MEDAN-Proyek pengadaan paket Lebaran, Natal dan Tahun baru 2013 Pemko Medan dengan anggaran sebesar Rp9,2 miliar lebih, perlu diusut. Pasalnya, proses tender proyek ini terkesan formalitas dan monopoli, karena pemenang tahun ini tetap pemenang tahun lalu, yakni CV Barokah Utama.
“Proyek itu harus diusut. Proses tender proyek itu dimonopoli, karena pemenangnya masih tetap perusahaan yang sama. Anehnya lagi, pemenangnya adalah salah satu penawar yang tinggi, sementara yang menawar lebih rendah dikalahkan,” ujar Pengamat Anggaran Sumatera Utara Elfanda Ananda kepada Sumut Pos, Minggu (14/7).
Dijelaskannya, dalam proses tender satu proyek harus melalui prosedur. Namun, untuk proyek pengadaan paket Lebaran dan Natal ini, Elfanda menilai kalau pemenangnya bisa jadi sudah ditentukan sebelumnya. “Melihat pemenangnya juga sama dengan tahun lalu, kita patut menduga adanya permainan. Mungkin, sebelum proses tender, sudah ada kesepakatan, sehingga CV Barokah Utama itu kembali menjadi pemenang,” jelasnya.
Dari segi anggaran, memang wajar naik dari tahun sebelumnya, karena harga sembako juga naik. Namun, melihat kenaikan harga paket yang mencapai Rp100 ribu per paket, sementara barang yang bertambah hanya sirup dan gula pasir, Elfanda mengatakan perlu juga diusut. “Barang yang ditambah hanya sirup dan gula pasir, sedangkan harganya naik Rp100 ribu dari tahun lalu. Saya rasa tidak cocok. Anggaran ini juga harus diusut, apakah memang sudah sesuai dengan harga pasar,” tagasnya.
Mantan Sekjend FITRA Sumut ini menambahkan, pemberian pekat Lebaran dan Natal ini juga patut dipertanyakan. Pasalnya, yang menerima paket itu banyak orang yang mampu, sehingga tidak layak untuk diberikan. “Banyak yang menerima peket ini adalah orang yang mampu, jadi pemberian peket ini harus dikaji ulang. Pemko Medan harus sadar bahwa anggaran yang digunakan untuk pengadaan paket ini berasal dari uang rakyat, jadi seharusnya dipergunakan untuk rakyat juga, bukan untuk pejabat-pejabat di Pemko Medan itu,” paparnya.
Hal yang sama juga dikatakan Anggota DPRD Kota Medan Juliandi Siregar. Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menilai kenaikan anggaran memang bisa terjadi, karena harga sembako juga sudah naik. “Ada permainan dalam hal anggaran, memang belum bisa dilihat sekarang. Nanti, setelah barang itu diterima, dan dibandingkan dengan harga pasar, baru bisa dilihat apakah memang terjadi permainan,” ungkapnya.
Namun, soal pemenang tender tetap yang menang tahun lalu, Juliandi menilai perlu diselidiki. Apalagi, dalam hal ini penawar terendah dikalahkan. “Ini yang perlu diselidiki, bagaimana bisa penawar terendah dikalahkan. Apa alasan dari Pemko Medan mengugurkan penawar terendah? Kalau memang terjadi kesalahan, maka pihak terkait juga harus melakukan penyelidikan,” sarannya.
Anggota DPRD Kota Medan lainnya, Jumadi juga menilai bahwa proses tender itu mencurigakan. Dalam hal ini, dia mendesak Pemko Medan untuk mengumumkan ke publik apa alasan mengalahkan penawar terendah. “Anggaran untuk pengadaan paket itu menggunakan uang rakyat, jadi harus diumumkan apa alasan memenangkan penawar tertinggi, sementara yang rendah dikalahkan. Kalau soal berkas, saya rasa kurang pas,” tegas politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini singkat.
Sebelumnya, Kabag Aset dan Perlengkapan Pemko Medan SI Dongoran mengatakan, alasan CV Barokah Utama memenangkan tender itu, karena mereka lebih siap dan lengkap. Dalam proses tender, belum tentu penawar yang rendah menjadi pemenang, sebab harus melihat dulu speknya.
“Ini tergantung speknya. Kalau ada yang menawar rendah, tapi spek yang ditawar kualitas rendah, bagaimana mungkin kita menangkan. Kita kan ingin agar paket ini berkwalitas baik, sehingga penerimanya juga cukup puas,” jelasnya.
Menurutnya, kenaikan anggaran bukan asal-asalan, tapi didasari dengan harga sembako yang sudah naik, jumlah paket semakin banyak dan kwantitas paket juga ditambah. Untuk jumlah paket tahun ini naik menjadi 31.550 dari tahun 2012 sebanyak 29.500 paket. Begitu juga dengan isi paket ada penambahan seperti sirup dari 4 botol menjadi 6 botol dan gula pasir dari 2 kg menjadi 5 kg. Sementara, untuk roti kaleng dan minyak goreng tetap sama.
“Untuk sirup sendiri akan kita buat dengan kualitas baik dan rasa berbeda-beda, bukan seperti tahun lalu dimana rasanya sama. Soal tender, saya rasa sudah memenuhi prosedur dan berlangsung melalu LPSE, dimana bisa dipantau semua orang, termasuk KPK,” ungkpanya.
Menurut kalkulasi Sumut Pos, harga setiap paket ini mengalami kenaikan Rp100 ribu per paket. Pada tahun lalu, dengan anggaran Rp5,7 miliar dan jumlah paket sebanyak 29.500, maka harga par paket adalah sekitar Rp193 ribu. Untuk tahun ini, dengan anggaran Rp9,2 miliar dan jumlah paket 31.550, maka harga per paket sekitar Rp293 ribu. Kenaikan harga per paket ini membuat Pemko Medan harus menambah anggaran sekitar Rp3,1 miliar lebih. (dek)