32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Puluhan Jurnalis Gelar Unjuk Rasa di Bundaran Majestyk

Kodam I/BB Minta Maaf ke Wartawan

MEDAN- Asisten Operasi (Asops) Kasdam I/BB Kolonel Kav Yotanabe memohon maaf atas peristiwa yang dialami para jurnalis/wartawan ketika meliput pembubaran unjukrasa kelompok tani di depan Kantor Pos Besar Medan disaat kedatangan Wakil Presiden Boediono ke Kota Medan.

Hal tersebut disampaikan Asop Kasdam I/BB Kolonel Yotanabe didampingi Kapendam I/BB Kolonel Halilintar, Aslog Kasdam I/BB Kolonel Denny dalam pertemuan dengan jurnalis di Nuansa Cafe Polonia Medan, Sabtu (14/5) dihadiri Ketua IJTI Sumut Eddi dan Ketua FJP Sumut Linova dan sejumlah jurnalis lainnya.

Kejadian yang dialami wartawan saat peliputan demo pada Jumat kemarin, ungkap Kolonel Yotanabe, tidak disengaja. Selaku Penanggung Jawab Pengamanan VVIP (RI 1 dan RI 2) di Kota Medan, dirinya siap bertanggung jawab.

“Terkait peristiwa itu sudah dilaporkan kepada Pangdam I/BB, KASAD dan Panglima TNI,” kata Kolonel Yotanabe.
Ke depan, pihaknya akan berupaya berbuat bagaimana prajurit di jajaran Kodam I/BB bisa memahami tugas-tugas jurnalis dalam melakukan peliputan berita.

“Beri masukan kepada kami tentang SOP jurnalis agar dapat disosialisasikan kepada seluruh prajurit di jajaran Kodam I/BB. Saya jamin akan diberikan sanksi kepada prajurit yang tidak melaksanakan perintah,” ujarnya.

Di  lain pihak, puluhan awak media cetak dan elektronik yang tergabung dalam aksi Aliansi Jurnalis Bersatu, menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Majestyk di Jalan Gatot Suboroto Medan, Sabtu (14/4) siang Sekitar Pukul 13.30 WIB. Aksi itu mengecam tindakkan TNI dari Arhanud yang menghalangi-halangi tugas jurnalis dan melakukan pemukulan.

Dari catatan wartawan, tiga wartawan menjadi korban kekerasan saat meliput aksi damai Komite Tani Menggugat yang dibubar paksa oleh Arhanud dan berakhir ricuh di Jalan Balai Kota Medan, Jumat (13/4) lalu. Mereka adalah Tuti Alawia dari SCTV, Hayat Sudrajat Hasibuan dari Trans TV, dan Yudistira dari Berita 1. Selain itu, Bahana Situmorang (TvOne) juga didorong hingga jatuh.

Tuti Alawia mengaku kena pukulan di bibir atasnya dan kaki kirinya luka, kemudian Hayat Sudrajat juga didorong dan kameranya dipukul. Sementara itu, Yudistira dipukul oleh seorang TNI pada bagian pelipis mata kanan.

Atas kejadian tersebut, Aliansi Jurnalis Bersatu meminta aparat keamanan lebih menghargai tugas jurnalis. TNI diminta tidak bertindak represif kepada Jurnalis dan massa aksi. Aliansi Jurnalis juga menutut Pangdam I/BB meminta maaf kepada jurnalis. “Kita meminta Pangdam I/BB untuk melakukan pengusutan terhadap anggota yang melakuai jurnalisnya,” ujar Bobi coordinator aksi, Bobi Septian.

Yudistira, kontributor Berita 1 yang menjadi korban penghalangan liputan dan pemukulan yang dilakukan Arhanud merasa kecewa atas tindakkan arogansi aparat. “Saya meminta maaf kepada seluruh Jurnalis yang mencederai profesi Jurnali di Kota Medan,” Sebutnya.

Dari Pantauan Sumut Pos, para Jurnalis  membawa poster berisikan kecaman atas tindakkan arogansi aparat terhadap jurnalis. Para awak media ini juga membagikan brosur kepada pengguna jalan melintas di Bundara Majestyk di Jalan Gatot Suboroto.

Setelah berorasi 60 menit, para jurnalis ini melakukan doa bersama atas hilangnya kebebasan pers dalam melakukan peliputan, melanggar kebebasan Pers dalam Undang-undang Press No.40 tahun 1999.

Kemudian puluhan jurnalis ini membubarkan diri dari lokasi aksi dengan tertib. (rud/gus)

Kodam I/BB Minta Maaf ke Wartawan

MEDAN- Asisten Operasi (Asops) Kasdam I/BB Kolonel Kav Yotanabe memohon maaf atas peristiwa yang dialami para jurnalis/wartawan ketika meliput pembubaran unjukrasa kelompok tani di depan Kantor Pos Besar Medan disaat kedatangan Wakil Presiden Boediono ke Kota Medan.

Hal tersebut disampaikan Asop Kasdam I/BB Kolonel Yotanabe didampingi Kapendam I/BB Kolonel Halilintar, Aslog Kasdam I/BB Kolonel Denny dalam pertemuan dengan jurnalis di Nuansa Cafe Polonia Medan, Sabtu (14/5) dihadiri Ketua IJTI Sumut Eddi dan Ketua FJP Sumut Linova dan sejumlah jurnalis lainnya.

Kejadian yang dialami wartawan saat peliputan demo pada Jumat kemarin, ungkap Kolonel Yotanabe, tidak disengaja. Selaku Penanggung Jawab Pengamanan VVIP (RI 1 dan RI 2) di Kota Medan, dirinya siap bertanggung jawab.

“Terkait peristiwa itu sudah dilaporkan kepada Pangdam I/BB, KASAD dan Panglima TNI,” kata Kolonel Yotanabe.
Ke depan, pihaknya akan berupaya berbuat bagaimana prajurit di jajaran Kodam I/BB bisa memahami tugas-tugas jurnalis dalam melakukan peliputan berita.

“Beri masukan kepada kami tentang SOP jurnalis agar dapat disosialisasikan kepada seluruh prajurit di jajaran Kodam I/BB. Saya jamin akan diberikan sanksi kepada prajurit yang tidak melaksanakan perintah,” ujarnya.

Di  lain pihak, puluhan awak media cetak dan elektronik yang tergabung dalam aksi Aliansi Jurnalis Bersatu, menggelar aksi unjuk rasa di Bundaran Majestyk di Jalan Gatot Suboroto Medan, Sabtu (14/4) siang Sekitar Pukul 13.30 WIB. Aksi itu mengecam tindakkan TNI dari Arhanud yang menghalangi-halangi tugas jurnalis dan melakukan pemukulan.

Dari catatan wartawan, tiga wartawan menjadi korban kekerasan saat meliput aksi damai Komite Tani Menggugat yang dibubar paksa oleh Arhanud dan berakhir ricuh di Jalan Balai Kota Medan, Jumat (13/4) lalu. Mereka adalah Tuti Alawia dari SCTV, Hayat Sudrajat Hasibuan dari Trans TV, dan Yudistira dari Berita 1. Selain itu, Bahana Situmorang (TvOne) juga didorong hingga jatuh.

Tuti Alawia mengaku kena pukulan di bibir atasnya dan kaki kirinya luka, kemudian Hayat Sudrajat juga didorong dan kameranya dipukul. Sementara itu, Yudistira dipukul oleh seorang TNI pada bagian pelipis mata kanan.

Atas kejadian tersebut, Aliansi Jurnalis Bersatu meminta aparat keamanan lebih menghargai tugas jurnalis. TNI diminta tidak bertindak represif kepada Jurnalis dan massa aksi. Aliansi Jurnalis juga menutut Pangdam I/BB meminta maaf kepada jurnalis. “Kita meminta Pangdam I/BB untuk melakukan pengusutan terhadap anggota yang melakuai jurnalisnya,” ujar Bobi coordinator aksi, Bobi Septian.

Yudistira, kontributor Berita 1 yang menjadi korban penghalangan liputan dan pemukulan yang dilakukan Arhanud merasa kecewa atas tindakkan arogansi aparat. “Saya meminta maaf kepada seluruh Jurnalis yang mencederai profesi Jurnali di Kota Medan,” Sebutnya.

Dari Pantauan Sumut Pos, para Jurnalis  membawa poster berisikan kecaman atas tindakkan arogansi aparat terhadap jurnalis. Para awak media ini juga membagikan brosur kepada pengguna jalan melintas di Bundara Majestyk di Jalan Gatot Suboroto.

Setelah berorasi 60 menit, para jurnalis ini melakukan doa bersama atas hilangnya kebebasan pers dalam melakukan peliputan, melanggar kebebasan Pers dalam Undang-undang Press No.40 tahun 1999.

Kemudian puluhan jurnalis ini membubarkan diri dari lokasi aksi dengan tertib. (rud/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/