Juli Ramadhani Rambe, Medan
Gatot Pujo Nugroho pernah gagal dilantik menjadi gubernur defenitif pada 28 Februari lalu. Tak ingin kejadian serupa terulang, berbagai kegiatan dan persiapan dilakoninya.Seperti apa?
Peristiwa Kamis kelabu, (28/2) lalu, tidak mudah untuk dilupakan. Hari itu, uang rakyat senilai Rp168 juta dari APBD Sumatera Utara terbuang sia-sia. Dana itu untuk biaya perjalanan dinas (Surat Perintah Perjalanan Dinas/n SPPD) 15 anggota DPRD, 2 Wakil Ketua DPRD Sumut dan 16 staf dan pegawai Sekretariat Dewan (Sekwan) yang menghadiri pelantikan tersebut.
Belum lagi biaya lain-lain yang disiapkan untuk mendukung kegiatan tersebut di Kantor Kementerian Dalam Negeri di Jakarta. Di atas banyaknya rupiah yang terbuang percuma, rasa malu akibat tak sinkronnya komunikasi legislatif dan eksekutif di Sumut, menjadi beban tambahan.
Sebagai orang yang berkepentingan langsung, Gatot Pujo Nugroho tentunya punya kepentingan sangat besar. Undangan sudah disebar. Kabar telah dihembuskan. Bila pelantikan Kamis, 14 Maret kembali gagal, bukan hanya pemborosan uang rakyat. Malunya pasti berlipat.
Berbagai latar belakang tersebut membuat Gatot melakukan berbagai persiapan. Selain masalah teknis, faktor nonteknis dijalankan sebaik-baiknya.
Sesaat sebelum dilantik sebagai gubernur definitif, Gatot pun melakukan berbagai kegiatan keagamaan.
Mulai dari Salat Dhuha bersama keluarga, witir, dan zhikir. “Salat Dhuhanya dengan menggunakan uniform, bersama keluarga besar saya. Kalau zikir dan witir itu memang sudah menjadi kebiasaan,” tambahnya.
Gatot bahkan merencanakan berpuasa pada hari pelantikan. Tetapi niat itu diurungkannya, mengingat posisinya pada saat itu menjadi tuan rumah. “Pada pelantikan ada acara makan-makannya. Saya takut bila dikira tidak sopan. Karena itu, saya urungkan untuk melakukan puasa,” tambahnya.
Tak sia-sia, pelantikan akhirnya berjalan lancar dan sukses. Penobatan Gatot oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dalam Rapat Paripurna Istimewa di kantor DPRD Sumatera Utara tersebut berjalan sesuai rencana, dalam durasi setengah jam.
Beralaskan Keputusan Presiden Nomor 14/P Tahun 2013 tanggal 13 Februari 2013, Gatot pun tercatat di buku sejarah Sumatera Utara sebagai gubernur ke-17. Status itu akan disandangnya hingga Juni mendatang, tak penuh tiga bulan lagi.
Begitu upacara pelantikan berakhir, Gatot Pujo Nugroho menghampiri istrinya Sutias Handayani dan langsung mengajaknya sungkem kepada ibu mertua Hj Siti Aspah yang duduk di deretan kursi undangan, di dekat pintu keluar. Usai sungkem Gatot dan Sutias baru menerima ucapan selamat dari seluruh tokoh masyarakat, FKPD dan para undangan.
Tak ketinggalan, sejumlah wartawan mengerubungi dan menghujaninya dengan ucapans elamat dan pertanyaan. Kapan pindah ke rumah dinas? Gatot mengatakan belum berpikiran untuk pindah ke rumah dinas yang terletak di jalan Sudirman Medan. Menurutnya, kepindahan tersebut bukan hal yang penting dalam melaksanakan tugasnya saat ini.
“Itu masalah teknis. Urutan belakanglah kapan akan pindah,” ujarnya.
Dijelaskannya, secara teknis dirinya belum mengetahui kapan akan memboyong keluarga pindah ke rumah dinas.
Karena saat ini, fokus Gatot sebagai gubernur definitif adalah menjalankan program 2013 yang telah disepakati bersama anggata DPRD Sumatera Utara. (ditambahkan Chairil Hudha)