30 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Dari Titi Gantung hingga Pandangi Pesawat

Menikmati Matahari Terbenam di Medan dengan Cara Sederhana

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menikmati suasana senja di Kota Medan. Dengan cara yang mewah ataupun dengan
sangat sederhana.

DONI HERMAWAN-Medan

TITI GANTUNG:Pelajar  masyarakat  Titi Gantung saat menikmati sore.//doni/sumut pos
TITI GANTUNG:Pelajar dan masyarakat di Titi Gantung saat menikmati sore.//doni/sumut pos

Dan tidak sedikit masyarakat yang memilih cara yang sederhana tanpa harus merogoh kocek dalam. Di ruang-ruang terbuka kota seperti jembatan, taman, lapangan, masyarakat Medan sejenak beristirahat melupakan penat di bawah cahaya matahari yang segera terbenam.

Seperti suasana di Titi gantung, di sekitar stasiun Kereta Api Medan. Sore hari, jembatan tua penghubung Jalan Irian Barat dengan Jalan Stasiun menjadi salah satu tempat yang dipilih warga Medan untuk beristirahat sejenak.

Menikmati sore sambil memandang suasana stasiun yang terlihat jelas dengan lalu lalangnya para calon penumpang kereta api. Suara kereta api dan announcer yang meminta penumpang bersiap-siap berangkat bak menjadi sound pendukung.

Tak jarang keluarga kecil membawanya anaknya untuk sekadar melihat kereta api yang bakal segera beranjak ataupun yang baru kembali ke stasiun. Memandang kereta api sudah cukup membuat anak-anak riang sembari berdendang menyanyikan lagu “naik kereta api”. Begitu juga sepasang kekasih yang kebetulan singgah menghentikan laju sepeda motornya untuk sebentar menikmati jajanan mie pecal di atas jembatan. Sekumpulan remaja berpakaian sekolah juga sering menyinggahi tempat ini usai memburu buku di pasar buku Lapangan Merdeka.

Di hari Minggu, kawasan ini sangat ramai.Yasir (30) yang datang bersama anaknya yang masih balita mengaku, dirinya selalu menyinggahi tempat ini untuk membawa anaknya saat jalan-jalan sore. “Biasanya anak-anak kan suka lihat kereta api. Makanya sesekali saya kemari bawa anak. Kadang juga sama istri. Sekalian menghindari macet juga kalau sudah sore,” katanya.

Apalagi sejak para pedagang buku direlokasi dari Titi Gantung ke sekitar Lapangan Merdeka, konon tradisi menikmati sore di jembatan ini juga dilakukan para meneer Belanda saat menjelang matahari beranjak menuju Barat.

Menikmati suasana sore dengan gratis juga dilakukan di sekitar pintas Jamin Ginting menuju AH Nasution. Dari sini masyarakat bisa menikmati pesawat yang melintas di udara. Beberapa jajanan yang ditawarkan para pedagang seperti kacang rebus, jagung rebus, dan es buah menemani suasana. “Disini bisa lihat pesawat. Apalagi murah untuk bawa anak-anak jalan. Cukup beli kacang rebus sudah cukup nikmati,” ujar Indri (27).

Jembatan-jembatan lainnya seperti jembatan layang di Pulau Brayan juga banyak digunakan sepasang kekasih yang ingin menikmati suasana senja. Sepeda motor sengaja mereka parkirkan di pinggir jalan,  lalu mereka duduk berdua melihat bangunan-bangunan yang berdempetan dan semakin padat. Pemandangan dengan cahaya matahari yang mulai kuning kemerahan di langit terasa sangat pas untuk dinikmati.

Tempat -tempat lainnya seperti air mancur di bundaran Jalan Gatot Subroto, Taman Ahmad Yani, Taman Burung Cemara dan banyak tempat-tempat publik lainnya yang digunakan untuk bersantai sejenak sampai menjelang gelap. Dan yang terpenting, tanpa harus mengeluarkan biaya mahal. (*)

Menikmati Matahari Terbenam di Medan dengan Cara Sederhana

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menikmati suasana senja di Kota Medan. Dengan cara yang mewah ataupun dengan
sangat sederhana.

DONI HERMAWAN-Medan

TITI GANTUNG:Pelajar  masyarakat  Titi Gantung saat menikmati sore.//doni/sumut pos
TITI GANTUNG:Pelajar dan masyarakat di Titi Gantung saat menikmati sore.//doni/sumut pos

Dan tidak sedikit masyarakat yang memilih cara yang sederhana tanpa harus merogoh kocek dalam. Di ruang-ruang terbuka kota seperti jembatan, taman, lapangan, masyarakat Medan sejenak beristirahat melupakan penat di bawah cahaya matahari yang segera terbenam.

Seperti suasana di Titi gantung, di sekitar stasiun Kereta Api Medan. Sore hari, jembatan tua penghubung Jalan Irian Barat dengan Jalan Stasiun menjadi salah satu tempat yang dipilih warga Medan untuk beristirahat sejenak.

Menikmati sore sambil memandang suasana stasiun yang terlihat jelas dengan lalu lalangnya para calon penumpang kereta api. Suara kereta api dan announcer yang meminta penumpang bersiap-siap berangkat bak menjadi sound pendukung.

Tak jarang keluarga kecil membawanya anaknya untuk sekadar melihat kereta api yang bakal segera beranjak ataupun yang baru kembali ke stasiun. Memandang kereta api sudah cukup membuat anak-anak riang sembari berdendang menyanyikan lagu “naik kereta api”. Begitu juga sepasang kekasih yang kebetulan singgah menghentikan laju sepeda motornya untuk sebentar menikmati jajanan mie pecal di atas jembatan. Sekumpulan remaja berpakaian sekolah juga sering menyinggahi tempat ini usai memburu buku di pasar buku Lapangan Merdeka.

Di hari Minggu, kawasan ini sangat ramai.Yasir (30) yang datang bersama anaknya yang masih balita mengaku, dirinya selalu menyinggahi tempat ini untuk membawa anaknya saat jalan-jalan sore. “Biasanya anak-anak kan suka lihat kereta api. Makanya sesekali saya kemari bawa anak. Kadang juga sama istri. Sekalian menghindari macet juga kalau sudah sore,” katanya.

Apalagi sejak para pedagang buku direlokasi dari Titi Gantung ke sekitar Lapangan Merdeka, konon tradisi menikmati sore di jembatan ini juga dilakukan para meneer Belanda saat menjelang matahari beranjak menuju Barat.

Menikmati suasana sore dengan gratis juga dilakukan di sekitar pintas Jamin Ginting menuju AH Nasution. Dari sini masyarakat bisa menikmati pesawat yang melintas di udara. Beberapa jajanan yang ditawarkan para pedagang seperti kacang rebus, jagung rebus, dan es buah menemani suasana. “Disini bisa lihat pesawat. Apalagi murah untuk bawa anak-anak jalan. Cukup beli kacang rebus sudah cukup nikmati,” ujar Indri (27).

Jembatan-jembatan lainnya seperti jembatan layang di Pulau Brayan juga banyak digunakan sepasang kekasih yang ingin menikmati suasana senja. Sepeda motor sengaja mereka parkirkan di pinggir jalan,  lalu mereka duduk berdua melihat bangunan-bangunan yang berdempetan dan semakin padat. Pemandangan dengan cahaya matahari yang mulai kuning kemerahan di langit terasa sangat pas untuk dinikmati.

Tempat -tempat lainnya seperti air mancur di bundaran Jalan Gatot Subroto, Taman Ahmad Yani, Taman Burung Cemara dan banyak tempat-tempat publik lainnya yang digunakan untuk bersantai sejenak sampai menjelang gelap. Dan yang terpenting, tanpa harus mengeluarkan biaya mahal. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/