30.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Perawat di Sumut Masih Terima Honor tak Sesuai UMR

Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perhatian pemerintah pusat terhadap perawat hingga saat ini dinilai masih sangat rendah. Mirisnya, masih banyak sekali perawat yang mendapat honor tak sesuai Upah Minimum Regional (UMR). Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumut 2020 sebesar Rp 2,499 juta, sedangkan UMK Medan Rp 3,222 juta.

Wakil Ketua DPW Persatuan Perawatan Nasional Indonesia Provinsi Sumut (PPNI Sumut), Hj Misrah Panjaitan SKep Ns MKep mengatakan, sekitar 500 lebih perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah maupun swasta se-Sumut masih menerima honor di bawah UMR. Parahnya, masih ada perawat yang menerima honor Rp 750.000 per bulannya.

“Kami sebagai pengurus PPNI dan seluruh senior keperawatan memiliki impian ke depan supaya perawat lebih dihargai dan diperhatikan pemerintah pusat maupun daerah,” kata Hj Misrah Panjaitan kepada wartawan di Medan, Kamis (14/5).

Ia menegaskan, di seluruh dunia perawat bekerja tanpa lelah untuk memberikan perawatan dan perhatian yang dibutuhkan orang. Kapanpun dan dimanapun membutuhkannya, perawat selalu membantu. Tak terkecuali perawat Indonesia begitu juga perawat di Sumut.

Diutarakannya, perawat memiliki peran unik, mereka bekerja dengan orang-orang sejak lahir sampai kematian, dan sangat diperlukan dalam pengambilan kebijakan kesehatan. Begitu juga pada masa pandemi saat ini, perawat, dokter serta tenaga kesehatan lainnya bekerja keras untuk menangani pandemi Covid-19 ini. “Banyak tantangan sejawat kami yang dihadapi di lapangan, tapi semangat mereka luar biasa untuk masyarakat tak pernah kendur. Semua ini untuk keselamatan masyarakat, dan tentunya untuk bangsa Indonesia,” tegasnya.

Misrah menyebutkan, menjadi perawat, dokter maupun tenaga kesehatan itu pilihan. Ketika sudah memilih perawat, artinya siap menahan air mata untuk melukis senyuman penuh kebahagiaan untuk orang lain. “Kami perawat, juga sama seperti yang lain punya keluarga, hati, harapan dan impian, yaitu untuk hidup layak, keluarga bahagia dan dapat memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak kami serta impian untuk dihargai,” tuturnya.

Menurut dia, perawat dan pasien seperti keluarga yang sama-sama berjuang. “Kami gantikan peran anda sebagai keluarganya yang selalu ada di setiap detik keinginannya. Bahkan, kami pikul pula tanggung jawab dalam wujudkan pelayanan prima serta memohon kesembuhan dalam doa dan ikhtiar bersama keluarga. Kami sadar kedekatan kami ini beresiko, tapi kami selalu sabar dalam setiap langkah pengabdian dalam merawat pasien. Kami sedekat ini karena mereka juga bagian keluarga kami. Mari kita semua gotong-royong untuk memutus mata rantai Covid-19,” ungkapnya.

Dia berharap terhadap perawat Indonesia agar mampu bersaing di tingkat internasional, baik dari bahasa, skill dan knowledge, serta kurikulum dan praktik pembelajaran di tingkat pendidikan keperawatan Indonesia setara dengan luar negeri. “Kami akan terus belajar, dan melatih untuk lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanan keperawatan di Indonesia,” tandasnya.

Terpisah, salah seorang perawat salah satu rumah sakit swasta di Sumut mengakui, honor yang diterimanya setiap bulan masih di bawah standar. Meski begitu, ia tetap bekerja lantaran sulitnya mencari lapangan kerja. “Mau bagaimana lagi, kita terima ajalah daripada menganggur,” ucap perawat yang enggan disebutkan identitasnya. (ris)

Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perhatian pemerintah pusat terhadap perawat hingga saat ini dinilai masih sangat rendah. Mirisnya, masih banyak sekali perawat yang mendapat honor tak sesuai Upah Minimum Regional (UMR). Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumut 2020 sebesar Rp 2,499 juta, sedangkan UMK Medan Rp 3,222 juta.

Wakil Ketua DPW Persatuan Perawatan Nasional Indonesia Provinsi Sumut (PPNI Sumut), Hj Misrah Panjaitan SKep Ns MKep mengatakan, sekitar 500 lebih perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah maupun swasta se-Sumut masih menerima honor di bawah UMR. Parahnya, masih ada perawat yang menerima honor Rp 750.000 per bulannya.

“Kami sebagai pengurus PPNI dan seluruh senior keperawatan memiliki impian ke depan supaya perawat lebih dihargai dan diperhatikan pemerintah pusat maupun daerah,” kata Hj Misrah Panjaitan kepada wartawan di Medan, Kamis (14/5).

Ia menegaskan, di seluruh dunia perawat bekerja tanpa lelah untuk memberikan perawatan dan perhatian yang dibutuhkan orang. Kapanpun dan dimanapun membutuhkannya, perawat selalu membantu. Tak terkecuali perawat Indonesia begitu juga perawat di Sumut.

Diutarakannya, perawat memiliki peran unik, mereka bekerja dengan orang-orang sejak lahir sampai kematian, dan sangat diperlukan dalam pengambilan kebijakan kesehatan. Begitu juga pada masa pandemi saat ini, perawat, dokter serta tenaga kesehatan lainnya bekerja keras untuk menangani pandemi Covid-19 ini. “Banyak tantangan sejawat kami yang dihadapi di lapangan, tapi semangat mereka luar biasa untuk masyarakat tak pernah kendur. Semua ini untuk keselamatan masyarakat, dan tentunya untuk bangsa Indonesia,” tegasnya.

Misrah menyebutkan, menjadi perawat, dokter maupun tenaga kesehatan itu pilihan. Ketika sudah memilih perawat, artinya siap menahan air mata untuk melukis senyuman penuh kebahagiaan untuk orang lain. “Kami perawat, juga sama seperti yang lain punya keluarga, hati, harapan dan impian, yaitu untuk hidup layak, keluarga bahagia dan dapat memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anak kami serta impian untuk dihargai,” tuturnya.

Menurut dia, perawat dan pasien seperti keluarga yang sama-sama berjuang. “Kami gantikan peran anda sebagai keluarganya yang selalu ada di setiap detik keinginannya. Bahkan, kami pikul pula tanggung jawab dalam wujudkan pelayanan prima serta memohon kesembuhan dalam doa dan ikhtiar bersama keluarga. Kami sadar kedekatan kami ini beresiko, tapi kami selalu sabar dalam setiap langkah pengabdian dalam merawat pasien. Kami sedekat ini karena mereka juga bagian keluarga kami. Mari kita semua gotong-royong untuk memutus mata rantai Covid-19,” ungkapnya.

Dia berharap terhadap perawat Indonesia agar mampu bersaing di tingkat internasional, baik dari bahasa, skill dan knowledge, serta kurikulum dan praktik pembelajaran di tingkat pendidikan keperawatan Indonesia setara dengan luar negeri. “Kami akan terus belajar, dan melatih untuk lebih meningkatkan lagi kualitas pelayanan keperawatan di Indonesia,” tandasnya.

Terpisah, salah seorang perawat salah satu rumah sakit swasta di Sumut mengakui, honor yang diterimanya setiap bulan masih di bawah standar. Meski begitu, ia tetap bekerja lantaran sulitnya mencari lapangan kerja. “Mau bagaimana lagi, kita terima ajalah daripada menganggur,” ucap perawat yang enggan disebutkan identitasnya. (ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/