25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Ribuan Warga Mengungsi ke Tapanuli

Pemindahan pengungsi itu menggunakan truk bantuan dari kepolisian, TNI, Basarnas. Ada juga yang menggunakan kendaraan pribadi, pick up, dan sepedamotor yang dibawa masing-masing.

Dengan memboyong barang-barang bawaan mereka, para pengungsi pun dipindahkan secara bergelombang. Tidak sedikit pengungsi yang hanya membawa tas seadanya. Beberapa lagi membawa tikar, selimut dan goni-goni berisi pakaian mereka.

Setibanya di Pastoran, pengungsi didata ulang untuk pemberian konsumsi dan penempatan ruangan penampungannya. Petugas posko pengungsi membagi pengungsi menjadi beberapa kategori sesuai golongan usia dan jenis kelamin.

Pengungsi.
Pengungsi.

Di antara ribuan pengungsi itu, ada Ranto Sinamo, pria berusia 91 tahun yang kondisinya lemah. Ia sedang sakit dan terbaring tak berdaya. Bahkan saat eksodus dari desanya, Ranto sedang diinfus.

Kini Ranto yang didampingi Boru Barasa (70) dirawat di Puskesmas Manduamas.

“Saya hanya bisa terus berdoa kepada Tuhan. Semoga kesehatan saya pulih dan situasi di desa kami kembali aman,” ujar Ranto terbata-bata, saat disambangi New Tapanuli (Jawa Pos Group), Rabu (14/10) sore.

Istrinya menimpali, mereka berasal dari Desa Tuktuhan, Kecamatan Simpang Kanan. Saat terjadinya kerusuhan, kondisi kesehatan suaminya itu drop. Apalagi mendengar kabar bahwa mereka sudah tidak aman lagi. Dengan terpaksa mereka sekeluarga memutuskan untuk ikut mengungsi. Mereka tiba di Kecamatan Manduamas pada Selasa (13/10) siang.

“Kami naik mobil anak. Dia (suaminya) diinfus dari sana. Dia lemas karena sangat khawatir mendengar kabar kerusuhan itu. Sakitnya bagaimanalah, karena usia sudah tua. Lemas dan sakit kepala,” ucap Boru Barasa.

Pemindahan pengungsi itu menggunakan truk bantuan dari kepolisian, TNI, Basarnas. Ada juga yang menggunakan kendaraan pribadi, pick up, dan sepedamotor yang dibawa masing-masing.

Dengan memboyong barang-barang bawaan mereka, para pengungsi pun dipindahkan secara bergelombang. Tidak sedikit pengungsi yang hanya membawa tas seadanya. Beberapa lagi membawa tikar, selimut dan goni-goni berisi pakaian mereka.

Setibanya di Pastoran, pengungsi didata ulang untuk pemberian konsumsi dan penempatan ruangan penampungannya. Petugas posko pengungsi membagi pengungsi menjadi beberapa kategori sesuai golongan usia dan jenis kelamin.

Pengungsi.
Pengungsi.

Di antara ribuan pengungsi itu, ada Ranto Sinamo, pria berusia 91 tahun yang kondisinya lemah. Ia sedang sakit dan terbaring tak berdaya. Bahkan saat eksodus dari desanya, Ranto sedang diinfus.

Kini Ranto yang didampingi Boru Barasa (70) dirawat di Puskesmas Manduamas.

“Saya hanya bisa terus berdoa kepada Tuhan. Semoga kesehatan saya pulih dan situasi di desa kami kembali aman,” ujar Ranto terbata-bata, saat disambangi New Tapanuli (Jawa Pos Group), Rabu (14/10) sore.

Istrinya menimpali, mereka berasal dari Desa Tuktuhan, Kecamatan Simpang Kanan. Saat terjadinya kerusuhan, kondisi kesehatan suaminya itu drop. Apalagi mendengar kabar bahwa mereka sudah tidak aman lagi. Dengan terpaksa mereka sekeluarga memutuskan untuk ikut mengungsi. Mereka tiba di Kecamatan Manduamas pada Selasa (13/10) siang.

“Kami naik mobil anak. Dia (suaminya) diinfus dari sana. Dia lemas karena sangat khawatir mendengar kabar kerusuhan itu. Sakitnya bagaimanalah, karena usia sudah tua. Lemas dan sakit kepala,” ucap Boru Barasa.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/