26 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Calon Independen Tuai Keraguan

Pengamat Anggap Kurang Punya Organisasi yang Kuat

MEDAN-Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sumatera Utara (Sumut) secara resmi menutup pendaftaran bakal calon Gubernur Sumatera Utara (Balon Gubsu) dari jalur independen, Sabtu (13/10) sekira pukul 00.00 WIB. Pendaftaran balon Gubsu Independen itu sebagai syarat untuk mengikuti Pilgubsu 7 Maret 2013.

Penutupan itu mencatat dua pasangan Balon Gubsu, Hasbullah  Hadi-Aziddin dan pasangan Rohana Herutomo Sianipar-Kapt (Purn) Irwan Dzaini. Hasbullah-Aziddin mendaftar pada Kamis (11/10), sedangkan Rohana-Irwan mendaftar, Sabtu (13/10) sekira pukul 19.30 WIB.
“Hingga penutupan hanya dua pasangan Balon Gubsu yang mendaftar dari jalur perseorangan atau independen ke KPUD Sumut,” kata anggota KPUD Sumut, Turunan Gulo sesaat setelah penutupan pendaftaran.

Pada pendaftaran itu, Rohana Sianipar bersama Irwan menyerahkan sekitar seperempat dari batas minimal dukungan, sisanya akan diserahkan sebelum pukul 24.00 WIB hari itu juga. “Dukungan sudah terkumpul, tinggal kami serahkan,” kata Rohana yang mengenakan kemeja kotak-kotak khas Jokowi.
Dia mengakui, untuk maju melalui jalur perseorangan sangat berat, sehingga wajar jika hanya dua yang mendaftar. Begitu dua calon perseorangan yang ada akan lolos dan mampu bersaing dengan calon dari jalur parpol.

Pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Dadang Darmawan, mengatakan sepinya pasangan balon perseorangan di Pilgubsu Sumut sudah diprediksi sejak awal. Mengingat syarat dukungan wajib terpenuhi yaitu 479.322 KTP dan tersebar di minimal 17 kabupaten/kota se-Sumut sangat berat untuk terpenuhi.

Itu bisa dilihat dari pasangan calon perseorangan di dua pilkada tingkat provinsi yang waktunya berdekatan dengan Pilgubsu 2013.
Pada Pilkada DKI Jakarta hanya dua pasangan calon perseorangan yang mendaftar dan dinyatakan lolos dukungan minimal. Hal yang sama juga terjadi di Pilkada Jawa Barat (Jabar) yang baru saja menyelesaikan tahapan penyerahan dukungan calon perseorangan. Dari empat pasangan yang mendaftarkan dukungannya ke KPU ternyata hanya satu yang dianggap memenuhi syarat.

Sementara itu, pengamat politik lainnya, Ahmad Taufan Damanik mengatakan, sebetulnya sangat sulit bagi calon independen untuk menang di Sumut. Begitupun, perlu didukung calon independen dalam arti memberikan apresiasi.

“Karena bagaimana pun mereka berani tampil maju melalui jalur independen, artinya mereka berani terhadap oligarki partai,” ujarnya.
Menurut dia, calon independen sebenarnya memiliki kelemahan yakni tidak punya organisasi yang kuat. Keadaan politik di Sumatera Utara sulit dikarenakan kompleks seperti pemilihnya yang beragam.

“Misalnya saja untuk pasangan Hasbullah-Azidin. Meski mereka ini sama-sama dari Alwashliyah, tapi saya tidak begitu yakin Alwashliyah akan solid,” ungkapnya.

Dia menyebutkan, di Sumut ada dua kendala bagi calon independen. Pertama Sumut itu, geografisnya luas. Sehingga sedikit sulit untuk dijangkau untuk menggalang dukungan. Kemudian dilihat dari konteksitas, Sumut sangat konteks dari segi agama, etnis, wilayah, dan golongan.
“Saya menganggap muskil untuk mendapat suara signifikan apalagi untuk menang dari jalur independen,” tegasnya. (far/ari)

Pengamat Anggap Kurang Punya Organisasi yang Kuat

MEDAN-Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sumatera Utara (Sumut) secara resmi menutup pendaftaran bakal calon Gubernur Sumatera Utara (Balon Gubsu) dari jalur independen, Sabtu (13/10) sekira pukul 00.00 WIB. Pendaftaran balon Gubsu Independen itu sebagai syarat untuk mengikuti Pilgubsu 7 Maret 2013.

Penutupan itu mencatat dua pasangan Balon Gubsu, Hasbullah  Hadi-Aziddin dan pasangan Rohana Herutomo Sianipar-Kapt (Purn) Irwan Dzaini. Hasbullah-Aziddin mendaftar pada Kamis (11/10), sedangkan Rohana-Irwan mendaftar, Sabtu (13/10) sekira pukul 19.30 WIB.
“Hingga penutupan hanya dua pasangan Balon Gubsu yang mendaftar dari jalur perseorangan atau independen ke KPUD Sumut,” kata anggota KPUD Sumut, Turunan Gulo sesaat setelah penutupan pendaftaran.

Pada pendaftaran itu, Rohana Sianipar bersama Irwan menyerahkan sekitar seperempat dari batas minimal dukungan, sisanya akan diserahkan sebelum pukul 24.00 WIB hari itu juga. “Dukungan sudah terkumpul, tinggal kami serahkan,” kata Rohana yang mengenakan kemeja kotak-kotak khas Jokowi.
Dia mengakui, untuk maju melalui jalur perseorangan sangat berat, sehingga wajar jika hanya dua yang mendaftar. Begitu dua calon perseorangan yang ada akan lolos dan mampu bersaing dengan calon dari jalur parpol.

Pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Dadang Darmawan, mengatakan sepinya pasangan balon perseorangan di Pilgubsu Sumut sudah diprediksi sejak awal. Mengingat syarat dukungan wajib terpenuhi yaitu 479.322 KTP dan tersebar di minimal 17 kabupaten/kota se-Sumut sangat berat untuk terpenuhi.

Itu bisa dilihat dari pasangan calon perseorangan di dua pilkada tingkat provinsi yang waktunya berdekatan dengan Pilgubsu 2013.
Pada Pilkada DKI Jakarta hanya dua pasangan calon perseorangan yang mendaftar dan dinyatakan lolos dukungan minimal. Hal yang sama juga terjadi di Pilkada Jawa Barat (Jabar) yang baru saja menyelesaikan tahapan penyerahan dukungan calon perseorangan. Dari empat pasangan yang mendaftarkan dukungannya ke KPU ternyata hanya satu yang dianggap memenuhi syarat.

Sementara itu, pengamat politik lainnya, Ahmad Taufan Damanik mengatakan, sebetulnya sangat sulit bagi calon independen untuk menang di Sumut. Begitupun, perlu didukung calon independen dalam arti memberikan apresiasi.

“Karena bagaimana pun mereka berani tampil maju melalui jalur independen, artinya mereka berani terhadap oligarki partai,” ujarnya.
Menurut dia, calon independen sebenarnya memiliki kelemahan yakni tidak punya organisasi yang kuat. Keadaan politik di Sumatera Utara sulit dikarenakan kompleks seperti pemilihnya yang beragam.

“Misalnya saja untuk pasangan Hasbullah-Azidin. Meski mereka ini sama-sama dari Alwashliyah, tapi saya tidak begitu yakin Alwashliyah akan solid,” ungkapnya.

Dia menyebutkan, di Sumut ada dua kendala bagi calon independen. Pertama Sumut itu, geografisnya luas. Sehingga sedikit sulit untuk dijangkau untuk menggalang dukungan. Kemudian dilihat dari konteksitas, Sumut sangat konteks dari segi agama, etnis, wilayah, dan golongan.
“Saya menganggap muskil untuk mendapat suara signifikan apalagi untuk menang dari jalur independen,” tegasnya. (far/ari)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/