan di Al Manar. Tapi dia (Rahmat Nasution) tetap tidak patuh, mungkin takut turun jabatan, masalah perut sejengkal ajanya ini,” ujar Reza.
Tambahnya, saat ini, pihaknya melakukan penutupan serta penjagaan gerbang agar tidak ada penyusup masuk bahkan pegawai atau karyawan pun dilarang masuk. “Kami buat shift jaga, karyawan atau pegawai yang masuk juga kita larang. Kita kasih mereka masuk tapi dengan syarat mereka bekerja untuk kepentingan penyatuan atau ikut mendukung,” katanya.
Dia berharap, para pemimpin universitas harus dapat menyatukan pikiran bukan malah memikirkan aset dan kekuasaan.
“Harusnya yang jadi mayoritas panyatuan konvensi ini, membicarakan penyatuan akademik bukan aset dan kepentingan pribadi, berapa banyak yang dirugikan, FK UISU mulai dari 2008 bermasalah, jumlahnya sampai saat ini menjapai 1.000 lebih. Harusnya ini dipikirkan, khususnya bagi Rahmat Nasution,” kata Reza.
Dikatakan Reza, pihaknya beberapa kali diajak berjuang bergabung dengan UISU Sisingamangaraja, namun mahasiswa FK menolak.
“Perjuangan kita memang sama, tapi kami berbeda dengan mereka. Beberapa mahasiswa di sana berjuang sudah dengan kepentingan, sementara kami murni untuk mahasiswa. Buktinya, Effendi barus diusir saat mau masuk ke UISU, padahal itu koopertis yang menyuru. Makanya, inilah UISU, banyak sekali kepentingan di dalamnya. Tapi kami tetap akan berjuang supaya jadi satu. UISU telah memberi banyak kepada kami,” katanya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh mahasiswa UISU di Almunawarrah yang juga tergabung dalam Persatuan Perjuangan Mahasiswa (PPM-UISU), Ahmad. Dia juga melihat adanya kepentingan pihak kampus dalam perjuangan mahasiswa.
“Sebagai mahasiwa, kita tidak boleh berpihak kemanapun karena secara legalitas UISU telah menjadi UISU Medan. Yang harus disikapi bersama adalah bagaimana mengawal proses penyatuan kampus agar tidak dimanfaatkan oleh elite-elite kampus yang tidak menginginkan proses penyatuan ini,” ujarnya. (put)