Polisi Gulung Tersangka Sindikat Trafficking di Jalan Medan-Binjai
MEDAN- Personel Polsekta Medan Sunggal bersama TNI AD berhasil menggagalkan sindikat perdagangan manusia (trafficking) ke Malaysia saat melakukan razia di Jalan Medan-Binjai Km 16, Sabtu (14/5) dinihari. Petugas berhasil mengamankan tiga wanita dan menangkap seorang koordinatornya.
Ketiga korban masing-masing Harni (31) dan Sutani (38), warga Nganjuk, Jawa Timur, Sri Wanti (18), warga Pangkalan Brandan, Sumut. Sedangkan koordinatornya, Irwan Lubis (40), warga Jalan Perintis Kemerdekaan, Binjai.
Ketiga wanita yang nyaris menjadi korban mengaku, akan diberangkatkan dari Belawan dengan menggunakan Kapal Feri, Sabtu (14/5) pukul 06.00 WIB. Namun, saat berangkat dari Binjai menuju Belawan dengan menumpangi mobil Phanter berplat polisi BK 1035 EW ditangkap petugas saat menggelar razia di Jalan Medan-Binjai Km 16. “Kami mau mencari kerja di Malaysia sebagai pelayan di restoran, Mas,” aku Sri Wanti, yang mengaku hanya tamat SMA.
Korban lainnya, Harni mengaku, dia dan temannya Sutani diajak oleh Suci (25), warga Medan yang kuliah di Surabaya. Dari Surabaya mereka dibawa ke Medan dan tinggal di rumah rekan Suci, bernama Ratna (36) di kawasan Helvetia Medan.
“Selama di rumah Ibu Ratna kami nggak boleh keluar, dan kami hampir satu bulan di rumahnya,” beber Harnin
Menjelang berangkat, Harni dan Sutani dijemput Irwan dengan mobil Panther. Kemudian mereka ke Binjai untuk menjemput Sri bersama-sama berangkat menuju Belawan. “Saat berangkat kami kena razia,” imbuh Harni.
Sementara Irwan Lubis saat ditangkap petugas terlihat gugup. Pasalnya, saat diperiksa telepon genggam berisikan SMS yang berisikan kata-kata, “Mas, ada tuh cewek asli 18 tahun tapi saya buat dia pasport 21 tahun cantik dan masih mungil harganya 4.000 (tak ditulis mata uangnya) ya, karena masih ada dua lagi yang cantik dan mungil siap kirim.”
SMS itu ditujukan kepada seorang wanita untuk merekrut para korbannya. Meskipun demikian, Irwan membantah kalau ketiga wanita itu akan dijualnya ke Malaysia.
“Saya tidak tahu itu,” jawab Irwan singkat.
Setelah ditunjukkan isi SMS dari telepon genggamnya, Irwan tampak semakin gugup. Pria berkulit hitam itu kemudian beralasan bahwa ia punya kakak yang menikah dengan polisi Malaysia. Rencananya, ketiga wanita itu akan dibawanya ke tempat kakaknya.
Selain Irwan, dan ketiga korbannya, petugas juga mengamankan dua supirnya Andy Surya (31) dan Yudi (26). Keduanya abang beradik tinggal di Jalan Sudirman Tanjung Balai. Keduanya mengaku hanya sebagai supir mobil yang dirental Irwan.
“Kami tidak tahu bang, kami hanya supir saja. Kami disuruh menjemput ketiga wanita itu dari tempat yang berbeda dan kami dikasih imbalan Rp50 ribu untuk tiap kali mengantar, cuma kami tidak kenal mereka itu,” aku Andi Surya.
Kapolsekta Medan Sunggal, Kompol Sony Marisi Nugroho saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, jaringan para penjual wanita ini masuk dalam jaringan penjualan wanita antarnegara tidak hanya ke Malaysia tetapi ke negara Asia lainnya.
“Bukan hanya Indonesia tetapi juga ke negara-negara lainnya termasuk Pakistan dan India. Permainanya cukup rapi seperti supirnya tidak mengetahui siapa yang dijemputnya dan koordinatornya tidak mengetahui supirnya, jaringannya cukup rapilah ,”ujar Sony.
Dijelaskannya, mata rantai sindikat penjualan manusia ini dilakukan oleh orang-orang yang cukup profesional. “Kasih waktu bagi kita untuk mengungkapnya,” jelasnya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) mengatakan kasus trafficking (perdagangan manusia di bawah umur) dengan korban remaja putri di Sumatera Utara (Sumut) belakangan kian marak. KPAID Sumut mengakui ada peningkatan jumlah kasus pada 2010 ini dibanding 2009 lalu.
Komisioner KPAID Sumut, Elvi Hadriany mengatakan meningkatnya kasus trafficking semakin menunjukkan keberadaan ABG saat ini sangat rawan dari tindakan kejahatan perdagangan seksual.
“Saya melihat saat ini kondisinya sudah cukup rawan anak-anak remaja sekarang sudah banyak menjadi korban gaya hidup dan juga pergaulan. Jadi bukan hanya dari faktor ekonomi saja,” tutur Elvi kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
Meski kasus ini meningkat, KPAID Sumut tidak memiliki data persis jumlah korban kasus trafficking di Sumut. Elvi hanya menyebutkan, sepanjang 2010 ada peningkatan dibanding 2009, itu yang terungkap di sejumlah daerah yang KPAID monitoring melalui pemberitaan media.
“Belum ada yang mengadu secara langsung kepada kita,” ungkap Hadriany.
Terkait dengan Sumut sebagai salah satu jalur trafficking yang sangat strategis, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP & PA), Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, Sumut bukan sebagai tempat perekrutan trafficking tetapi hanya sebagai tempat persinggahan untuk keluar, “Jadi salah satu yang mesti perlu diperhatikan adalah koordinasi pengamanan di antara sesama gugus tugas apakah dari provinsi pengirim dalam artian tempat perekrutan, dengan pihak keamanan yang ada di Sumut guna memberantas kasus trafficking ini,” ujarnya. (mag-8/net/jpnn)