25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Menko Ekonomi Tinjau Inalum, Kualatanjung, dan Tol Medan-Binjai, Gubsu Sarankan Produksi Mesin dan Velg di Sumut

TINJAU: Menko Perekonomian Darmin Nasution didampingi Gubsu Edy Rahmayadi meninjau pabrik peleburan aluminum PT Inalum di Kabupaten Batubara, Kamis (13/2).

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Menteri Perekonomian Darmin Nasution bersama Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi meninjau pabrik peleburan Aluminum PT Inalum dan Pelabuhan Kualatanjung, Kabupaten Batubara, Kamis (13/2). Dalam kunjungan tersebut, peningkatan produksi dan layanan terus didorong.

Menko Darmin mengharapkan PT Inalum yang kini telah menjadi BUMN dapat terus berkembang dan meningkatkan produksi aluminium. Sebagaimana diketahui, perusahaan ini menghasilkan produk berupa Aluminium Ingot, Aluminium Billet dan Aluminium Foundry Alloyn

Saat kunjungan tersebut, Darmin melihat proses pengolahan aluminium menjadi berbagai produk bahan baku untuk dijadikan berbagai kebutuhan. Termasuk juga hasil produksi hilir, dimana proses reduksi menggunakan alumina, karbon dan listrik sebagai material utama.

Usai mengunjungi pabrik diversifikasi/peleburan aluminium, Darmin bersama Gubsu, jajaran Kemenko Perekonomian, Direksi PT Inalum dan PT Pelindo 1 meninjau operasional pelabuhan Kualatanjung yang berada di dekat lokasi industri.

Gubsu Edy Rahmayadi menyebutkan Inalum, Pelabuhan Kualatanjung dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei merupakan potensi pengembangan industri dan perekonomian. Karenanya, perlu ada peningkatan kapasitas produksi bagi PT Inalum dan pelayanan kepelabuhanan khususnya peti kemas. “Harus nambah produksinya. Karena sudah ada pelabuhan (Kualatanjung) dan kawasan ekonomi (KEK Sei Mangke),” ujarnya

Edy juga menyarankan kepada PT Inalum agar produksi bahan aluminium untuk kebutuhan otomotif, seperti mesin dan velg dilakukan di Kabupaten Batubara. Sehingga memberikan dampak ekonomi yang lebih besar bagi daerah ini. Hal ini menyikapi telah ditandatanganinya MoU PT Inalum-PT Toyota Motors Manufacturing Indonesia (TMMIN) di pabrik peleburan Aluminium Kuala Tanjung, Batubara, kemarin.

Kerja sama PT Inalum (persero) dengan PT TMMIN antara lain bertujuan untuk mengembangkan bahan baku velg. Termasuk studi kelayakan, pengecekan komposisi unsur kimia, struktur metalurgi, hasil pengecoran ingot, evaluasi material, hingga persiapan produksi massal.

Pada kesempatan itu, Edy Rahmayadi menyarankan, bila perlu produksi body, mesin dan velg yang menjadi langkah kerjasama/MoU antara keduanya itu bisa dilakukan di Sumut, khususnya di Kuala Tanjung, Batubara. “Kenapa tidak di Sumut saja, kok harus jauh ke Karawang buatnya? Kan kalau di sini lebih murah biaya produksinya,” saran Gubsu.

Sebelumnya, Menko Perekonomian Darmin menyebutkan bahwa penggunaan aluminium sebagai bahan dasar pembuatan mesin mobil disebutkan dapat mengurangi berat kendaraan dan secara otomatis menghemat bahan bakar. Karena itu pemerintah mendorong agar produksi untuk kebutuhan otomotif ini bisa ditingkatkan. Apalagi jika produsennya adalah perusahaan dalam negeri seperti PT Inalum yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Saya sudah bilang, supaya yang digunakan itu dari Inalum. Karena kalau pakai aluminium dia (kendaraan) lebih ringan,” ujar Darmin saat dijelaskan bagaimana kerja sama yang sudah dibangun selama ini antara PT Inalum dengan PT TMMIN dalam hal penggunaan produk aluminium.

Menjawab itu, Presiden Direktur PT TMMIN Warih Andang Tjahjono menjelaskan, perusahaan mereka telah menggunakan velg berbahan aluminium alloy untuk produksi velg mobil Toyota jenis Fortuner, Innova dan Sienta. Namun meskipun bahannya dari PT Inalum, produksinya masih berada di Pulau Jawa.

Ke depan pihaknya merencanakan produksi body mesin untuk mobil Toyota Kijang Innova menggunakan aluminium alloy sebagai bahan dasar yang lebih ringan dari besi yang biasa digunakan selama ini. Selain itu katanya, aluminium tidak rentan terhadap korosif atau berkarat. Sehingga jauh lebih awet.

Usai mendengarkan penjelasan pihak PT TMMIN dan Inalum terkait kerjasama dan produksi aluminium menjadi berbagai bahan kebutuhan otomotif, serta lainnya, Gubsu bersama Menteri Perekonomian pun ikut menyaksikan penandatanganan MoU antara kedua perusahaan tersebut. Selain Direktur Utama Budi Gunadi Sadikin, hadir juga jajaran direksi PT Inalum yang lain.

Tinjau Tol Medan-Binjai

Sebelumnya, rombongan Menko Perekonomian Darmin Nasution beserta Gubsu meninjau proyek pembangunan Jalan Tol Medan–Binjai Seksi I (Helvetia-Tanjung Mulia). Jalan Tol Seksi I sepanjang 6,071 Km itu diharapkan segera rampung.

Darmin menyampaikan, kunjungannya ke proyek tersebut untuk melihat secara langsung sudah sejauh mana progres pembangunan jalan tol itu. Karena, sesuai dengan informasi yang didapat menyebutkan, pembangunan jalan Tol Medan-Binjai terkendala pembebasan lahan yang belum clear.

“Pembebasan Tol Medan-Binjai selama ini mengalami kendala gugatan perdata menggunakan grandsultan palsu. Saya mau dengar dari Kajatisu sudah sejauh mana proses hukumnya. Karena ini persoalan gugat menggugat,” ujarnya.

Sementara Gubsu pada kesempatan itu mengharapkan agar Tol Medan-Binjai pada Seksi I Tanjung Mulia-Helvetia segera diselesaikan. Karena itu, berbagai kendala yang menghambat diharapkannya dapat segera diselesaikan. “Untuk itu, pak menteri undang Gubernur, Kapoldasu, Pangdam dan Kajatisu untuk rapat di Jakarta dan juga kementerian terkait seperti menteri ATR/BPN, BUMN, dan PUPR. Jangan sampai kalah negara dengan penggugat,” tegasnya.

Menurutnya pengoperasian Jalan Tol Medan-Binjai sangat dibutuhkan masyarakat Sumut. Selain untuk mengurai kemacetan arus lalu lintas, juga untuk meningkatkan mobilitas dan aksesbilitas orang dan barang, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. “Waktu kita menuju kemari tadi dengan pak menteri, jalanan macet banyak truk yang ngantri. Kalau Jalan tol Medan-Binjai ini selesai sudah tentu tidak semacet tadi,” katanya.

Diketahui, ruas Tol Medan-Binjai terdiri dari tiga seksi. Seksi I (Tanjung Mulia – Helvetia) sepanjang 6,071 Km, Seksi II (Helvetia – Sei Semayang) sepanjang 9,051 Km dan Seksi III (Sei Semayang-Binjai) sepanjang 10,319 Km. Untuk Seksi II dan III sudah selesai 100% dan mulai beroperasi akhir 2018. Sedangkan untuk Seksi I, hingga kini belum rampung sekitar 700 meter lagi, karena yang masih terkendala pembebasan lahannya. (prn)

TINJAU: Menko Perekonomian Darmin Nasution didampingi Gubsu Edy Rahmayadi meninjau pabrik peleburan aluminum PT Inalum di Kabupaten Batubara, Kamis (13/2).

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Menteri Perekonomian Darmin Nasution bersama Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi meninjau pabrik peleburan Aluminum PT Inalum dan Pelabuhan Kualatanjung, Kabupaten Batubara, Kamis (13/2). Dalam kunjungan tersebut, peningkatan produksi dan layanan terus didorong.

Menko Darmin mengharapkan PT Inalum yang kini telah menjadi BUMN dapat terus berkembang dan meningkatkan produksi aluminium. Sebagaimana diketahui, perusahaan ini menghasilkan produk berupa Aluminium Ingot, Aluminium Billet dan Aluminium Foundry Alloyn

Saat kunjungan tersebut, Darmin melihat proses pengolahan aluminium menjadi berbagai produk bahan baku untuk dijadikan berbagai kebutuhan. Termasuk juga hasil produksi hilir, dimana proses reduksi menggunakan alumina, karbon dan listrik sebagai material utama.

Usai mengunjungi pabrik diversifikasi/peleburan aluminium, Darmin bersama Gubsu, jajaran Kemenko Perekonomian, Direksi PT Inalum dan PT Pelindo 1 meninjau operasional pelabuhan Kualatanjung yang berada di dekat lokasi industri.

Gubsu Edy Rahmayadi menyebutkan Inalum, Pelabuhan Kualatanjung dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei merupakan potensi pengembangan industri dan perekonomian. Karenanya, perlu ada peningkatan kapasitas produksi bagi PT Inalum dan pelayanan kepelabuhanan khususnya peti kemas. “Harus nambah produksinya. Karena sudah ada pelabuhan (Kualatanjung) dan kawasan ekonomi (KEK Sei Mangke),” ujarnya

Edy juga menyarankan kepada PT Inalum agar produksi bahan aluminium untuk kebutuhan otomotif, seperti mesin dan velg dilakukan di Kabupaten Batubara. Sehingga memberikan dampak ekonomi yang lebih besar bagi daerah ini. Hal ini menyikapi telah ditandatanganinya MoU PT Inalum-PT Toyota Motors Manufacturing Indonesia (TMMIN) di pabrik peleburan Aluminium Kuala Tanjung, Batubara, kemarin.

Kerja sama PT Inalum (persero) dengan PT TMMIN antara lain bertujuan untuk mengembangkan bahan baku velg. Termasuk studi kelayakan, pengecekan komposisi unsur kimia, struktur metalurgi, hasil pengecoran ingot, evaluasi material, hingga persiapan produksi massal.

Pada kesempatan itu, Edy Rahmayadi menyarankan, bila perlu produksi body, mesin dan velg yang menjadi langkah kerjasama/MoU antara keduanya itu bisa dilakukan di Sumut, khususnya di Kuala Tanjung, Batubara. “Kenapa tidak di Sumut saja, kok harus jauh ke Karawang buatnya? Kan kalau di sini lebih murah biaya produksinya,” saran Gubsu.

Sebelumnya, Menko Perekonomian Darmin menyebutkan bahwa penggunaan aluminium sebagai bahan dasar pembuatan mesin mobil disebutkan dapat mengurangi berat kendaraan dan secara otomatis menghemat bahan bakar. Karena itu pemerintah mendorong agar produksi untuk kebutuhan otomotif ini bisa ditingkatkan. Apalagi jika produsennya adalah perusahaan dalam negeri seperti PT Inalum yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Saya sudah bilang, supaya yang digunakan itu dari Inalum. Karena kalau pakai aluminium dia (kendaraan) lebih ringan,” ujar Darmin saat dijelaskan bagaimana kerja sama yang sudah dibangun selama ini antara PT Inalum dengan PT TMMIN dalam hal penggunaan produk aluminium.

Menjawab itu, Presiden Direktur PT TMMIN Warih Andang Tjahjono menjelaskan, perusahaan mereka telah menggunakan velg berbahan aluminium alloy untuk produksi velg mobil Toyota jenis Fortuner, Innova dan Sienta. Namun meskipun bahannya dari PT Inalum, produksinya masih berada di Pulau Jawa.

Ke depan pihaknya merencanakan produksi body mesin untuk mobil Toyota Kijang Innova menggunakan aluminium alloy sebagai bahan dasar yang lebih ringan dari besi yang biasa digunakan selama ini. Selain itu katanya, aluminium tidak rentan terhadap korosif atau berkarat. Sehingga jauh lebih awet.

Usai mendengarkan penjelasan pihak PT TMMIN dan Inalum terkait kerjasama dan produksi aluminium menjadi berbagai bahan kebutuhan otomotif, serta lainnya, Gubsu bersama Menteri Perekonomian pun ikut menyaksikan penandatanganan MoU antara kedua perusahaan tersebut. Selain Direktur Utama Budi Gunadi Sadikin, hadir juga jajaran direksi PT Inalum yang lain.

Tinjau Tol Medan-Binjai

Sebelumnya, rombongan Menko Perekonomian Darmin Nasution beserta Gubsu meninjau proyek pembangunan Jalan Tol Medan–Binjai Seksi I (Helvetia-Tanjung Mulia). Jalan Tol Seksi I sepanjang 6,071 Km itu diharapkan segera rampung.

Darmin menyampaikan, kunjungannya ke proyek tersebut untuk melihat secara langsung sudah sejauh mana progres pembangunan jalan tol itu. Karena, sesuai dengan informasi yang didapat menyebutkan, pembangunan jalan Tol Medan-Binjai terkendala pembebasan lahan yang belum clear.

“Pembebasan Tol Medan-Binjai selama ini mengalami kendala gugatan perdata menggunakan grandsultan palsu. Saya mau dengar dari Kajatisu sudah sejauh mana proses hukumnya. Karena ini persoalan gugat menggugat,” ujarnya.

Sementara Gubsu pada kesempatan itu mengharapkan agar Tol Medan-Binjai pada Seksi I Tanjung Mulia-Helvetia segera diselesaikan. Karena itu, berbagai kendala yang menghambat diharapkannya dapat segera diselesaikan. “Untuk itu, pak menteri undang Gubernur, Kapoldasu, Pangdam dan Kajatisu untuk rapat di Jakarta dan juga kementerian terkait seperti menteri ATR/BPN, BUMN, dan PUPR. Jangan sampai kalah negara dengan penggugat,” tegasnya.

Menurutnya pengoperasian Jalan Tol Medan-Binjai sangat dibutuhkan masyarakat Sumut. Selain untuk mengurai kemacetan arus lalu lintas, juga untuk meningkatkan mobilitas dan aksesbilitas orang dan barang, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. “Waktu kita menuju kemari tadi dengan pak menteri, jalanan macet banyak truk yang ngantri. Kalau Jalan tol Medan-Binjai ini selesai sudah tentu tidak semacet tadi,” katanya.

Diketahui, ruas Tol Medan-Binjai terdiri dari tiga seksi. Seksi I (Tanjung Mulia – Helvetia) sepanjang 6,071 Km, Seksi II (Helvetia – Sei Semayang) sepanjang 9,051 Km dan Seksi III (Sei Semayang-Binjai) sepanjang 10,319 Km. Untuk Seksi II dan III sudah selesai 100% dan mulai beroperasi akhir 2018. Sedangkan untuk Seksi I, hingga kini belum rampung sekitar 700 meter lagi, karena yang masih terkendala pembebasan lahannya. (prn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/