26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Pemain Terus Berjuang

MEDAN-Perjuangan 11 pemain PSMS versi PT Liga Indonesia untuk memperjuangkan hak berupa gaji yang tertunggak 10 bulan kian gencar. Pada pertemuan dengan PT Liga Indonesia (LI) di Jakarta, Jumat (14/6), dengan agenda pemanggilan Ketua Umum PSMS Indra Sakti Harahap, mereka harus menelan kecewa. Pasalnya Indra tak memenuhi panggilan dari PT LI.

Kiper PSMS Irwin Ramadhana, mewakili pemain lainnya mengaku kecewa dengan ketidakhadiran Indra. Sosok yang dimaksud sudah mendapat surat panggilan resmi dari PT LI sejak Rabu (13/6) lalu. Namun Indra tak juga menampakkan diri. “Kami sangat kecewa sekali dengan ketidakhadirannya (Indra, red). Apa selamanya ia mau sembunyi? Kami tidak akan tinggal diam dengan sikapnya,” ujar Irwin saat dihubungi dari Medan.

Ketidakhadiran Indra membuat pemain masih harus berada di Jakarta. Pasalnya PT LI mengagendakan pertemuan ulang dengan memanggil Indra pada Rabu (20/6) mendatang. Padahal para pemain dalam kondisi yang serba kekurangan. Hingga hari ini (15/6), pemain sudah enam hari terlantar di Jakarta sejak Senin (10/6). Syukurnya ada tumpangan menginap dari warga Medan, Ali Gultom yang berdomisili di Jakarta. “Kami sepakat untuk tidak pulang dulu ke Medan. Kalau kami pulang, kami belum dapat apa-apa. Kami nggak punya jaminan kalau bakal ada kejelasan gaji. Jadi kami sepakat tunggu hasil pertemuan Rabu nanti sehabis kongres. Tanggung kalau pulang. Walaupun sebenarnya kami tidak punya dana lagi untuk biaya sehari-hari di sini. Syukur masih ada tumpangan dari bang Ali Gultom,” tambah Irwin.

Menurut Irwin, mereka mendapat kabar jika Indra tak berada di Medan. Karena itu akan aneh jika Indra justru memilih datang saat kongres tahunan PSSI di Surabaya 17 Juni mendatang. “Kami akan lihat, ia datang atau tidak ketika kongres PSSI nanti di Surabaya. Kalau ia datang, kenapa malah dipanggil PT LI tidak datang,” bebernya.

Indra memang sudah tidak pernah lagi bertatap muka dengan pemain dan tidak mengunjungi Mess Kebun Bunga sejak Maret lalu. Kecuali pertemuan dengan pemain di kantor KONI Medan pada Mei, yang berakhir tanpa solusi.

PT LI Mau Ambil Alih Pembayaran Gaji dengan Ferivikasi

Sementara, Sekretaris PT LI Tigor Shalom Boboy, membenarkan ketidakhadiran Indra. “Pemain sudah kami terima. Kalau pak Indra, tidak datang,” ucapnya.
Sayang, untuk masalah memberikan tanggung jawab atas pembayaran gaji pemain, PT LI tidak bisa memenuhi. Tapi, jika yang dimaksud adalah pengambilalihan pembayaran, mereka bersedia tapi harus melakukan verifikasi terlebih dahulu. “Prosesnya sekitar seminggu, kalau klub kooperatif. Kami harus melihat dulu kontrak dan fakta pembayaran gaji di lapangan. Baru setelah itu kami bisa putuskan bagaimananya,” terang Tigor.
Para pemain kali ini tak sendirian. Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) kini mendampingi pemain untuk memberi pengaduan resmi. Mereka pun secara resmi telah mengajukan laporannya ke Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), PSSI, dan PT Liga Indonesia (PT LI) agar mendapatkan bantuan penyelesaian.

CEO APPI Valentino Simanjuntak menjelaskan, pemain-pemain tersebut sebelumnya tidak paham akan mekanisme untuk memberikan tuntutannya. Karena itu, sebelumnya mereka hanya menyampaikan pengaduannya secara lisan kepada Menpora, PSSI, dan PT LI. “Saat ini kami mendampingi pemain untuk menyerahkan lampiran surat laporan resmi mereka ke PSSI, pemerintah dan PT LI. Kami bersama pemain berharap ada bantuan dari tiga pihak ini untuk bisa segera mendapatkan kepastian hak mereka,” terangnya saat ditemui di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Jumat (14/6).

Di sisi lain, pemain PSMS mengaku sedang berada pada titik nadir kehidupan ekonomi mereka. Karena itu, mereka berharap gajinya bisa segera dibayarkan karena saat ini tak lagi memiliki penghasilan. Selain laporan tunggakan, seorang pemain PSMS lainnya yang enggan namanya dikorankan membocorkan, dalam kronologis laporan kasus tunggakan juga disertakan laporan lain. Yakni, adanya usaha dari pengurus yang meminta pemain untuk mengalah dan mengatur hasil pertandingan alias match fixing.

Kejadian itu terjadi saat PSMS bertandang ke Persih Tembilahan pada 11 Mei dan Persisko Tanjabbar pada 16 Mei lalu. Melawan Persih, pemain diminta bermain imbang dan melwan Persisko pemain diminta mengalah. Jika seri, mereka dijanjikan mendapat pinjaman dari CEO Heru Pranowo, dan jika kalah dari Persisko mereka dijanjikan dibayar gajinya.

“Tapi saat itu kami tidak mau, kami malah menang dua-duanya (lawan Persih menang 0-2, lawan Persisko menang 0-3). Waktu itu kami ditanya pelatih, ‘kamu mau makan duit sampah?’ Karena itu kami tak mau mendengarkan perintah Pak Heru dan kami main fight,” jelas pemain yang mewanti-wanti agar namanya jangan ditulis itu. (don/aam/jpnn)

MEDAN-Perjuangan 11 pemain PSMS versi PT Liga Indonesia untuk memperjuangkan hak berupa gaji yang tertunggak 10 bulan kian gencar. Pada pertemuan dengan PT Liga Indonesia (LI) di Jakarta, Jumat (14/6), dengan agenda pemanggilan Ketua Umum PSMS Indra Sakti Harahap, mereka harus menelan kecewa. Pasalnya Indra tak memenuhi panggilan dari PT LI.

Kiper PSMS Irwin Ramadhana, mewakili pemain lainnya mengaku kecewa dengan ketidakhadiran Indra. Sosok yang dimaksud sudah mendapat surat panggilan resmi dari PT LI sejak Rabu (13/6) lalu. Namun Indra tak juga menampakkan diri. “Kami sangat kecewa sekali dengan ketidakhadirannya (Indra, red). Apa selamanya ia mau sembunyi? Kami tidak akan tinggal diam dengan sikapnya,” ujar Irwin saat dihubungi dari Medan.

Ketidakhadiran Indra membuat pemain masih harus berada di Jakarta. Pasalnya PT LI mengagendakan pertemuan ulang dengan memanggil Indra pada Rabu (20/6) mendatang. Padahal para pemain dalam kondisi yang serba kekurangan. Hingga hari ini (15/6), pemain sudah enam hari terlantar di Jakarta sejak Senin (10/6). Syukurnya ada tumpangan menginap dari warga Medan, Ali Gultom yang berdomisili di Jakarta. “Kami sepakat untuk tidak pulang dulu ke Medan. Kalau kami pulang, kami belum dapat apa-apa. Kami nggak punya jaminan kalau bakal ada kejelasan gaji. Jadi kami sepakat tunggu hasil pertemuan Rabu nanti sehabis kongres. Tanggung kalau pulang. Walaupun sebenarnya kami tidak punya dana lagi untuk biaya sehari-hari di sini. Syukur masih ada tumpangan dari bang Ali Gultom,” tambah Irwin.

Menurut Irwin, mereka mendapat kabar jika Indra tak berada di Medan. Karena itu akan aneh jika Indra justru memilih datang saat kongres tahunan PSSI di Surabaya 17 Juni mendatang. “Kami akan lihat, ia datang atau tidak ketika kongres PSSI nanti di Surabaya. Kalau ia datang, kenapa malah dipanggil PT LI tidak datang,” bebernya.

Indra memang sudah tidak pernah lagi bertatap muka dengan pemain dan tidak mengunjungi Mess Kebun Bunga sejak Maret lalu. Kecuali pertemuan dengan pemain di kantor KONI Medan pada Mei, yang berakhir tanpa solusi.

PT LI Mau Ambil Alih Pembayaran Gaji dengan Ferivikasi

Sementara, Sekretaris PT LI Tigor Shalom Boboy, membenarkan ketidakhadiran Indra. “Pemain sudah kami terima. Kalau pak Indra, tidak datang,” ucapnya.
Sayang, untuk masalah memberikan tanggung jawab atas pembayaran gaji pemain, PT LI tidak bisa memenuhi. Tapi, jika yang dimaksud adalah pengambilalihan pembayaran, mereka bersedia tapi harus melakukan verifikasi terlebih dahulu. “Prosesnya sekitar seminggu, kalau klub kooperatif. Kami harus melihat dulu kontrak dan fakta pembayaran gaji di lapangan. Baru setelah itu kami bisa putuskan bagaimananya,” terang Tigor.
Para pemain kali ini tak sendirian. Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) kini mendampingi pemain untuk memberi pengaduan resmi. Mereka pun secara resmi telah mengajukan laporannya ke Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), PSSI, dan PT Liga Indonesia (PT LI) agar mendapatkan bantuan penyelesaian.

CEO APPI Valentino Simanjuntak menjelaskan, pemain-pemain tersebut sebelumnya tidak paham akan mekanisme untuk memberikan tuntutannya. Karena itu, sebelumnya mereka hanya menyampaikan pengaduannya secara lisan kepada Menpora, PSSI, dan PT LI. “Saat ini kami mendampingi pemain untuk menyerahkan lampiran surat laporan resmi mereka ke PSSI, pemerintah dan PT LI. Kami bersama pemain berharap ada bantuan dari tiga pihak ini untuk bisa segera mendapatkan kepastian hak mereka,” terangnya saat ditemui di kantor PSSI, Senayan, Jakarta, Jumat (14/6).

Di sisi lain, pemain PSMS mengaku sedang berada pada titik nadir kehidupan ekonomi mereka. Karena itu, mereka berharap gajinya bisa segera dibayarkan karena saat ini tak lagi memiliki penghasilan. Selain laporan tunggakan, seorang pemain PSMS lainnya yang enggan namanya dikorankan membocorkan, dalam kronologis laporan kasus tunggakan juga disertakan laporan lain. Yakni, adanya usaha dari pengurus yang meminta pemain untuk mengalah dan mengatur hasil pertandingan alias match fixing.

Kejadian itu terjadi saat PSMS bertandang ke Persih Tembilahan pada 11 Mei dan Persisko Tanjabbar pada 16 Mei lalu. Melawan Persih, pemain diminta bermain imbang dan melwan Persisko pemain diminta mengalah. Jika seri, mereka dijanjikan mendapat pinjaman dari CEO Heru Pranowo, dan jika kalah dari Persisko mereka dijanjikan dibayar gajinya.

“Tapi saat itu kami tidak mau, kami malah menang dua-duanya (lawan Persih menang 0-2, lawan Persisko menang 0-3). Waktu itu kami ditanya pelatih, ‘kamu mau makan duit sampah?’ Karena itu kami tak mau mendengarkan perintah Pak Heru dan kami main fight,” jelas pemain yang mewanti-wanti agar namanya jangan ditulis itu. (don/aam/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/