32 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Jangan Terjebak Seks Bebas

Hari Valentine di Medan

Direktur Biro Psikologi Persona, Irna Minauli mengatakan jika dilihat dari segi psikologi mereka yang merayakan valentine biasanya mereka yang memiliki kebutuhan afeksi (kasih sayang) yang sangat besar, sehingga mereka menyukai hal-hal yang bersifat romantis.

Biasanya, kata Irna, momen merah jambu ini diperingati kaum muda dengan bertukar kado atau memberikan cokelat dan seikat bunga tanda kasih sayang. Ada juga yang cukup dengan saling mengucapkan selamat ber- valentine. Mereka merasa mendapatkan momentum yang pas pada hari valentine ini.

“Hadiah-hadiah yang diberikan biasanya berupa cokelat yang juga dikenal sebagai aphroditism, makanan yang dapat meningkatkan gairah, bahkan ada juga yang memberi boneka pada pasangan mereka,” urainya.

Ditambahkan Irna, para remaja atau anak baru gede (ABG) biasanya yang lebih bersemangat merayakan valentine, karena kesempatan ini mereka gunakan untuk menyatakan cinta pada seseorang yang didambakannya. “Terlebih ketika mereka melihat bahwa banyak artis atau idola mereka yang juga merayakannya,” terang Irna.

Namun disayangkan, tidak sedikit remaja yang menyambut valentine dengan pesta yang menjurus ke arah seks bebas.
“Dampak negatif valentine ini banyak remaja yang merayakannya dalam romantisme cinta. Akibatnya, mereka melakukan hal-hal yang terlarang seperti free seks tanpa memikirkan masa depan mereka,” jelasnya.

Selain itu, tambah Irna, publikasi dari media turut menyuburkan kebiasaan perayaan valentine.
“Dari publikasi media, maka dikhawatirkan mereka nantinya akan lebih cepat berpacaran sehingga peluang terjadi kehamilan di luar nikah juga menjadi lebih besar,” terangnya.

Bahkan, saat ini anak-anak dibawak umur juga turut merayakan valentine. “Dampak negatif lainnya anak-anak menjadi lebih cepat matang. Tidak jarang kita lihat anak-anak SD juga sudah banyak merayakannya,” ungkap Irna.

Semua itu, sambungnya juga tergantung dari pola asuh orangtua. Dirayakan atau tidaknya valentine ini juga sangat tergantung pada kebiasaan dan kepercayaan masing-masing.

“Tergantung kepercayaan seseorang, apakah mau merayakan atau tidak. Tapi kita harap valenntine tidak menjadikan para remaja terjerumus ke arah yang tidak baik,” bebernya.

Anggota DPRD Medan Lily Tan mengatakan valentine diperingati sebagai hari kasih sayang kepada siapa saja terutama orangtua dan saudara.
“Peringatan valentine adalah wujud kasih sayang untuk semua, bukan cuma untuk orang yang berpacaran saja,” katanya.
Dikatakannya, melalui peringatan valentine diharapkan semua umat bisa saling menyayangi dengan menjaga kerukunan. Seperti dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan positif yang harus dibangun antar sesama umat.
“Kejadian kebakaran di Jalan AR Hakim bisa menjadi momen untuk mewujudkan kepedulian dengan sesama. Dengan menyisihkan uang membantu kegiatan amal seperti kebakaran bukti kita perduli, itu yang disebut cinta kasih,” jelasnya.

Kepala Kantor Kementrian Agama Medan, Iwan Zulhami mengatakan dari sisi agama, Islam tidak mengenal hari valentine.
“Kasih sayang bukan budaya Islam. Itu budaya agama lain yang diadopsi dunia barat,” ujarnya.

Karenanya, dia menyarankan generasi muda Islam untuk tidak ikut merayakan valentine karena Islam memang tidak mengenal peringatan tersebut.
Hal senada juga dikatakan Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jumadi. Bagi umat Islam tidak ada hari valentine.
“Tidak ada sejarahnya umat Islam merayakan valentine. Jadi kalau kita ikut merayakan, tidak ada nilai ibadahnya. Dampak negatifnya juga tidak ada bagi yang tidak merayakannya,” ujarnya.

Dalam Islam, peringatan satu perayaan tertentu sesuai dengan perintah nabi. “Rotasi kehidupan ada aturannya, tidak terlepas nilai-nilai ibadah, bagaimana untuk menjalankannya ada perintah seperti dicontohkan dari nabi,” katanya.

Gerakan Menutup Aurat

Puluhan mahasiswa muslimah Universitas Sumatera Utara (USU) yang tergabung dalam lembaga dakwah kampus, di bawah  Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Ad Dakwah (UKMI), melaksanakan hari gerakan menutup aurat Internasional di depan pintu IV kampus USU, Selasa (14/2).

Dalam gerakan tersebut sejumlah mahasiswa muslimah membagikan sedikitnya  300 jilbab kepada para wanita yang melintas di areal stan yang disediakan. Tujuan kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk menolak perayaan valentine yang sering dilakukan para kawula lewat kegiatan yang cenderung mengarah kepada kegiatan negatif dan melanggar norma.

“Kenapa kita peringati pada tanggal 14 Februari, ini sengaja dilakukan untuk merubah mindset masyarakat yang menganggap tanggal 14 Februari adalah hari kasih sayang. Padahal tidak ada agama manapun yang mengharuskan merayakan valentine. Seharusnya kasih sayang tidak hanya diungkapkan pada hari tertentu saja melainkan bisa setiap hari. Bahkan kita menilai valentine ini justru lebih menguntungkan industri,”ungkap Reviana, mahasiswi Teknik Kimia USU sekaligus kordinator aksi di lokasi Kampus USU saat ditemui, Selasa (14/2).

Manfaat gerakan menutup aurat ini juga bisa menjauhi dari perbuatan-perbuatan yang menyalahi ajaran agama, etika dan budaya.
“Banyak orang terutama kawula muda menyalah artikan dalam penyampaian kasih sayang dengan kegiatan-kegiatan melanggar norma agama seperti zinah dan sebagainya. Untuk menghindari hal-hal negatif salah satunya dengan menutup aurat dan ini juga dilakukan di beberapa negara lainnya seperti Hongkong, Jerman, dan Malaysia,  namun dengan konsep yang berbeda ,”terangnya.

Kegiatan gerakan menutup aurat ini menurut pengakuan Reviana, baru pertama kalinya dilaksanakan di Kota Medan dan merupakan pengembangan dari beberapa daerah yang telah melakukannya sejak beberapa tahun belakangan.
Bahkan gerakan ini nantinya akan menjadi agenda tahunan bagi UKMI.

Untuk konsepnya, bilang Reviana, para aktivis muslim dan muslimah yang tergabung dalam lembaga dakwah kampus USU dan melibatkan masyarakat, dosen, serta civitas akademika kampus  mengumpulkan jilbab serta uang yang akan dibelikan jilbab untuk dibagikan kepada masyarakat secara gratis.
“Dalam kegiatan ini kita mengumpulkan sekitar 300 jilbab untuk dibagikan lewat stand yang kita siapkan yakni di Pintu IV kampus USU, Simpang Kolam Renang Selayang, Merdeka Walk dan Stadion Teladan. Bahkan di setiap stan, kita juga mensosialisasikan kepada masyarakat tentang manfaat dan bagaimana cara menggunakan jilbab yang baik dan benar,”sebut Reviana.

Di penghujung kegiatan seluruh kader UKMI akan berkumpul di depan pintu I kampus USU, untuk berorasi mengenai maksud dan tujuan dari gerakan menutup aurat yang mereka lakukan.(uma/adl/mag-11))

 

Hari Valentine di Medan

Direktur Biro Psikologi Persona, Irna Minauli mengatakan jika dilihat dari segi psikologi mereka yang merayakan valentine biasanya mereka yang memiliki kebutuhan afeksi (kasih sayang) yang sangat besar, sehingga mereka menyukai hal-hal yang bersifat romantis.

Biasanya, kata Irna, momen merah jambu ini diperingati kaum muda dengan bertukar kado atau memberikan cokelat dan seikat bunga tanda kasih sayang. Ada juga yang cukup dengan saling mengucapkan selamat ber- valentine. Mereka merasa mendapatkan momentum yang pas pada hari valentine ini.

“Hadiah-hadiah yang diberikan biasanya berupa cokelat yang juga dikenal sebagai aphroditism, makanan yang dapat meningkatkan gairah, bahkan ada juga yang memberi boneka pada pasangan mereka,” urainya.

Ditambahkan Irna, para remaja atau anak baru gede (ABG) biasanya yang lebih bersemangat merayakan valentine, karena kesempatan ini mereka gunakan untuk menyatakan cinta pada seseorang yang didambakannya. “Terlebih ketika mereka melihat bahwa banyak artis atau idola mereka yang juga merayakannya,” terang Irna.

Namun disayangkan, tidak sedikit remaja yang menyambut valentine dengan pesta yang menjurus ke arah seks bebas.
“Dampak negatif valentine ini banyak remaja yang merayakannya dalam romantisme cinta. Akibatnya, mereka melakukan hal-hal yang terlarang seperti free seks tanpa memikirkan masa depan mereka,” jelasnya.

Selain itu, tambah Irna, publikasi dari media turut menyuburkan kebiasaan perayaan valentine.
“Dari publikasi media, maka dikhawatirkan mereka nantinya akan lebih cepat berpacaran sehingga peluang terjadi kehamilan di luar nikah juga menjadi lebih besar,” terangnya.

Bahkan, saat ini anak-anak dibawak umur juga turut merayakan valentine. “Dampak negatif lainnya anak-anak menjadi lebih cepat matang. Tidak jarang kita lihat anak-anak SD juga sudah banyak merayakannya,” ungkap Irna.

Semua itu, sambungnya juga tergantung dari pola asuh orangtua. Dirayakan atau tidaknya valentine ini juga sangat tergantung pada kebiasaan dan kepercayaan masing-masing.

“Tergantung kepercayaan seseorang, apakah mau merayakan atau tidak. Tapi kita harap valenntine tidak menjadikan para remaja terjerumus ke arah yang tidak baik,” bebernya.

Anggota DPRD Medan Lily Tan mengatakan valentine diperingati sebagai hari kasih sayang kepada siapa saja terutama orangtua dan saudara.
“Peringatan valentine adalah wujud kasih sayang untuk semua, bukan cuma untuk orang yang berpacaran saja,” katanya.
Dikatakannya, melalui peringatan valentine diharapkan semua umat bisa saling menyayangi dengan menjaga kerukunan. Seperti dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan positif yang harus dibangun antar sesama umat.
“Kejadian kebakaran di Jalan AR Hakim bisa menjadi momen untuk mewujudkan kepedulian dengan sesama. Dengan menyisihkan uang membantu kegiatan amal seperti kebakaran bukti kita perduli, itu yang disebut cinta kasih,” jelasnya.

Kepala Kantor Kementrian Agama Medan, Iwan Zulhami mengatakan dari sisi agama, Islam tidak mengenal hari valentine.
“Kasih sayang bukan budaya Islam. Itu budaya agama lain yang diadopsi dunia barat,” ujarnya.

Karenanya, dia menyarankan generasi muda Islam untuk tidak ikut merayakan valentine karena Islam memang tidak mengenal peringatan tersebut.
Hal senada juga dikatakan Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jumadi. Bagi umat Islam tidak ada hari valentine.
“Tidak ada sejarahnya umat Islam merayakan valentine. Jadi kalau kita ikut merayakan, tidak ada nilai ibadahnya. Dampak negatifnya juga tidak ada bagi yang tidak merayakannya,” ujarnya.

Dalam Islam, peringatan satu perayaan tertentu sesuai dengan perintah nabi. “Rotasi kehidupan ada aturannya, tidak terlepas nilai-nilai ibadah, bagaimana untuk menjalankannya ada perintah seperti dicontohkan dari nabi,” katanya.

Gerakan Menutup Aurat

Puluhan mahasiswa muslimah Universitas Sumatera Utara (USU) yang tergabung dalam lembaga dakwah kampus, di bawah  Unit Kegiatan Mahasiswa Islam Ad Dakwah (UKMI), melaksanakan hari gerakan menutup aurat Internasional di depan pintu IV kampus USU, Selasa (14/2).

Dalam gerakan tersebut sejumlah mahasiswa muslimah membagikan sedikitnya  300 jilbab kepada para wanita yang melintas di areal stan yang disediakan. Tujuan kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk menolak perayaan valentine yang sering dilakukan para kawula lewat kegiatan yang cenderung mengarah kepada kegiatan negatif dan melanggar norma.

“Kenapa kita peringati pada tanggal 14 Februari, ini sengaja dilakukan untuk merubah mindset masyarakat yang menganggap tanggal 14 Februari adalah hari kasih sayang. Padahal tidak ada agama manapun yang mengharuskan merayakan valentine. Seharusnya kasih sayang tidak hanya diungkapkan pada hari tertentu saja melainkan bisa setiap hari. Bahkan kita menilai valentine ini justru lebih menguntungkan industri,”ungkap Reviana, mahasiswi Teknik Kimia USU sekaligus kordinator aksi di lokasi Kampus USU saat ditemui, Selasa (14/2).

Manfaat gerakan menutup aurat ini juga bisa menjauhi dari perbuatan-perbuatan yang menyalahi ajaran agama, etika dan budaya.
“Banyak orang terutama kawula muda menyalah artikan dalam penyampaian kasih sayang dengan kegiatan-kegiatan melanggar norma agama seperti zinah dan sebagainya. Untuk menghindari hal-hal negatif salah satunya dengan menutup aurat dan ini juga dilakukan di beberapa negara lainnya seperti Hongkong, Jerman, dan Malaysia,  namun dengan konsep yang berbeda ,”terangnya.

Kegiatan gerakan menutup aurat ini menurut pengakuan Reviana, baru pertama kalinya dilaksanakan di Kota Medan dan merupakan pengembangan dari beberapa daerah yang telah melakukannya sejak beberapa tahun belakangan.
Bahkan gerakan ini nantinya akan menjadi agenda tahunan bagi UKMI.

Untuk konsepnya, bilang Reviana, para aktivis muslim dan muslimah yang tergabung dalam lembaga dakwah kampus USU dan melibatkan masyarakat, dosen, serta civitas akademika kampus  mengumpulkan jilbab serta uang yang akan dibelikan jilbab untuk dibagikan kepada masyarakat secara gratis.
“Dalam kegiatan ini kita mengumpulkan sekitar 300 jilbab untuk dibagikan lewat stand yang kita siapkan yakni di Pintu IV kampus USU, Simpang Kolam Renang Selayang, Merdeka Walk dan Stadion Teladan. Bahkan di setiap stan, kita juga mensosialisasikan kepada masyarakat tentang manfaat dan bagaimana cara menggunakan jilbab yang baik dan benar,”sebut Reviana.

Di penghujung kegiatan seluruh kader UKMI akan berkumpul di depan pintu I kampus USU, untuk berorasi mengenai maksud dan tujuan dari gerakan menutup aurat yang mereka lakukan.(uma/adl/mag-11))

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru