26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

17 Tahun Turun ke Jalan Jadi Peminta-minta demi Uang Operasi

Butuh Bantuan, Penderita Hernia

Bermodalkan sebuah kardus yang bertuliskan harapan bantuan untuk operasi, Khairul Nasution menyapa pengendara. Pria 57 tahun itu menyusuri jalan raya, meminta-meminta kepada para pengendara di persimpangan lampu merah.

Kesuma Ramadhan, Medan

Jumat (19/10) lalu, dia ‘ngetem’ di Jalan Perintis Kemerdekaan, tepatnya di lampu merah depan Universitas HKBP Nommensen Medan.
Bapak enam anak itu rela menahan panas matahari serta guyuran hujan demi mendapatkan belas kasih dari para pengguna jalan. Ketika dihampiri, warga Bandar Selamat, Gang Adil, Kecamatan Medan Tembung itu mengisahkan maksud tulisan di kardus yang dipegangnya.

Ia menderita penyakit hernia. Awal penyakit yang dideritanya, mulai dirasakan sejak 1995 silam. “Waktu itu, gejalanya masih kecil. Jadi saya tidak terlalu peduli. Namanya juga orang susah, sakit itu sudah langganan,” tuturnya.

Tahun 1998, hernia yang diderita Khairul kian membesar. Alhasil, profesinya sebagai penarik becak dayung ia tinggalkan.
Tidak ingin terlarut dan menjadi cemoohan orang karena tak miliki biaya untuk menyewa rumah, akhirnya Khairul mengambil jalan pintas dengan cara meminta-minta di jalan.

“Dulu saya sering diusir orang karena enggak sanggup bayar sewa rumah. Alhamdulillah, setelah saya di jalanan, saya bisa membayar sewa rumah Rp650ribu perbulannya. Saat ini Saya menyewa sebuah kamar untuk empat orang, termasuk saya dan dua anak saya,” ujarnya.

Saat ditanyai perihal anaknya, Khairul sedikit kecewa. “Anak saya banyak. Saya punya enam anak, dua sudah menikah. Kalau menurut orang, banyak anak itu seperti main judi. Ketika menang, saya senang. Tapi kalau kalah, ya seperti ini,” jawabnya polos.

Bahkan, dirinya enggan menjawab saat ditanya mengenai pekerjaan anaknya itu. Dia hanya mengakui jika salahsatu anaknya berada di Jakarta dan telah menikah serta memiliki pekerjaan yang layak.

“Beginilah, hanya Tuhanlah yang tahu, saya hanya berdoa, nasibnya tidak seperti saya. Kalau saya tinggal pensiun dari hidup sajanya,” ungkapnya.
Menurut pengakuannya, meminta dijalanan, sudah dilakoni sejak Agustus 2012 lalu. Sukurnya bilang Khairul, masih banyak orang yang masih peduli dengan dirinya, khususnya warga keturunan.

“Saya bertekad, dengan keikhlasan orang, tidak akan saya sia-siakan,” ujarnya.

Meminta-minta sendiri, bukanlah kehendaknya. Namun langkah itu diambilnya untuk bisa bertahan dibalik ketidak pedulian keluarganya. Jangankan bekerja, berjalan saja Khairul kesulitan karena  hernianya yang semakin membesar. Setidaknya kini dia harus menanggung beban enam kilogram atas derita hernianya.

Walaupun begitu, dari pengakuannya, sudah banyak dermawan yang berniat membantu operasinya. Baik dari kalangan akademisi, dokter hingga anggota dewan.

Bukannya menolak, tapi Khairul takut setelah operasi nantinya tidak ada yang menanggung beban hidup keluarganya. Karena hingga kini Khairul masih menjadi tulang punggung keluarga.

“Sebenarnya sudah banyak yang ingin membantu untuk mengoperasi saya. Tapi, siapa yang mau menanggung hidup saya setelah saya dioperasi, dan dimana saya akan tinggal serta dari mana uang saya untuk makan dan beli obat. Makanya saya berpikir jangka panjang,” sebutnya.
Untuk tetap bertahan dengan kondisi seperti itu, seminggu sekali, Khairul tetap pergi ke dokter untuk minta disuntik.

Hal itu dilakukannya agar penyakitnya tidak mengalami infeksi. Pasalnya penyakit Hernia yang dideritnya sudah mengalami pembusukan serta usus dan kotorannya berada di kemaluannya.

Ya, kini Khairul memiliki tekad akan menghentikan profesi sebagai peminta-peminta setelah dana yang dikumpulkannya mampu menghidupinya pasca menjalani operasi nanti.

“Beberapa bulan lagi mungkin saya akan berhenti dan akan naik kemeja operasi. Semoga saja keinginan saya bisa terwujud,” ucap Khairul yang enggan menyebutkan jumlah uang yang telah dikumpulkannya saat ini. (uma)

Butuh Bantuan, Penderita Hernia

Bermodalkan sebuah kardus yang bertuliskan harapan bantuan untuk operasi, Khairul Nasution menyapa pengendara. Pria 57 tahun itu menyusuri jalan raya, meminta-meminta kepada para pengendara di persimpangan lampu merah.

Kesuma Ramadhan, Medan

Jumat (19/10) lalu, dia ‘ngetem’ di Jalan Perintis Kemerdekaan, tepatnya di lampu merah depan Universitas HKBP Nommensen Medan.
Bapak enam anak itu rela menahan panas matahari serta guyuran hujan demi mendapatkan belas kasih dari para pengguna jalan. Ketika dihampiri, warga Bandar Selamat, Gang Adil, Kecamatan Medan Tembung itu mengisahkan maksud tulisan di kardus yang dipegangnya.

Ia menderita penyakit hernia. Awal penyakit yang dideritanya, mulai dirasakan sejak 1995 silam. “Waktu itu, gejalanya masih kecil. Jadi saya tidak terlalu peduli. Namanya juga orang susah, sakit itu sudah langganan,” tuturnya.

Tahun 1998, hernia yang diderita Khairul kian membesar. Alhasil, profesinya sebagai penarik becak dayung ia tinggalkan.
Tidak ingin terlarut dan menjadi cemoohan orang karena tak miliki biaya untuk menyewa rumah, akhirnya Khairul mengambil jalan pintas dengan cara meminta-minta di jalan.

“Dulu saya sering diusir orang karena enggak sanggup bayar sewa rumah. Alhamdulillah, setelah saya di jalanan, saya bisa membayar sewa rumah Rp650ribu perbulannya. Saat ini Saya menyewa sebuah kamar untuk empat orang, termasuk saya dan dua anak saya,” ujarnya.

Saat ditanyai perihal anaknya, Khairul sedikit kecewa. “Anak saya banyak. Saya punya enam anak, dua sudah menikah. Kalau menurut orang, banyak anak itu seperti main judi. Ketika menang, saya senang. Tapi kalau kalah, ya seperti ini,” jawabnya polos.

Bahkan, dirinya enggan menjawab saat ditanya mengenai pekerjaan anaknya itu. Dia hanya mengakui jika salahsatu anaknya berada di Jakarta dan telah menikah serta memiliki pekerjaan yang layak.

“Beginilah, hanya Tuhanlah yang tahu, saya hanya berdoa, nasibnya tidak seperti saya. Kalau saya tinggal pensiun dari hidup sajanya,” ungkapnya.
Menurut pengakuannya, meminta dijalanan, sudah dilakoni sejak Agustus 2012 lalu. Sukurnya bilang Khairul, masih banyak orang yang masih peduli dengan dirinya, khususnya warga keturunan.

“Saya bertekad, dengan keikhlasan orang, tidak akan saya sia-siakan,” ujarnya.

Meminta-minta sendiri, bukanlah kehendaknya. Namun langkah itu diambilnya untuk bisa bertahan dibalik ketidak pedulian keluarganya. Jangankan bekerja, berjalan saja Khairul kesulitan karena  hernianya yang semakin membesar. Setidaknya kini dia harus menanggung beban enam kilogram atas derita hernianya.

Walaupun begitu, dari pengakuannya, sudah banyak dermawan yang berniat membantu operasinya. Baik dari kalangan akademisi, dokter hingga anggota dewan.

Bukannya menolak, tapi Khairul takut setelah operasi nantinya tidak ada yang menanggung beban hidup keluarganya. Karena hingga kini Khairul masih menjadi tulang punggung keluarga.

“Sebenarnya sudah banyak yang ingin membantu untuk mengoperasi saya. Tapi, siapa yang mau menanggung hidup saya setelah saya dioperasi, dan dimana saya akan tinggal serta dari mana uang saya untuk makan dan beli obat. Makanya saya berpikir jangka panjang,” sebutnya.
Untuk tetap bertahan dengan kondisi seperti itu, seminggu sekali, Khairul tetap pergi ke dokter untuk minta disuntik.

Hal itu dilakukannya agar penyakitnya tidak mengalami infeksi. Pasalnya penyakit Hernia yang dideritnya sudah mengalami pembusukan serta usus dan kotorannya berada di kemaluannya.

Ya, kini Khairul memiliki tekad akan menghentikan profesi sebagai peminta-peminta setelah dana yang dikumpulkannya mampu menghidupinya pasca menjalani operasi nanti.

“Beberapa bulan lagi mungkin saya akan berhenti dan akan naik kemeja operasi. Semoga saja keinginan saya bisa terwujud,” ucap Khairul yang enggan menyebutkan jumlah uang yang telah dikumpulkannya saat ini. (uma)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/