32 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Terjadi di Samping Ruang Guru

Foto: Gatha Ginting/PM Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).
Foto: Gatha Ginting/PM
Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).

SUMUTPOS.CO – Aksi pencabulan yang dilakukan Ta dan In terhadap Nab yang terbilang nekat terjadi di balik ruang guru SD Negeri Percobaan. Ironisnya, saat kejadian tersebut berlangsung, tidak ada seorangpun guru yang mengetahuinya.

Ibu korban, Sri mengatakan, aksi pencabulan terhadap anaknya tersebut terjadi tepat di sebelah ruang guru. Pasalnya, lokasi kamar mandi perempuan dengan ruang guru hanya dibatasi tembok.

“Pas di samping ruang guru itu kejadiannya. Hanya dibatasi tembok aja,” ucapnya. Parahnya lagi, kala anaknya mendapat perlakuan yang tidak senonoh tersebut, tidak ada seorang pun guru yang mengetahui kejadian tersebut.

“Bukan sekali kejadiannya. Tapi sudah berulang-ulang. Anehnya, gurunya tidak ada yang mengetahui,” ucapnya.

Perempuan berkerudung warna coklat tersebut mengatakan, dirinya mendapat pernyataan pahit ketika mendatangi pihak sekolah untuk menanyakan kenapa kejadian tersebut bisa terjadi kepadanya. Pasalnya, saat itu para guru mengatakan kepadanya kalau banyaknya siswa yang berada di sekolah tersebut membuat mereka tidak dapat melakukan pengawasan.

“Itu kan bukan jawaban. Kejadian ini terjadi di lingkungan mereka. Tapi kenapa mereka seakan lepas tangan gitu aja. Kesal kali lihatnya,” cetusnya.

Untuk saat ini sendiri, bebernya, pihak KPAID Sumut telah berperan andil terhadap kasus yang menimpah anaknya. Pasalnya, KPAID Sumut telah mendesak pihak sekolah untuk berbuat adil.

“Sudah sangat berperan sekali mereka. Mereka sudah mendesak pihak sekolah. Makanya, selain perjuangan mereka, kami juga minta petugas kepolisian menegakkan hukum yang sebenar-benarnya,” ungkapnya.

Kemudian, beber Sri, usai terkuaknya kasus tersebut anaknya hingga kini tidak mau sekolah. “Padahal dulu dia rajin kali. Sekarang gak mau lagi dia sekolah. Trauma gitu dia. Kasihan dia,” tungkasnya. Bahkan, sejak kelas 3 SD, In dan Ta memang sering mengganggu anaknya.

“Sejak kelas 3 SD dia suka ganggu anak saya. Bukan anak saya saja, murid-murid yang lain juga. Setelah ditamparnya, dia kemudian meminta uang anak-anak. Kayak ketua geng itulah benar dia. Kemudian, waktu ditanya kenapa terakhir mereka melakukan seperti itu sama anak saya, mereka mengaku meniru aksi itu dari sebuah video yang mereka tonton. Video itu berisikan kasus kekerasan siswa SMA yang menganiaya temannya di sekolah,” pungkasnya.

Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Wahyu Bram melalui Kanit PPA Sat Reskrim Polresta Medan, AKP Uli Lubis membenarkan kalau pihaknya telah menerima laporan tersebut. “Sudah kita terima laporannya. Secepatnya, kita akan memprosesnya,” katanya. (ind)

Foto: Gatha Ginting/PM Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).
Foto: Gatha Ginting/PM
Bu Sri (45), orang tua NA (9) korban tindak asusila di sekolahnya di SD N Percobaan Jalan Sei Petani, saat membuat laporan ke Polresta Medan, Selasa (14/10/2014).

SUMUTPOS.CO – Aksi pencabulan yang dilakukan Ta dan In terhadap Nab yang terbilang nekat terjadi di balik ruang guru SD Negeri Percobaan. Ironisnya, saat kejadian tersebut berlangsung, tidak ada seorangpun guru yang mengetahuinya.

Ibu korban, Sri mengatakan, aksi pencabulan terhadap anaknya tersebut terjadi tepat di sebelah ruang guru. Pasalnya, lokasi kamar mandi perempuan dengan ruang guru hanya dibatasi tembok.

“Pas di samping ruang guru itu kejadiannya. Hanya dibatasi tembok aja,” ucapnya. Parahnya lagi, kala anaknya mendapat perlakuan yang tidak senonoh tersebut, tidak ada seorang pun guru yang mengetahui kejadian tersebut.

“Bukan sekali kejadiannya. Tapi sudah berulang-ulang. Anehnya, gurunya tidak ada yang mengetahui,” ucapnya.

Perempuan berkerudung warna coklat tersebut mengatakan, dirinya mendapat pernyataan pahit ketika mendatangi pihak sekolah untuk menanyakan kenapa kejadian tersebut bisa terjadi kepadanya. Pasalnya, saat itu para guru mengatakan kepadanya kalau banyaknya siswa yang berada di sekolah tersebut membuat mereka tidak dapat melakukan pengawasan.

“Itu kan bukan jawaban. Kejadian ini terjadi di lingkungan mereka. Tapi kenapa mereka seakan lepas tangan gitu aja. Kesal kali lihatnya,” cetusnya.

Untuk saat ini sendiri, bebernya, pihak KPAID Sumut telah berperan andil terhadap kasus yang menimpah anaknya. Pasalnya, KPAID Sumut telah mendesak pihak sekolah untuk berbuat adil.

“Sudah sangat berperan sekali mereka. Mereka sudah mendesak pihak sekolah. Makanya, selain perjuangan mereka, kami juga minta petugas kepolisian menegakkan hukum yang sebenar-benarnya,” ungkapnya.

Kemudian, beber Sri, usai terkuaknya kasus tersebut anaknya hingga kini tidak mau sekolah. “Padahal dulu dia rajin kali. Sekarang gak mau lagi dia sekolah. Trauma gitu dia. Kasihan dia,” tungkasnya. Bahkan, sejak kelas 3 SD, In dan Ta memang sering mengganggu anaknya.

“Sejak kelas 3 SD dia suka ganggu anak saya. Bukan anak saya saja, murid-murid yang lain juga. Setelah ditamparnya, dia kemudian meminta uang anak-anak. Kayak ketua geng itulah benar dia. Kemudian, waktu ditanya kenapa terakhir mereka melakukan seperti itu sama anak saya, mereka mengaku meniru aksi itu dari sebuah video yang mereka tonton. Video itu berisikan kasus kekerasan siswa SMA yang menganiaya temannya di sekolah,” pungkasnya.

Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Wahyu Bram melalui Kanit PPA Sat Reskrim Polresta Medan, AKP Uli Lubis membenarkan kalau pihaknya telah menerima laporan tersebut. “Sudah kita terima laporannya. Secepatnya, kita akan memprosesnya,” katanya. (ind)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/