MEDAN, SUMUTPOS.CO – Walau pihak kepolisian berulang kali menegaskan akan menuntaskan kasus penganiayaan dan pembunuhan PRT, dengan tersangka Syamsul Cs, pengamat hukum bernama Rina Melati Sitompul SH. MH, tetap tidak yakin.
Sikap pesimis ini bukannya tanpa alasan. Rina mencontohkan kasus awal tahun 2014 silam di komplek Famili, No.77-79, Jl. Brigjen Katamso, Kel. Titi Kuning, Kec. Medan Johor.
Pelakunya yakni Mohar dan Haryati Ongkoh. Pasangan suami istri sekaligus pengusaha sarang burung wallet ini dengan tega memeras keringat para karyawannya yang di antaranya masih dibawah umur.
“Upah mereka tidak dibayarkan tiap bulannya. Tak hanya itu, kedua bos besar tersebut juga keji membunuh dua orang pekerja dan melakukan penyekapan terhadap 17 pekerja lainnya,” beber Rina.
Dikatakannya, polisi menerima pengaduan dari perihal penyiksaan pembunuhan itu dari para korban. Namun hingga sekarang tak ada penyelesaian yang jelas terhadap kasus tersebut. Masyarakat yang mendengar pemberitaan tersebut pun menjadi lupa bahwa kasus itu pernah mencuat heboh.
“Medan punya kasus serupa juga pada Februari tahun 2014. Dua orang pekerja asal NTT tewas, dan 17 lainnya disekap. Munculnya kasus ini mencuat heboh, tapi ujung-ujungnya menghilang. Ada apa dengan semua ini,” ujar Rina mempertanyakan.
Masih Rina. Sekarang, muncul lagi kasus serupa. Pelakunya kali ini adalah Samsul Cs. Tak jauh beda dengan Mohar, Samsul juga melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap para pembantunya.
Bedanya, korban dari kebiadaban Samsul ini ditanam di dalam rumahnya. Polisi juga sempat kewalahan untuk melakukan penggalian yang harus dilakukan secara hati-hati hingga masyarakat menganggapnya lambat.
Dengan berlama-lamanya polisi melakukan penggalian ini, Rina pun menjadi ragu bahwa kasus tersebut akan selesai dengan akhir yang memuaskan. Belajar dari pegalaman lalu, kasus Samsul bisa menjadi seperti kasus Mohar yang pada awal kemunculannya menggegerkan masyarakat tapi pada akhirnya hilang tanpa jejak.
“Ada keraguan saya, kasus Samsul ini akan padam juga seperti kasus Mohar. Liat aja, padahal, banyak bukti kuat yang menyatakan bahwa Mohar bersalah, dua pekerja meninggal. Tapi kok sampai sekarang tidak ada penyelesaiannya. Udah hampir satu tahun loh. Tidak ada yang menyangkal juga, kasus Samsul juga berakhir sama kayak Mohar ini,” aku Rina.
Jika saja pihak pemerintahan dan kepolisian bisa bersatu menjamin kewibawaan hukum. Tentu saja kejadian hal serupa tidak terjadi. Tidak ada hukuman yang kejam untuk orang-orang miskin yang tak bersalah. Dan orang-orang yang berkuasa serta berduit sesuka hati membuat apa saja yang menjadi kesenangannya. Koordinasi antara keduanya harus lah ditingkatkan agar masyarakat kembali percaya kepada hukum.
Pantauan di kediaman Syamsul Anwar yang berada di Simpang Jl. Beo/Jl. Angsa, Kel. Sidodadi, Kec. Medan Timur, meski proses penggalian telah dihentikan petugas tim gabungan Sat Reskrim Polresta Medan, DVI Poldasu, dan Tim Labfor Mabes Polri Cabang Medan sejak Jumat (12/12) lalu, namun antusias warga untuk mendatangi rumah nomor 17 tersebut masih tinggi.
Minggu (14/12) siang, puluhan warga tampak berkerumun di depan kediaman Syamsul untuk melihat dari dekat lokasi penggalian. Tidak sedikit diantara mereka mengabadikan tempat itu.
Seorang warga bernama Ery (28) mengaku dirinya sangat penasaran dengan keadaan kediaman Syamsul. “Penasaran aja bang. Makanya aku datang ke mari,” ucap lelaki asal Deliserdang tersebut.
Namun, setelah dirinya tiba di lokasi tersebut dia pun mengungkapkan, kalau kediaman Syamsul tersebut tampak seram. Sebab, aroma mistik di kediaman tersebut tampak terpancar jelas. “Seram ini rumahnya bang. Aroma mistiknya kuat,” ungkapnya yang mengaku bisa merasakan kehadiran makhluk halus.
Sayangnya, saat ditanya sosok seperti apa yang tampak di kediaman Syamsul tersebut, Ery enggan berkomentar. Dirinya malah pergi. “Sudah ya bang. Kapan-kapan aja kita ngobrolnya,” celetuknya yang kemudian pergi.
Di samping itu, warga yang berada di seputaran kediaman Syamsul tersebut tampak memanfaatkan momen tersebut. Pasalnya, saat itu tampak jelas warga menjual makanan ringan buat para pengunjung.
Bukan hanya itu, warga juga memanfaatkan lokasi yang berdekatan dengan kediaman Syamsul menjadi lahan parkir. (cr-3/ind/gir/ras)